Jakarta, channelsatu.com: Kisah boneka Si Unyil, memang jadi salah satu tontonan favorit anak-anak hingga kini. Dulu sekitar tahun 80-an, cerita boneka Si unyil yang tayang di TVRI lahir berkat kreasi Pak Raden atau Suyadi (79). Meski generasi penonton telah berubah, si Unyil tetap bisa menghibur, meskipun formatnya di ubah dengan nama Laptop Si Unyil dan hadir di salah satu televisi swasta. Kita pun mengira pundi-pundi rupiah akan mengalir ke Suyadi alias Pak Raden. Faktanya….?
Ya, faktanya kehidupan seorang selebriti terkenal tak melulu glamor dan banyak duit. Contoh nyata yang dialami Suyadi yang mulai sakit-sakitan dan tinggal di rumah kontrakan sederhana, di sebuah gang sempit pula di Jakarta. Ia pun hidup susah untuk menjalani hari tuanya. Hanya bermodalkan menjual lukisan, Suyadi untuk mempertahankan hidupnya.
Kalau lukisannya laku, hasilnya ia tukar dengan beras, atau sayur-mayur dan lainnya. Sementara dari boneka Si Unyil, ia mengaku tidak dapat apa-apa lagi kini. Ini bermula tahun 1995, Suyadi menyerahkan hak cipta 11 boneka dan gambar boneka Si Unyil berikut tokoh-tokohnya hasil ciptaanya pada Perum Produksi Film Negara (PPFN).
Kesepakatan itu dibuat berlaku selama lima tahun, Tepatnya dalam perjanjian itu tertulis nomor 139/PPFN/XII/1995/ bahwa sudah menyerahkan hak cipta cerita dan seluruh properti Si unyil selama lima tahun.
Ketika kesepakatan itu harusnya sudah berakhir, anehnya dan yang membuat hati Suyadi galau, ia kini mengaku tidak bisa menikmati keuntungan dari Si Unyil yang kini masih beredar tayangannya di televisi.
“Sampai sekarang hak cipta itu belum kembali ke saya,” gugat Suyadi di depan wartawan, yang secara tidak langsung mengisyarakatkan bahwa dia tidak menikmati lagi rupiah dari boneka Si Unyil.
“Teman-teman lihat sendiri, sekarang saya tidak punya apa-apa. Ini rumah kakak saya, saya mengontrak di sini,” keluh Suyadi yang sudah tiga kali pindah rumah dari satu kontrakan ke kontrakan lainnya.
“PPFN menganggap selamanya saya tidak punya hak lagi atas tokoh-tokoh ciptaan saya,” ujarnya sedih karena merasa dizolimi. (ibra)