Jakarta, channelsatu.com: Film ‘Mantan Terindah’ yang dibintangi oleh sejumlah pemain muda seperti Karina Salim, Edward Akbar, Salvita Decorte, dan Angela Nazar, serta aktor senior Ray Sahetapy dan aktris Tri Yudiman akan tayang serempak di bioskop seluruh Indonesia 6 November mendatang.
Dino Hamid, CEO Berlian Entertainment yang merupakan Produser Eksekutif dalam film ini, mengungkapkan proses awal pembuatan film tersebut,
“Awalnya kami sudah memiliki konsep untuk membuat konser dan album Yovie Widianto. 30 tahun sudah Yovie Widianto berkarya dan melihat antusiasme masyarakat Indonesia dalam konser tersebut membuat kami ingin membuat film dari salah satu karya Yovie. Sekitar satu tahun lalu ide itu muncul,kami langsung mengajak Marcella, Echa, dan teman-teman lain yang kami anggap bisa
merealisasikan ide tersebut hingga akhirnya diputuskan untuk mulai produksi sekitar bulan Mei 2014 bekerja sama dengan Keana Production.” jelas Dino.
“Film ini merupakan transformasi lagu ‘Mantan Terindah’ karya Yovie Widianto ke dalam ruang visual dalam bentuk sebuah film” timpal Marcella Zalianty, sang roduser yang merupakan hasil produksi bersama antara Berlian Entertainment dan Keana Production ini.
Terinspirasi dari lagu karya Yovie Widianto berjudul sama, film ‘Mantan Terindah’ tidak hanya menampilkan drama cinta biasa, tapi berbicara mengenai karakter metafisik – seseorang yang memiliki special gift.
“Ini bukan cerita mengenai sepasang kekasih yang putus kemudian susah move on. Lebih jauh lagi, film ini bercerita tentang takdir dan bagaimana kita sebagai manusia menyikapinya dengan menerima atau justru berusaha untuk mengubahnya,” lanjut Marcella.
Farishad Latjuba sang pembesut film ini menambahkan, bahwa film ‘Mantan Terindah’ menampilkan dimensi ruang waktu yang lengkap, yakni masa lalu di mana para pemeran utama memiliki trauma akibat kejadian sebelumnya, masa kini ketika film ini dinikmati penonton, dan masa depan yang bisa dirasakan oleh karakter utama bernama Nada. Selain itu, mata, sebagai medium penglihatan, adalah simbol yang banyak tersebar di film, secara harafiah maupun tidak.
“Karakter Nada yang menjadi tokoh utama dalam film ini banyak mengajarkan kita sebagai manusia dalam menghadapi kenyataan dan harapan. Mungkin terdengar seperti film drama yang berat tapi kami garap dengan kemasan pop yang ringan. Jadi film ini masih bisa dinikmati oleh semua kalangan,” lanjut pria yang biasa disapa Echa tersebut.(Ibra)