Jumat , 19 April 2024
Home / Showbiz / Film, Musik, TV / Nokas, Pemutaran Perdana di Almaty, Kazakhastan

Nokas, Pemutaran Perdana di Almaty, Kazakhastan

Adegan film Nokas. Foto: ist.
Adegan film Nokas. Foto: ist.

Jakarta, channelsatu.com: Merupakan suatu kehormatan jika film dokementer panjang berjudul Nokas karya Manuel Alberto Maia yang kerap dipanggil secara akrab Abe, asal Kupang, Flores, Nusa Tenggara Timur,  pertama kalinya diputar di Eurasia International Film Festival 2016.

Pemutaran perdana Nokas, pada 27 September 2016, itu bergabung dengan film dokumenter seperti Where To Invade Next karya sutradara Michael Moore, Fire at Sea karya Gianfranco Rosi serta Under the Sun Karya Vitaly Mansky pada program Eurasia Docs. Program ini adalah sesi program pemutaran film dokumenter dari wilayah Eropa dan Asia.

Dengan diputarnya Nokas di Eurasia International Film Festival, diharapkan dapat memberikan gambaran kecil mengenai kondisi budaya  daerah Timor , Indonesia, saat ini kepada masyarakat Kazakhstan.
“Menonton Nokas adalah melihat Timor hari ini dalam rangka keberagaman Indonesia,“ kata Abe kepada channelsatu.com melalui email.

Nokas berkisah mengenai seorang pemuda bernama Nokas yang ingin menikahi kekasihnya seorang gadis Timor yang bernama Ci. Ternyata tidak mudah menikah dengan gadis Timor, sebab pihak lelaki biasanya diminta untuk membayar mahar kepada orang tua dan saudara dari pihak perempuan. Jumlahnya tidak tentu, namun seringkali memberatkan. Tradisi ini seringkali pula terlihat menjadi seperti transaksi jual beli.

Dengan pendekatan observasional, film ini mengikuti usaha Nokas dalam menyiasati biaya pernikahannya. Bermula dari pertemuan pertama Abe dengan Nokas pada bulan April 2013, maka Abe tertarik untuk mengemas dalam film dokumenter ketika mengetahui diri Nokas adalah seorang petani muda .

“Ini tentu saja menarik karena saat ini jarang menjumpai anak muda Kupang yang mau berkebun. Kebanyakan anak muda Kupang lebih memilih menjadi perantau ataupun nongkrong di tempat billiard yang bersebaran hampir di setiap gang,“ tegas Abe.

Setelah melakukan proses riset selama delapan bulan, akhirnya Abe memulai produksi film dokumenter tersebut dengan merekam keseharian keluarga Nokas. Awalnya Abe ingin merekam kehidupan seorang anak muda yang bertani di tengah ancaman perampasan lahan. “Namun dalam proses syuting saya dibawa ke dalam kompleksitas kehidupan keluarga Nokas dalam mempersiapan pernikahan Nokaa. Akhirnya diputuskan film ini berfokus pada usaha Nokas untuk menikahi pacarnya di tengah budaya Timur yang mengharus Nokas membayar mahar kawin yang ditetapkan oleh keluarga perempuan,“ cetus Abe.
Praktis proses produksi film dokumenter panjang Nokas ini selama kurang lebih 3 tahun. Selama proses produksi Abe mendapat dukungan Shalahuddin Siregar sebagai produser maupun editor. Shalahuddin Siregar  sendiri adalah sutradara film Negeri di Bawah Kabut dan merupakan alumni Eagle Awards , ajang kompetisi film dokumenter.

Keterlibatan Shalahuddin Siregar karena beberapa hal. Yakni banyak film yang diproduksi di luar Jawa, namun oleh pembuat film yang berasal dari Jawa dengan sudut pandang Jawa. Sementara sedikit sekali pembuat film dari luar Jawa yang suaranya bisa terdengar di tingkat Indonesia, apalagi internasional. Persoalannya ialah perkembangan produksi film dokumenter masih membutuhkan dukungan infrastruktur lain selain teknologi, yaitu dana, jaringan dan keahlian.

Kini dengan kehadiran Nokas, di tengah maraknya perfilman Indonesia dan di tengah juga kegairahan anak muda dalam membuat film (tidak terkecuali film dokumenter) yang banyak berpusat di Jawa, kiranya kemunculan Manuel Alberto Maia alias Abe asal Kupang, Flores, Nusa Tenggara Timur ini patut disaluti.

Usai diputar di Eurasia International Film Festival 2016 di Almaty , Kazakhstan, Nokas rencananya akan diputar di beberapa kota di Indonesia apa awal tahun 2017. (Syamsudin Noer Moenadi, email : nm.syamsudin@yahoo.com)

About ibra

Check Also

Foto: Dok.

FFWI Dirancang Jadi Festival Film Bergengsi di Asean

Jakarta, Channelsatu.com: Presiden Festival Film Wartawan Indonesia (FFWI) XIII Tahun 2023, Wina Armada Sukardi, menyebut, …

Tinggalkan Balasan

Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *