Jakarta,channelsatu.com: Rayya adalah seorang artis besar. Multitalented, dia seorang aktris, pemusik, penyanyi, juga bahkan seorang model.
Dunia glamor yang diimpikan banyak orang sudah dalam genggamannya. Keangkuhan-keangkuhan yang biasa datang dengan kesuksesan pun direngkuhnya. Tapi, keberhasilan melemahkannya. Ketika suatu sore di coffeshop Rayya di’campakkan’, momentum itu adalah kulminasi dari akumulasi kegalauan Rayya, dan menjadi pemicu yang merubah galau Rayya menjadi sebuah rencana untuk menghentikan hidupnya sendiri.
Rencana itu mendapat kesempatan baik untuk terlaksana ketika Rayya harus mengerjakan sebuah project pembuatan autobiografinya. Dalam project itu Rayya diharuskan melakukan perjalanan panjang dari Jakarta sampai Bali.
Perjalanan untuk mencari lokasi-lokasi yang indah untuk photo shoot Rayya. Tanpa ada yang tahu, Rayya punya agendanya sendiri sepanjang jalannya. Rayya membuang airmatanya, membuang harapannya, membuang segalanya tentang dirinya dengan harapan pada akhirnya tak akan ada yang tersisa.
Dan kalau bisa melakukannya di depan kamera. Rencana yang culup ekstrim. Datang Arya. Bukan siapa siapa. Seorang fotografer setengah baya yang juga punya masalahnya sendiri. Masalah yang juga sangat bisa juga diselesaikan dengan cara Rayya. Mereka melakukan perjalanan bersama.
Perjalanan yang aslinya hanyalah sesi foto menjadi tidak begitu sederhana dengan tambahan permasalahan para pelakunya. ‘Jogetan’, ‘lompatan’, ‘permainan’, mereka berdua menjadikan perjalanan ini sama sekali berbeda dari yang mereka berdua pernah bayangkan.
Perjalanan ini berkendaraan jasad, tapi yang melakukan hijrah tidak hanya jasadnya. Pemahaman, pengetahuan, hati mereka ikut serta melakukan perjalanan panjang yang penuh pengalaman untuk menemukan sejatinya kematian. Untuk menemukan cahaya di atas cahaya. (DSP)