Jakarta,channelsatu.com: Jangan pernah menyerah ketika berusaha untuk bisa mendapatkan keturunan. Belajarlah pada kisah yang dialami oleh salah seorang pasien Klinik Herbal Jeng Ana, Ibu Hajah Zubaidah.
Perempuan asal Cilegon ini sudah 17 tahun menikah, namun tidak juga dikaruniai buah hati alias ‘mandul’. Berbagai upaya telah dilakukan, mulai dari program keturunan melalui dokter, pengobatan alternatif dan sebagainya.
“Selama 17 tahun saya berobat kemana-mana, tetapi susah diberi keturunan. Alhamdulillah setelah berobat ke Jeng Ana, sekarang saya sudah punya keturunan. Seorang putri cantik, usianya sudah 5 bulan. Lucu sekali,” kata perempuan yang ketika mengikuti program keturunan sekitar setahun lalu berusia 37 tahun.
Hj Zubaidah pun menuturkan, dirinya positip hamil setelah satu bulan mengikuti program keturunan Jeng Ana. Tetapi perempuan yang tidak pernah putus asa untyk berusaha ini terus melanjutkan program ini hingga akhir kehamilan, sehingga anaknya benar-benar lahir sehat dan cerdas.
“17 tahun penantian benar-benar tidak sia-sia,” tutur Hj Zubaidah bangga, dalam acara Medika Natura di Jak TV, beberapa waktu lalu.
Jeng Ana pun menambahkan bahwa kekuasaan Allah tidak ada yang bisa menghalangi. “17 tahun itu sangat lama, sampai Hj Zubaidah meminta do’a sama Allah dengan memberangkatkan seseorang untuk haji, karena begitu kepinginnya mendapatkan keturunan,” terang Jeng Ana.
Dalam kasus Hj Zubaidah, problem yang membuat sulit mendapat keturunan terletak pada suami dan istri. “Dengan standar usia 37-38 tahun, kalau Allah memberikan jalannya, mungkin dengan perantara kami, bismillah, kun fayakun, yang penting ikhlas dan yakin, insya Allah Tuhan memudahkannya,” tuturnya.
Jeng Ana pun menjelaskan bahwa untuk menjalani program keturunan sebaiknya keduanya, yakni pasangan suami istri. Pasalnya banyak kasus perempuannya saja yang melakukan berbagai upaya dan pengobatan. Tetapi sang suami tidak mau berusaha untuk mengecek kondisinya.
“Baru setelah sekian lama sang suami mau mengecek spermanya, dan ternyata baru diketahui bahwa suami bermasalah. Karena itu, sebaiknya kalau melakukan program keturunan, keduanya suami-istri membawa hasil uji labnya,” terang Jeng Ana.
Dari sekian banyak problem pasien keturunan yang ditangani Jeng Ana, sebagian besar yang menjadi penghalang adalah karena kista. Jeng Ana menggolongkan kista ada tiga jenis, yakni:
– Kista Coklat
– Kista Endometriosis
– Kista Jinak atau lemah
Kista coklat dan endometriosis, menurut Jeng Ana, hampir sama. “Biasanya pada saat menstruasi, sebelum atau sesudah, kita merasakan sakit yang melilit. Terkadang buang air besar juga susah, juga diiringi dengan mual, juga kepala pusing. Juga lemes, terkadang juga tidak bisa jalan. Malah ada yang mengalami kekejangan,” terangnya.
Sedangkan penderita kista yang jenisnya lemah atau jinak hampir tidak pernah merasakan sakit. “Baru kalau kistanya sudah besar, misalnya lebih dari 6 atau 7 cm merasakan kram di perut, begah dan lain sebagainya,” ujarnya.
Nah, khusus untuk Endometriosis, dari pengalaman Jeng Ana, sekitar 75 persen penderitanya sulit mendapatkan keturunan. Karena kalau Endometriosis membesar dan menekan saluran tuba bisa menimbulkan sumbatan. Akibatnya ada yang mengakibatkan hamil di luar kandungan.
“Hingga akhirnya saluran itu dipotong. Satu dipotong, masih sisa satu yang belum. Dengan satu sel indung telur saja ada yang bisa berhasil. Seperti ibu yang tadi di testimoni, juga hanya satu sel indung telur sebelah kanan, karena yang sebelah kiri sudah diangkat karena Endometriosis yang sudah dioperasi tumbuh lagi, akhirnya operasi lagi tak juga sembuh. Akhirnya ikhtiar di tempat kami dan ternyata bisa hamil,” terang Jeng Ana.
Jadi, menurut Jeng Ana, pasien yang menjalani program keturunan harus memiliki keyakinan dan keikhlasan, karena hanya Allah yang menentukan bisa atau tidaknya seseorang memiliki keturunan. “Kami hanya perantara saja,” tuturnya. (Baqi)