Jakarta, channelsatu.com: Demi populeritas atau jadi bintang laris, berbagai cara dilakukan para selebriti. Yang terhangat dan terungkap dengan gamblang belakangan ini ternyata banyak artis yang memanfaatkan guru sepiritual untuk mencapai tangga sukses.
Lihatlah bagaimana hebohnya kisah Adi Bing Slamet dan para selebrita lain yang memakai jasa Eyang subur, yang berujung keributan lewat media hingga menimbulkan pro dan kontra.
Menanggapi hal tersebut, artis sinetron, model dan juga penyanyi Tio Duarte berusaha menjawab dengan bijak.
“Jika ada teman-teman artis yang menggunakan jasa guru sepiritual untuk mencapai populeritas atau jadi artis terlaris, sungguh saya tidak bisa mencegahnya. Sebab, jika hal itu mereka lakukan jika menurut mereka baik dan selama tidak melanggar aturan agama, saya kira boleh-boleh saja,” terang Tio pada channelsatu.com disela waktu breaknya menjalani sinetron barunya, berjudul Ketika Cinta Harus Memilih berlakon bareng Tommy Kurniawan, Recan T. Narya dan masih banyak lagi artis yang terlibat, yang diproduksi Genta Buana Pharamita segera tayang di Indosiar untuk tahap awal 30 episode ini.
“Saya juga tidak memungkiri di lokasi suting ada juga teman-teman artis yang menawarkan saya untuk menggunakan jasa guru sepiritual untuk mencapai tangga populeritas tapi tawaran tersebut saya tolak,” tegas pria yang dilahirkan di rumah sakit Budi di Jakarta, 18 Agustus 1975.
Menurut bungsu dari 6 bersaudara buah cinta pasangan aktor laga tahun 70-an, Frederik R. Duarte atau populer dengan nama Fara Noor (Amerika-Banten) dan aktris Elio fi Sukmiko (Padang-China), ia pribadi juga pernah ditelpon langsung seorang paranormal yang menawarkan jasanya agar karirnya cepat terdongkrak ke papan atas.
“Dulu jauh sebelum hal ini ramai jadi buah bibir masyarakat, jujur saja saya pernah ditelpon langsung seorang paranormal yang menawarkan jasanya untuk mempercepat karir saya di panggung hiburan agar cepat naik. Namun, entah kenapa dari dulupun tawaran semacam itu tidak memikat hati saya untuk memanfaatkannya,” akunya.
Karenanya bagi cucu produser dan sekaligus sutradara terkenal di era 50 an Henry L Duarte ini, jika karirnya bisa dicapai seperti sekarang, semua itu karena kerja kerasnya dan ketekunannya menjalani profesinya sebagai artis.
“Jika kita ingin sukses dipanggung hiburan, syaratnya harus fokus, kerja keras, disiplin dan mampu melakoni peran yang disodorkan dengan baik,” kata Ayah tiga anak buah pernikahannya dengan penyanyi Netta Puspita ini.
“Selain itu, doa jangan pernah ditinggalkan untuk minta langsung pada Alloh SWT apa yang menjadi hajat kita. Enak lo kalau minta tolong langsung pada Alloh. Selain gratis, rahasia kita juga terjamin dengan aman,” nasehat Tio.
“Berdoa minta tolong pada Alloh inilah yang selalau ditekanan ibu saya dari sejak kecil jika kita butuh sesuatu. Hasilnya memang jitu seperti yang bisa saya rasakan sekarang,” tandasnya.
“Saya juga tidak menampik jika saya bisa sukses dipanggung hiburan, ini tak lepas dari doa ibu bapak saya dan juga orang-orang terdekat saya, seperti istri tercinta salah satunya yang juga punya peran penting dalam karir saya di dunia entertaint,” ucapnya.
Tio sendiri ibarat buah yang jatuh tidak jauh dari pohonnya. Artinya ia adalah generasi ketiga yang menekuni dunia lakon dari keluarga Duarte.
Kakeknya Henry Lincoln Duarte yang lahir di Agana, Guam, Amerika Serikat, 2 September 1909 adalah seorang penulis dan sutradara film terkenal tahun 50 an di Indonesia.
Ketika berada di pulau Jawa Henry membantu Njoo Cheong Seng dan Fifi Young mendirikan Fifi Young’s Pagoda.
Bagian dari Karya Henry diantaranya: Selendang delima 1941 dibintangi: Asmanah * Celli Young,Kembang Katjang 1950 dibintangi: Noviar * Sri Muniarti,Nusakambangan 1950 dibintangi: Siti Salmah,Remong Batik 1950 dibintangi: Ratna Ruthinah * Sri Muniarti * Wolly Sutinah,
Roda Dunia 1950 dibintangi: Salmah * Sudja’i,Tirtonadi 1950 dibintangi: Sofia W.D * Moh Mochtar,Kusuma Hati 1951 dibintangi: Greatani Hamzah * Ali Yugo,Siti Aminah 1951 dibintangi: Usman * Sri Muniarti,Bulan Purnama 1953 dibintangi: Sofia W.D * RD Endang,Karina 1954 dibintangi: Ismail Saleh * Djuaria,Bakar Tak Berapi 1954 dibintangi: Sri I. Uniati * Iskandar,Djudi 1955 dibintangi: Ismail Saleh * Sri Muniarti,
Lalu tongkat Estafe panggung hiburan dilanjutkan papanya Tio, Fara Noor yang tak lain anaknya Henry L. Duarte. Wajah Fara di era 70 an cukup terkenal dengan aksi-aksi dalam film laga, seperti : Pendekar Tjisadane, Pendekar Bambu Kuning,Dendam Berdarah, Air Mata Darah, Intan Perawan Kubu, Mantili Si Pembunuh, Sejuta Duka Ibu dan masih banyak lagi. (ibra/WP) Foto: ibra