Jakarta, channelsatu.com: “Dari masa ke masa kita sudah melihat upaya para sineas film nasional untuk mengangkat kearifan lokal, sebagai bagian dari cerita film yang mereka angkat. Contoh ekstrimnya, adalah film-film karya Usmar Ismail yang sudah mengangkat kearifan lokal sejak awal sejarah perfilman Indonesia,” tutur Tino Saroengallo, Aktor, sutradara dan Produser film, dalam Dialog Perfilaman, dengan tema Kearifan Lokal Sebagai Kekuatan Film Indonesia di Tengah Penetrasi Budaya Asing, yang digelar Pusat Pengembangan Perfilman Kemendikbud dan Forum Wartawan Hiburan Indonesia (FORWAN), di Jakarta, Rabu (24/5/2017) kemarin.
Namun Tino melanjutkan, memproduksi film dengan mengangkat kearifan lokal tidak berjalan mulus, terutama diera orde baru banyak hambatan. Di zaman orde baru kalau membuat film dengan tema kearifan lokal, jika tidak sejalan dengan kebijakan pemerintah, dipastikan tidak akan edar atau tidak diproduksi. “Tapi sekarang sudah berubah, dan banyak bisa disaksikan, seperti film Thurah. Karena film-film semacam ini secara langsung akan memperkenalkan unsur kebudayaan sebagai ujud nyata kearifan lokal, tidak hanya kepada masyarakat Indonesia secara luas tetapi juga masyarakat dunia,” aku Tino.
“Pemerintah tak perlu sok tahu, ikut mencampuri urusan produksi film atau kasih bantuan dana ke produser film cerita. Pemerintah cukup memfasilitasi berbagai perijinan, membantu koordinasi dengan berbagai lembaga terkait, agar produksi film berjalan lancar hingga menghasilkan sebuah film yang dibuat dengan baik dan benar,” paparnya.
“Tema Kearifan lokal sekarang ini memang jadi alternatif pilihan kreatifitas, di tengah kejenuhan penonton film nasional yang mengangkat kisah kota metropolitan, terutama untuk layar kaca,” sambung Ody Mulya Hidayat, Produser yang sukses dengan berbagai genre, mulai dari horor, drama dan juga komedi ini.
Ody pun menyoroti peran pemerintah, agar tata edar film Indonesia benar-benar bisa jadi tuan rumah di negeri sendiri. Kekhawatiran yang wajar dari seorang Ody, karena beberapa bioskop menurutnya, sekarang sudah mulai dipegang investor asing, yang bisa mensensor sendiri dimana film yang layak diputar dibioskop yang didanai mereka.
Menyoroti tentang tenaga asing di dunia film, Ody mengaku tak khawatir dengan para pekerja film nasional. Mereka semua menurutnya siap bersaing dan tidak kalah soal kemampuan. “Hanya saja perlu ketegasan pemerintah dalam soal tenaga kerja film asing. Karena saya pernah mengantarkan sineas dari Cina yang akan membuat film di Indonesia, setelah mendampingi mereka keliling kebeberapa kota dan menjanjikana kan bekerja sama dalam sebuah produksi. Namun akhirnya mereka jalan sendiri membuat film di sini. Janji pun tinggal janji,” celoteh Ody.
Kembali ke film dengan tema kearifan lokal, Iwan Persada selaku produser menuturkan, dengan keragaman dan kekayaan budaya yang kita miliki tak harus (merasa) menjadi bangsa yang kalah. “Kita hanya butuh stategi yang membumi, kemauan bersama yang keras, dan dukungan kebijakan yang berpihak serta tentunya punya rasa memiliki yang tegas untuk bersama-sama menyebarkanluaskannya, secara tepat dan cerdas, pastinya,” terangnya.
Kepala Pusat Pengembangan Perfilman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Pusbang Perfilman Kemdikbud), Maman Wijaya yang turut hadir dikegiatan ini, memberikan sambutanya, menegaskan kalau tema Kearifan lokal, sudah masuk bagian rancangan kebijakan Rencana Induk Perfilman Nasional (RIPN) dan telah membuka ruang bagi orang-orang film benar-benar bisa berkreasi, asalkan jangan melupakan pengaruh sosial dan keagamaan di tengah-tengah masyarakatnya, meski karya film nasional tidak lagi boleh dipakai jadi corong pemerintah.
“Ekstremny kita kan bisa mempropagandakan negeri ini melalui kearifan lokal, melalui tontonan film ke masyarakat dunia internasional. Jadi bukan lagi sekadar untuk menangkal budaya asing, karena kalau bisa kita menghegemoni mereka, Caranya kita harus banyak memproduksi film, dan membuatnya menarik, karena (percuma bikin) film banyak-banyak kalau tidak ditonton masyarakatnya, Salah satu cara menilai film itu punya pengaruh budaya, ya harus ditonton oleh banyak orang,” kilah Maman yang bangga belakangan ini, banyak film nasional yang mengangkat kearifan lokal bisa berjaya di Festival Film Internasional di manca negara.