Indramayu, channelsatu.com: Sejumlah artis dilibatkan di film Enak Tho Zamanku, Piye Kabare? (ETZPK?, antara lain aktor senior Soultan Saladin, Ismi Melinda, Otig Pakis, Ratu Erina, Dolly Marten, Yurike Prastika,dan lain-lainnya.
Syuting hari pertama film arahan sutradara Akhlis Suryapati Dasimun, yang bergenre drama satir multi tafsir dilakukan di Indramayu, Jawa Barat ini, dihadiri mantan Menteri Kordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam), Tedjo Edhy Purdijanto, pada Senin (14/8/2017) malam.
Tedjo Edhy memberi suport pada film ETZPK? dan temannya, Sonny Pudjisasono selaku produser Midessa Pictures.
“Kita dukung film yang berupaya memberi nilai pendidikan,” kata Tedjo Edhy diacara selamatan dan memotong nasi tumpeng simbol dimulainya syuting.
Nilai ‘pendidikan’ yang dimaksud Tedjo Edhy adalah film yang akan menggugah penonton untuk mencintai tanah air, nasionalisme, dan kebangsaan.
“Tentu tidak mudah membuat film bernilai pendidikan. Perlu strategi untuk membuat film tanpa disadari penonton, dan tetap menghibur,” jelas Tedjo yang mengaku sering nonton film Indonesia.
Selamatan produksi film berlangsung di Hotel Flamingo di Indramayu, satu dari beberapa lokasi set film ETZPK?.
Dikatakan oleh Akhlis Suryapati, rencana produksi ETZPK? sudah cukup lama dan mendapat respons dari banyak pihak, termasuk dari produser Sonny.
“Untuk persiapan relatif cepat karena kita memaksimalkan budget,” kata Akhlis yang sepuluh tahun lalu membuat film “Lari Dari Blora” (2007).
Selain menulis cerita dan jadi sutradara, Akhlis Suryapati melalui Kreativa Art rumah produksi miliknya juga menaruh sahamnya di film ETZPK?
“Kita juga sudah membuat kisahnya hingga bagian ketiga, karena saya yakin kemasan film ini berbeda dan memikat untuk disaksikan,” tutur Akhlis.
Menurut Akhlis, judul film mengambil idiom atau frasa yang identik dengan sosok Soeharto tokoh Orde Baru.
“Yang menafsirkan judul film “Enak Tho Zamanku, Piye Kabare?” adalah tentang Orde Baru, silakan. Ada yang bilang didanai keluarga Cendana dan lain-lain, tidak apa-apa. Yang pasti film ini dibuat dengan konsep multi tafsir lewat drama komedi aksyen yang menghibur,” Akhlis.
Penafsiran berbeda atas film ETZPK? yang menggabungkan drama, action, dan komedi ini juga muncul dari para pemain, ketika menerima skenario.
“Setelah semua pemeran membaca skenario, saya tanya penilaian mereka, dan masing-masing punya penafsiran berbeda tentang film ini,” kata Ketua Sekretariat Nasional Kine Klub Seluruh Indonesia (Senakki) itu.
Rencananya syuting ETZPK? berlangsung 15 hari dan seluruhnya di Indramayu. “Film ini bisa dibuat dimana saja, tapi kami merasa lebih efektif mengambil lokasi di Indramayu,” jelas Akhlis tentang dipilihnya kota di pantai utara Jawa Barat tersebut.
Selain itu, karena tidak ada setting waktu dan tempat. “Setiap pemeran berdialog dengan dialeknya masing-masing tanpa dibuat-buat,” kata Akhlis.
Produser Sonny Pudjisasono berharap film produksinya mendapat sambutan dari masyarakat. (Ibra)