Jakarta, Channelsatu.com: Seminggu menjelang hari Lebaran saya sekeluarga mendapat kiriman parcel dodol Betawi dari seorang rekan yang tinggal di kawasan Condet, Pasar Minggu, Jakarta. Terima kasih kiriman parcel itu. Dalam parcel itu, terselip kartu ucapan yang menarik serta secarik kertas yang bertuliskan Dodol Betawi Gurih Rasa.
Rupanya tulisan tersebut merupakan merk jajanan khas Betawi, yang selalu dijualbelikan saat bulan Ramadhan. Kendati di luar bulan Ramadhan juga bisa dibeli, hanya saja pada tempat tertentu alias khusus. Namun lebih baik membeli langsung ke pabrik pembuatnya terletak di Condet, Pasar Minggu.
Memang di bulan Ramadhan, jajanan dodol Betawi ramai diperdagangkan. Tapi peredarannya tidak begitu meluas. Di mal besar susah dicari. Namun bersyukurlah makanan khas orang Betawi, dan menjadi suguhan wajib yang dihidangkan tatkala Hari Raya, masih dibuat. Mengingat makanan pesaingnya, yaitu kue yang bercita rasa western banyak dijual di pasaran.
Sudah sejak zaman dulu dodol Betawi ini sudah ada, demikian ucap keluarga Abdul Mutholip, mulai buka bisnis dodol sejak tahun 1982. Jauh sebelum tahun itu, kakak Abdul Mutholip sudah merintis, tapi tidak dilanjutkan. Kemudian Abdul Mutholiplah yang akhirnya meneruskan dengan itikad melestarian.
Keluarga Abdul Mutholip tidak menginginkan makanan khas ini yang berteksur legit, perpaduan tepung ketan pilihan, gula merah dan santan, sehingga rasanya unik serta enak di lidah ini, hilang dari tradisi Lebaran. Bagaimanapun dodol sudah menjadi penanda keluarga Vetawi.
Tidak banyak pengusaha yang membuat dodol. Salah satunya adalah mermerk Gurih Rasa, yang pemiliknya keluarga Abdul Mutholip dan kini diteruskan oleh Fahmi anak ketiga dari empat bersaudara. Fahmi meneruskan usaha keluarganya itu lantaran ingin mengembangkan dodol dari kepunahan, dan Fahmi yakin usahanya akan akan bertahan. Syukur bisa berkembang.
Nyatanya dodol betawi tidak hanya dijual saat bulan Ramadhan, di luar Ramadhan ada saja orang yang mencari. Dan tidak pula orang-orang Betawi yang berada di wasan Condet, Pasar Minggu yang membeli, melainkan permintaan datang dari daerah lain, malah dari luar kota.
Dodol Betawi Gurih Rasa termasuk terkenal dan dicari, dari sekian makanan dodol merk lain. Diakui dodol Gurih Rasa mampu bertahan karena kualitas, baik dari bahan baku maupun rasa yang tetap terjaga. Pembuatanya masih tradisional dengan kayu bakar dan kuwali besar, berisi bahan baku dodol.
Bahan baku itu diaduk hingga matang, dan dilakukan secara manual. Dengan tenaga manusia tanpa bantuan mesin. Betul-betul memasak secara tradisional. Itulah yang membuat dodol lezat. Proses produksinya tradisional sekali, termasuk alat-alat untuk adukan serta bahan bakunya terbaik, agar rasanya prima. Inipun yang membikin rasa dodol tetap bertahan dari perubahan zaman.
Yang paling khas lagi ialah dodol dikemas dengan menggunakan besek bulan dari bahan plastik. Tidak terpikir untuk dikemas lebih modern. Pernah dikemas modern, tapi banyak yang protes. Maka kembali lagi menggunakan besek, mengikuti pemintaan pembeli.
Pemintaan mejelang Lebaran sangat meningkat. Jika hari biasa hanya terjual 30 kilogram perhari, maka di bulan Ramadhan mencapai 3000 kilogram perhari. Pembeli pun bukan hanya waga Betawi, juga dari luar kota sengaja datang serta untuk dibawa mudik.
Pemasaran Dodol Betawi Gurih Rasa pada mulanya dipasarkan dari mulut ke mulut alias komunikasi sambung rasa. Sekarang ini, untuk melebarkan sayap ke kota lain, Grurih Rasa memasarkan lewat website. Sungguh upaya cerdas dan berinovasi sekali. Artinya apa yang dilakukan demi bisnis ke depannya, betapa (bisnis) dodol tidak bakal punah. Benar-benar sikap optimis.
Masyarakat Betawi tidak merasa Lebaran secara lengkap andaikata tanpa dodol. Dan mempertahankan tradisi kuliner tidak lain melestarikan budaya negeri sendiri, dan iyulah merupakan kebanggaan. Di Hari Kemenangan ini, setelah 30 hari berpuasa, sya sekeluarga mencicipi dodol Betawi yang sunguh lezat. (Syamsudin Noer Moenadi, Jurnalis, pemerhati masalah kuliner, redaktur ChannelSatu.com)