Sebuah rutinitas telah kita alami selama bertahun-tahun, setiap tanggal 21 april kita selalu mengenang kelahiran Raden Ajeng Kartini. Kartini merupakan tokoh perempuan pada zamannya yang berhasil secara cerdas mengatasi batas-batas dalam kehidupannya, melangkah jauh ke depan mengangkat derajat kaum perempuan yang pada saat itu terkekang kuat oleh adat istiadat dan sistem sosial.
Jika menelusuri sejarah R.A. Kartini, ia memiliki catatan perjuangan yang panjang. Semangat emansipasi yang pertama diperjuangkan oleh R.A Kartini adalah hak atas pendidikan bagi perempuan, karena kaum perempuan memiliki hak atas pendidikan yang sama dengan laki-laki. Dengan giat Kartini berusaha mengajarkan kepada kaum perempuan membaca dan menulis agar perempuan dapat turut berperan memajukan bangsanya melalui ilmu dan pemikiran yang mereka miliki.
Hingga kini, keberhasilan atas buah pemikiran Kartini telah membuka kesadaran bagi terciptanya sebuah perubahan dalam bukunya yang berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang.
Atas keberhasilan Kartini dalam memperjuangkan emansipasi tersebut tidaklah terlepas dari 3 (tiga) kekuatan besar yang ada dan yang tersembunyi dalam dirinya. Ke-3 kekuatan tersebut berupa :
Pertama : Semangat yang kuat. Semangat merupakan sebuah dorongan yang kuat dimiliki oleh Kartini dalam memperjuangkan impian dan cita-citanya, karena dengan semangat kuat, apa yang di perjuangkan dapat dicapai.
Kedua : Hati yang tulus dan kuat. Hati yang tulus dan kuat merupakan sebuah keyakinan yang dimiliki oleh Kartini dalam memperjuangkan impian dan cita-citanya, karena tanpa sebuah keyakinan yang kuat mustahil impian dan cita-cita akan tercapai.
Ketiga : Kegigihan. Kegigihan merupakan usaha pantang menyerah yang dimiliki oleh Kartini dalam memperjuangkan impian dan cita-citanya, karena tanpa usaha yang dilakukan, maka keberhasilan dari sebuah perjuangan akan sirna. Sehingga kegigihan harus tetap dipertahankan dalam perjuangan.
Ke-3 kekuatan besar inilah yang dimiliki dan selalu dipegang teguh oleh seorang Kartini, sehingga impian dan cita-citanya dapat diraih dengan sebuah keberhasilan.
Tentu saja Indonesia telah memiliki catatan positif dalam hal mengembangkan spirit RA Kartini. Faktanya banyak perempuan menduduki jabatan bergengsi baik di pemerintahan pusat, BUMN, Komisi negara, pemerintahan daerah, perusahaan swasta dan organisasi sosial-politik. Meski secara kuantitas belum sebanding dengan laki-laki, namun meningkatnya jumlah perempuan yang menduduki jabatan strategis tersebut sebagai bukti bahwa R.A. Kartini tidak hanya menjadi “lembaran sejarah”, tetapi gagasan R.A. Kartini menjadi kenyataan di negeri ini.
Spirit R.A. Kartini juga mewarnai regulasi di Indonesia. Dalam hal ini, Indonesia telah memiliki banyak kebijakan yang memiliki nuansa spirit RA. Kartini diantaranya; Inpres No 9 tahun 2000 tentang Pengarustama Gender, UU No. 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, dan lain-lain.
Namun demikian, saat ini Indonesia masih menyisakan sejumlah masalah kebangsaan yang membutuhkan spirit dan komitmen yang kuat untuk mencari solusi.
Oleh karena itu, peringatan Hari Kartini, sepantasnya tidak hanya menjadi seremonial semata, namun dapat membantu memberikan spirit dan memperkuat komitmen untuk perubahan menuju peradaban bangsa yang positif. Hari Kartini harus menginspirasi seluruh komponen bangsa Indonesia untuk; memetakan masalah kebangsaan, menemukenali masalah, menemukan solusi dan merumuskan langkah konkrit terhadap masalah kebangsaan dewasa ini.
Seperti: Masalah kemiskinan, menangani masalah kematian ibu dan anak baru lahir, masalah gizi buruk, aborsi, pencegahan dan penanganan penyakit dan lain sebagainya. Beragam masalah tersebut penting dicarikan solusi karena:
Masalah Kemiskinan. Menurut Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk miskin di Indonesia pada mencapai 30,02 juta orang atau 12,49% dari total penduduk Indonesia. Dari jumlah ini, sebanyak 16,73 juta orang (55,7%) berada di Pulau Jawa. Setelah Jawa, dalam data BPS tersebut tercatat jumlah penduduk miskin kedua terbesar berada di Pulau Sumatera sebanyak 6,451 juta orang. Daftar penduduk miskin Indonesia per Maret 2011 berdasarkan pulau yaitu (1), Sumatera sebanyak 6,451 juta orang; (2), Jawa sebanyak 16,726 juta orang, (3), Bali dan Nusa Tenggara sebanyak 2,073 juta orang; (4), Kalimantan sebanyak 969 ribu orang, (5), Sulawesi sebanyak 2,144 juta orang dan (6), Maluku dan Papua sebanyak 1,65 juta orang.
Kematian Ibu Melahirkan. Laporan Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan tahun 2010, nampaknya cukup banyak ibu hamil yang berisiko yaitu: (1) terlalu tua hamil (hamil di atas usia 35 tahun) sebanyak 27%, (2) terlalu muda untuk hamil (hamil di bawah usia 20 tahun) sebanyak 2,6%, (3) terlalu banyak (jumlah anak lebih dari 4) sebanyak 11,8%, dan (4) terlalu dekat (jarak antar kelahiran kurang dari 2 tahun). Kelompok ibu hamil yang cukup beresiko yaitu kelompok ibu hamil, khsusunya ibu hamil di perdesaan.
Gizi Buruk. Menurut Laporan Riset Dasar Kesehatan, Kementerian Kesehatan, saat ini usia anak yang mengalami gizi buruk di Indonesia masih tinggi. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 mencatat 35,7% anak Indonesia tergolong pendek akibat masalah gizi buruk yang kronis. Terdapat 3 (tiga) kelompok usia yang mengalami gizi buruk dan kurang yaitu anak usia 6-12 tahun, 13-15 tahun, dan 16-18 tahun. Secara nasional prevalensi anak pendek untuk ketiga kelompok masih tinggi, yaitu di atas 30%, tertinggi pada kelompok anak 6-12 tahun (35,8%), dan terendah pada kelompok umur 16-18 tahun (31,2%). Prevalensi kurus pada kelompok anak 6-12 tahun dan 13-15 tahun hampir sama sekitar 11 persen, sedangkan pada kelompok anak 16-18 tahun adalah 8,9 persen.
Pencegahan dan penanganan Penyakit. Semua warga Indonesia berhak selalu sehat. Namun saat ini masih banyak persoalan kesehatan di masyarakat seperti HIV/AIDS, Malaria, TBC, Jantung, Kanker, Hepatitis dan Demam Berdarah. Penyakit tersebut cukup menonjol di Indonesia.Semua warga Indonesia berhak selalu sehat. Namun saat ini masih banyak persoalan kesehatan di masyarakat seperti HIV/AIDS, Malaria, TBC, Jantung, Kanker, Hepatitis dan Demam Berdarah. Penyakit tersebut cukup menonjol di Indonesia.
Masalah Aborsi. Menurut data BKKBN tahun 2010, diperkirakan setiap tahun jumlah aborsi di Indonesia mencapai 2,4 juta jiwa, dan 800 ribu diantaranya terjadi di kalangan remaja. Tindakan aborsi yang tidak tepat menyebabkan komplikasi berupa perdarahan, infeksi pasca aborsi bahkan sepsis yang dapat menyebabkan kematian. Di sisi lain pengetahuan remaja tentang risiko melakukan hubungan seksual masih sangat rendah karena kurangnya informasi mengenai seksualitas dan reproduksi.
Demikian semoga Hari Kartini dapat menjadi momentum untuk melakukan langkah konkrit terhadap masalah kebangsaan. Terima kasih
Ir. Dra. Giwo Rubianto Wiyogo, M.pd ( Pemerhati Perempuan dan Anak Indonesia)