
Bogor, channelsatu.com: Benar-benar seperti berada di pemukiman Palembang Lamo, begitu memasuki Pondok Bahrein, Bogor, rumah makan yang menyediakan masakan khas Palembang.
Dan, tidak menyangka dan kami tidak perlu pergi dengan mengunakan kapal terbang atau jalan darat selama 14 jam ke ibukota Provinsi Sumatera Selatan, tapi cukup ke Bogor, Jawa Barat ,persisnya ke Jalan Pandawa Raya no. 43, Warung Jambu, untuk menikmati pempek atau aneka hidangan pindang patin.
Suasana Palembang sudah menyeliputi saat kami naik tangga dan tiba di ruang atas, rumah panggung dengan arsitektur berbentuk limas. Hal ini mengingatkan pula kami seperti di sepanjang Sungai Musi, hanya saja pandangan kami tidak menatap hilir mudik perahu, tongkang atau kapal kecil sebagai aktivitas kehidupan yang dilakukan orang Palembang di sungai yang terpanjang di pulau Sumatera, melainkan lalu lalang mobil mewah buatan Jepang atau Korea Selatan.
Kami merasa terperangah dan tidak percaya ada rumah makan yang menyediakan makanan khas Palembang yang rasanya tidak berubah dengan rasa asal. “Ini bukan pempek Bogor, namun memang pempek Palembang. Betul-Betul pempek kawasan 7 Ulu, “ komentar salah seorang dari rombangan kami yang sedang berlibur akhir pekan di Bogor.
Menyebut kawasan 7 Ulu adalah wilayah yang merupakan Kampung Kapitan, Kampun Pecinan, yang dulu banyak rumah rakit. Kampung Kapitan berhadapan dengan plataran Benteng Kuto Besak. Dulu rumah rakit ialah peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang dihuni para pegawai dan saudagar keturunan Tiongkok.
Kini rumah rakit tinggal hitungan jari dan penghuninya pun didominasi warga pribumi. Sedangkan Pemukiman Palembang Lamo dekat sekali alias di pinggir Sungai Musi yang panjangnya 750 kilometer, membelah kota Palembang menjadi dua bagian Jembatan Ampera yang menjadi ikon kota Palembang melintas di atas sungai ini.
Kami memilih menu pempek komplit dan aneka pindang patin. Wow, porsi pempek komplit luar biasa yang akhirnya sekalian saja kami sepakat memesan jenis pempek yang tersedia di Pondok Nahrain. Yakni pempek modek kapal selam, lenjer besar, telur kecil, lenjer kecil, adaan, pempek panggang tahu, pistel, kering, kulit, lenggang garang, lenggang bakar, rujak mie dan tekwan.
Tidak semua jenis pempek itu kami santap, tentunya kami membawa pulang. Tentang menu pindang patin, kami memilih pindang patin pedas, selain pindang patin tempoyak. Jenis lain pindang yang tersedia di Pondok Bahrein adalah pindang tulang iga, pindang baung Asam Pedas, pindang iwak sale, pindang udang, bringkas patin tempoyak, serta tersedia ayam bakar alah bahrein, ayam goreng ala bahrein dan Udang Goreng Singgang.
Kami sengaja tidak memesan masakan dengan menu ayam walaupun dimasak secara khas Palembang, kiranya hal yang lumrah. Tetapi menu ikan patin dan makanan pempek, jelas pilihan kami. Tidak dipungkiri kuliner pempek maupun menu ikan patin tempoyak milik wong kito, sebutan untuk orang Palembang. Bahkan ikon Palembang, yaitu Sungai Musi, Jembatan Ampera dan pempek.
Misalkan Anda berlibur ke Palembang, demikian turun dari bandara dan langsung naik taksi menuju hotel, langsung pula pasti segera menayakan di mana letak Sungai Musi, Jembatan Ampera serta di mana pempek yang enak dengan bumbu air cuka yang beraroma menyengat yang disebut cuko, lantaran rempah-rempah bawang putih.
Demikian ketika menyantap pempek Pondok Bahrein, yang rasanya berbeda sekali dengan pempek yang dijajakan sepanjang Jalan Garuda, Kemayoran, Jakarta. Bumbu pempek dari Jalan Garuda itu aroma hambar. Sebaliknya bumbu pempek Pondok Bahrein sangatlah sedap, penuh pesona. Alih-alih kami merasakan menyusuri Sungai Musi, tempat pempek asli berpijak
“Baru sekarang merasakan rasa pempek sesedap ini, dan adanya di Pondok Bahrei. Pempeknya lembut, tidak keras serta enak dikuyah. Bumbunya tidak dipungkiri terasa kuat aromanya,“ ujar seorang dari rombongan yang gemar makanan pempek. Mudah sekali mencari rumah makan Pondok Bahrein, jika naik kendaraan umum gampang. Bertanya dan mencari angkutan kota dari Terminal Baranangsiang yang menuju jurusan Warung Jambu. Di Jalan Pandawa Raya, terlihat tulisan mencolok Pondok Bahrein.
Tidak bisa ditampik bahwa pempek Pondok Bahrein adalah pempek asli wong kito. Makanan dengan resep rumahan, racikan bumbunya berasal dari 10 Ulu dan harap maklum nenek kakek pemilik Pondok Bahrein memang berasal wilayah tersebut. Bahkan keturunan pemilik Pondok Bahrein, empatpuluh tahun lalu membuka warung nasi Bahrein di 10 Ulu. Nasi Bahrein itu adalah nasi dengan lauk telor ceplok atau telur bulat yang ditambahi sayur lodeh.
Nama Bahrein berarti pula Dua Lautan. Bah artinya lautan, sedang rein punya arti dua. Selain Bahrein tidak lain jenis menu yang berupa masakan sederhana dengan harganya bisa dijangkau masyarakat. Demikianpun harga menu makanan yang tersaji di Pondok Bahrein yang percayalah tidak akan menguras kantong.
Singkatnya menikmati hidangan yang tersaji di Pondok Bahrein, tidak ubahnya menikmati pernik –pernik kehidupan di Sungai Musi. Sejak zaman Kerajaan Sriwijaya hingga sekarang sungai ini terkenal sebagai sarana transportasi utama bagi masyarakat.
Kiranya hal yang sama pempek Pondok Bahrein menjadi makanan utama bagi warga Bogor. Ehem, pesona pempek Pondok Bahrein di Bogor adalah pesona Sungai Musi yang sejak ratusan abad lalu sudah menjadi sumber kehidupan bagi umat. Silahkan Anda mencicipi masakan khas Palembang di Pondok Bahrein, Bogor.
Oh ya ada menu paket hemat yang terdiri nasi, pindang Asem Pedas atau Pindang tempoyak, lalap, sambel dan teh hangat. Atau paket murah yaitu berupa sepuluh pempek kecil campur, telur kecil, lenjer kecil, adaan dan kulit. Menyantap di Pondok Bahrein, bayangkan seperti Anda berada di tepi Sungai Musi yang airnya mengalir bersahaya. Sebagaimana rasa pindang patin tempoyak yang mengugah jiwa. (Syamsudin Noer Moenadi, jurnalis dan pemerhati kuliner)