Nasional

Kehutanan Luncurkan Program Kegiatan Pengelolaan Jenis Tumbuhan Invasif di Asia Tenggara

5
×

Kehutanan Luncurkan Program Kegiatan Pengelolaan Jenis Tumbuhan Invasif di Asia Tenggara

Sebarkan artikel ini

Jakarta, channelsatu.com: Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Kementerian Kehutanan baru-baru ini,di Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta meresmikan dimulainya kegiatan Removing Barriers to Invasive Species Management in South East Asia.

Kegiatan ini menurut Kepala Pusat Humas Kemenhut S u m a r t o, diperoleh dana hibah dari
Global Environmental Facilities (GEF) melalui United Nations Environment Programme (UNEP)
yang mencakup 4 negara ASEAN ; Indonesia, Kambodja, Vietnam dan Filipina selama 4 tahun, mulai pertengahan 2012 hingga pertengahan 2016.

Indonesia merupakan negara pertama yang memulai kegiatan ini pada 6 Juli 2012, yang ditandai dengan penandatangan Sub-Contract Agreement (GEF- Trust Fund Project Number 0515) antara CABI (Commonwealth Agriculture Beuro International) sebagai Lead/Regional Executing Agency dan Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi Kementerian Kehutanan, sebagai National Executing Agency.

Indonesia menetapkan dua lokasi pilot site yaitu Taman Nasional Baluran (TNB), Jawa Timur
dan TN Bukit Barisan Selatan (TNBBS), Lampung.  Kedua lokasi dipilih berdasarkan tingkat
ancaman kerusakan terhadap ekosistem alami yang disebabkan oleh jenis tumbuhan invasif yakni Acacia nilotica (di TNB) dan Mantangan/Merremia sp. (di TNBBS).

Lokasi percobaan tersebut akan menjadi  media yang efektif untuk mempromosikan pengelolaan dan pengendalian IAS. Beberapa output yang akan dihasil dari program kegiatan RBIS-SEA Indonesia menurut Sumarto, diantaranya adalah kebijakan terkait IAS di sektor Kehutanan, Environmental Management Plan khusus untuk pengelolaan IAS, Risk Assessment, Early Detection System, dan Public Awareness untuk pencegahan dampak negatif IAS terhadap ekosistem hutan tropis di Indonesia. 

Diterangkan Sumarto, Kegiatan ini merupakan upaya konservasi terhadap hutan yang memiliki kepentingan global, khususnya keanekaragaman spesies dan genetika di kawasan hutan tropis Asia Tenggara. 

“Tujuannya adalah untuk memitigasi ancaman tumbuhan invasif terhadap biodiversitas dan
ekonomi lokal Asia Tenggara terutama di kawasan konservasi dan hutan produksi,” terang
Sumarto.

“Sebab,ancaman IAS terhadap keanekaragaman hayati menduduki peringkat kedua setelah
kerusakan habitat. Jenis tumbuhan invasif  menjadi ancaman utama bagi ekosistem dan
keanekaragaman hayati alami yang ada di suatu  wilayah,” ungkapnya.

“Karena dampak yang diakibatkannya dapat menurunkan kualitas hutan tropis dan biodiversitas flora dan fauna. Disamping itu, berimbas terhadap besarnya biaya pemulihan (cost recovery) sumber daya alam di berbagai sektor seperti, pertanian, kehutanan, perairan/budidaya ikan, perdagangan, transportasi, rekreasi dan turisme,” tandasnya. Foto : Ilustrasi. (ibra)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *