Jakarta, channelsatu.com:Buat Anda, apa yang berkesan tentang kota Bandung, yang sekarang ini setiap akhir pekan jalanan di sana selalu macet lantaran banyaknya warga Jakarta yang berlibur?
Buat saya, Bandung yang dulu pernah mendapat julukan Paris van Java, adalah wisata kulinernya. Selain alamnya yang indah dan udaranya sejuk , di Bandung yang merupakan kota terbesar di Tatar Pasundan, Jawa Barat, banyak tempat makan yang menggugah selera, sehingga membuat saya bingung untuk menentukan pilihan.
Banyak makanan yang enak untuk dicicipi, terdapat pula makanan khas yang tidak bisa dilupakan serta mengoda lidah. Jajanan khas Bandung terus terang membuat ketagihan, yang akhirnya membuat kembali lagi ke Bandung.
Ibukota Provinsi Jawa Barat ini terletak 140 kilometer sebelah tenggara Jakarta dan kota terbesar ketiga di Indonesia, setelah Jakarta dan Surabaya menurut jumlah penduduk, Bandung memang terkenal ke seluruh dunia karena pada tahun 1955 sebagai tempat pertemuan internasional Konferensi Asia –Afrika. Konferensi itulah sebagai peristiwa bersejarah, maka Bandung pun menjadi kota bersejarah.
Ke Bandung tanpa mencicipi kudapan khas, sepertinya tidaklah sah berada di kota yang memiliki ketinggian 750 meter di atas permukaan laut. Pulang dari Bandung, juga tidaklah afdol jika tidak membawa oleh-oleh peuyeum atau bollen Kartika Sari, toko kue yang lokasinya di Jalan Haji Akbar Nomor 4, Kebon Kawung.
Kartika Sari ini, toko kue yang sudah ada pada tahun 1980-an, dikenal lantaran pelopor pisang bollen keju. Di Bandung, paling tidak terdapat tujuh cabang Kartika Sari dengan lebih dari 130 varian jajanan, namun pisang bollen keju yang mendominasi penjualan.
Perihal peuyeum alias tape Bandung adalah makanan dibuat dari singkong yang difermentasikan dengan ragi. Peuyeum Bandung justru khas, berbentuk satu singkong utuh dan tidak basah. Para pedagang yang menjual peuyeum biasanya digantung dalam beberapa batang. Banyak tempat penjual peuyem, pokoknya disetiap tempat oleh-oleh.
Sesampai di Bandung, Anda mesti mencicipi kudapan Surabi, Colenak dan Batagor. Khusus Batagor, Anda perlu mampir ke kedai Batagor & Mi Baso Isan di Jalan Mohammad Toha. Di setiap sudut jalan di Bandung, pasti dijumpai penjual batagor. Tapi di kedai Batagor & Mi Baso Isan sangatlah lain, penikmat menyebut Batagor Alternatif.
Bumbu Batagor Alternatif ini terlihat lebih merah kendati sama-sama menggunakan bahan dasar kacang merah dan rasa yang ditawarkan pun berbeda-beda. Makanan tahu berisi adonan sagu dan ikan tenggiri ini bisa dibawa pulang, sebelumnya batagor digoreng setengah matang supaya tidak mudah basi.
Kedai Batagor dan Mi Baso Isan pertama kali buka pada tahun 1980-an di daerah Bojong Loa dan sekarang ini di Bandung sudah ada lebih sepuluh gerai cabang. Lantas, tentang kudapan Colemak, Anda patut bertandang resto Colemak Murdi Putra di Jalan Ahmad Yani 733.
Colemak dikenal juga tape bakar adalah nama yang diberikan pada makanan yang dibuat dari peuyeum, tapai singkong yang dibakar dan disantap dengan dicocolkan pada gula Jawa cair yang dicampur dengan serutan kelapa. Kudapan ini dikenalkan Aki Murdi pada tahun 1930-an.
Penamaan kudapan ini merupakan lakuran dari kata dalam bahasa Sunda, dicocol enak. Teknik memasak colemak, kandungan gula dalam tapai itulah yang membuat tapai tersebut mudah gosong, Dan hal ini, tapai yang gosong itu, bagi beberapa penikmat adalah bagian yang enak.
Colemak Murdi Putra pengolahannya sangat tradisi. Tape singkongnya yang berasal Cimeyan, yakni peuyeum putih, dipanggang dengan arang. Sedangkan gula sebagai cocolan peuyeum dimasak dengan kayu bakar. Kini Colemak Murdi Putra memiliki variasi rasa, yaitu colemak rasa durian dan nangka.
Nah, kudapan Surabi layak pula dicicipi. Surabi bisa dikata pancake ala Jawa Barat, terbuat dari tepung beras dibakar di atas tungku kayu dan pada hasil akhir ditambahkan kuah cair manis dari gula merah. Hanya di Bandung Anda dapat menikmati Surabi dengan variasi toping maupun sausnya. Kudapan Surabi pun bisa dikombinasikan dengan makanan lain seperti keju, dan coklat.
Di Bandung, banyak tempat yang menyajikan surabi, biasanya tempat untuk nongkrong anak muda. Surabi yang dijajakan itu, menawarkan surabi dengan bermacam variasi, tapi yang pasti tetap tidak meninggalkan kekhasan surabinya sendiri.
Yang pasti Bandung gudangnya kuliner. Yang pasti juga jika melakukan wisata kuliner ke Bandung, ditanggung seratus persen binggung. Beraneka rupa pilihan makanan yang ditawarkan. Diakui sekali Bandung sangat inovatif dalam perkara menu kuliner. Anda pasti setuju untuk soal ini. (Syamsudin Noer Moenadi, Jurnalis, Pemerhati Kuliner, dan Redaktur channelsatu.com)