Jakarta, channelsatu.com: Sekretaris Jenderal (Sekjen) ormas Islam Ahlulbait Indonesia (ABI) Ahmad Hidayat, mengaku sangat prihatin melihat kondisi politik di Tanah Air, terutama jelang pilpres dalam waktu dekat ini. “Kami sangat prihatin melihat situasi politik jelang pilpres saat ini, akibat adanya tarik menarik dua kubu yang membuat masyarakat jadi terbelah,” kata Ahmad Hidayat pada awak media di Jakarta, Selasa (12/3/2019), disela ABI akan meluncurkan buku, dengan judul Manifesto Mengenal Gerakan Syiah, yang akan diluncurkan besok Rabu (13/3/2019).
“Adanya dua calon Presiden dalam pemilu kali ini, menurut saya adalah sebuah rejeki. Untuk itu, kita harus menghargai kedua calon tersebut. Pemilu harus berakhir berjalan damai sesuai yang kita inginkan bersama. Saya menghimbau masyarakat untuk tidak umbar syahwat tanpa teror kebencian dan permusuhan. Mari kita jaga NKRI bersama-sama sebagai anak bangsa dan menerima Pancasila sebagai idiologi negara yang tidak bisa ditawar,” tegas Ahmad Hidayat.
Paparan di atas tadi merupakan gambaran rangkaian bagian dari isi buku yang berjudul “Manifesto” yang akan diterbitkan itu. Menurut keterangan Abdullah Beik, anggota Dewan Syura ABI dan Ahmad Hidayat selaku Sekretaris Jenderal ABI, menyatakan bahwa Manifesto disusun oleh Dewan Syura Ahlulbait Indonesia dan akan dilanjutkan dalam sebuah seminar kebangsaan, besok Rabu, 13 Maret, di DPR, Ruang GBHN, Gedung Nusanta V.
Dimana yang akan jadi pembicara dalam seminar tersebut, Airlangga Pribadi Kusman,Ph.D, Usman Hamid (Direktur Eksekutif Amnesty Internasional Indonesia), dan Dr. Muhsin Labib, MA (Ketua Komisi Bimbingan Dakwah Dewan Syura Ahlulbait Indonesia dan Direktur ModerateInstitute).
Kedua pengurus Ormas ABI itu menyampaikan bahwa Ormas ABI sebagai ormas Islam resmi yang terdaftar dan diakui negara, perlu meluncurkan buku Manifesto, untuk menjelaskan sikap organisasi terhadap hal-hal penting yang sering disalahpahami pihak lain, seolah-olah sebagai pikiran dan sikap Ormas ABI dan komunitas Syiah di Indonesia.
Sesuai dengan namanya, manifesto yang menjadi buku itu ditujukan sebagai semacam komunike resmi tentang identitas dan pandangan sebuah lembaga. Manifesto itu dirumuskan dan disajikan sebagai sebuah uraian dengan sub-tema beragam dengan gaya penulisan populer mengenai hal-hal yang dianggap penting untuk diketahui.
Kedua pengurus Ormas ABI menyatakan bahwa meski usia ormas mereka baru 9 tahun, namun Ormas ABI berkomitmen untuk berada di jalan moderasi menyeimbangkan ekspresi keindonesiaan dan keummatan yang saling-asuh bukan saling menegasikan.
Isi buku manifesto itu mencakup sikap dan pemahaman Ormas ABI terkait pandangan dunia Islam, Pancasila, ide syariahisasi, khilafah, Islam politik hingga isu pembangunan, sosial dan geopolitik. Buku tersebut mengalir dari subtema ke subtema dan bukan merupakan karya ilmiah sesuai standar umum dan apalagi bukan diskursus polemik.
Penyusunan dan penyebaran manifesto ini dipandang perlu untuk menjelaskan keyakinan-keyakinan final (pandangan dunia) mazhab Ahlulbait dan untuk mengklarifikasi pandangan-pandangan turunan (paradigma) dari keyakinan-keyakinan final tersebut terkait pelbagai macam isu dan fenomena, baik domestik dan global.
Dasar pertimbangan buku manifesto tersebut bermaksud menghadirkan sebuah referensi resmi organisasi yang diharapkan menjadi acuan bagi kalangan internal komunitas Syiah menjelaskan diri mereka dan untuk publik luas di Indonesia.
Selama ini ada kekhawatiran dan keprihatinan dari Ormas ABI melihat sejumlah pihak yang mengembangkan dan mewartakan pandangan dan gerakan Syiah dengan tafsir mereka sendiri yang jauh dari sebenarnya dan sering dipenuhi prasangka, desas-desus dan permusuhan.
Melalui buku manifesto itu Ormas ABI dan komunitas Syiah berharap para pihak yang ingin mengetahui jalan pikiran dan sikap komunitas Syiah dapat merujuk kepada buku manifesto tersebut dan menjernihkan berbagai macam polemik seputar mazhab Syiah dan isu-isu kontemporer yang kerap dikaitkan dengan mazhab Syiah maupun penganutnya di Indonesia, meski sering tidak akurat atau bahkan cenderung menyesatkan. (Ibra)