Jakarta, channelsatu.com: Layanan OTT (Over The Top) seperti lewat Okeflix, Vidio, Stro, YouTube dan lainnya, jadi alternatif bagi masyarakat yang membutuhkan hiburan, saat tidak pergi ke bioskop. Penyebabnya bioskop belum dapat ijin dari pemerintah membuka secara penuh untuk masyarakat yang ingin menonton film. Maka tidak bisa dipungkiri jika animo masyarakat jadi meningkat menonton film dari layar mini.
Hal ini diakui Ilhamka Nizam dari Stro ada peningkatan dalam jumlah pengakses sepanjang wabah Corona yang kini tengah melanda dunia, termasuk Indonesia. Artinya ada sinyal peluang besar bagi penggiat film, untuk tetap berkarya memproduksi, baik itu film panjang atau film pendek.
Ilham mengungkapkan hal tersebut dalam webinar Kemendikbud (2/2/21) yang dibuka oleh Kepala Pokja Media Baru dan Arsip Film dan Musik, Tubagus Andre. Hadir dalam diskusi yang dipandu host Arul Muchsen, antara lain, selain Ilham, Emha Elbana Markom dari Okeflix, Tina Arwin Chief Content Officer Vidio. Sutradara Garin Nugroho serta Pengamat Film dan wartawan senior Yan Wijaya.
Sepanjang tahun 2020 kemarin, Kata Yan Wijaya ada sekitar 120 film bioskop yang diproduksi. Tapi 60 produksi film masih ragu, apakah pilih tayang di OTT atau tetap menunggu tayang di bioskop? Sementara Ilham berusaha meyakinkan agar penggiat film yang ingin tayang di OTT, “Asal tema film menarik semua tidak masalah. Soal harga tinggal disesuaikan,” tuturnya.
Garin mengingatkan, untuk mengisi kontent lokal via OTT, jangan sampai terjadi kejenuhan mirip seperti yang dialami di sinteron yang tayang di televisi. Pasalnya menurut Garin, sumber daya manusia yang mampu mengerjakannya belum 100 persen siap.
“Maksudnya kultur bikin seri dalam penulisan skenario, sistem industri, isi konten yang belum memadai,” Kilah Garin mengingatkan jangan sampai penonton kehilangan selera untuk menyaksikan film dari telpon genggam yang kini dimanjakan dengan beragai akses apilkasi tersebut. (Ja)