Manokwari,channelsatu.com: Masyarakat yang mendiami Distrik Sidey, SP 11, Kabupaten Manokwari saat ini menjadikan kotoran sapi sebagai Biogas untuk selanjutnya digunakan oleh masyarakat setempat sebagai keperluan rumah tangga (RT).
Awal mulai pembuatan Biogas ini, dilakukan oleh salah satu Petugas Penyuluh Petemakan bemama Marno. Warga transmigrasi yang tergabung dalam kelompok Makmur di Kampung Mokwam ini, didatangkan oleh Dinas Pertanian Provinsi Papua Barat untuk meningkatkan sektor populasi temak sapi di wilayah dataran Prafi.
Semenjak bergabung dengan kelompok Makmur, Marno pun berbagi pengalamannya dengan mengolah kotoran sapi menjadi Biogas yang multi fungsi dan dapat digunakan untuk menyalakan kompor serta lampu petromak. “Kotoran temak seperti babi, unggas dan sapi bisa diolah menjadi Biogas,” katanya, belum lama ini.
Namun, kotoran sapi lebih mudah dan dirinya lebih memilih kotoran Sapi, karena pengolahannya lebih mudah dan cepat, hanya membutuhkan waktu tiga hari.
Dikatakan, upaya menciptakan Biogas tidak semudah apa yang dipikirkan oleh pelaku peternak. Namun, perlu ada ketekunan dalam mengolah kotoran hewan apapun, untuk menjadi sebuah pemenuhan kebutuhan rurnah tangga.
Sejak awal 2007, Marno dalam memproduksi Biogas hanya mengandalkan 3-5 ekor Sapi. Setelah berkembang dan mendapat perhatian dari pemerintah Provinsi Papua Barat dalam mensuport anggaran dan temak Sapi, maka usaha ini pun ditingkatkan sehingga menghasilkan Biogas dalam jumlah yang banyak.
“Kotoran Sapi kita kurnpulkan dalam satu tempat, kemudian diolah dengan air dan hasil Biogas itu dikumpulkan dalam satu tempat tersendiri, laIu dialirkan melalui selang khusus untuk ditampung di kompresor. Namun, ada sebuah plastik khusus yang diatur khusus untuk melihat volume Biogas yang dihasilkan oleh kotoran Sapi tersebut.
Selanjutnya, setelah kantong plastik penampung Biogas itu penuh dan kelihatan selang maka kompresor itu segera ditutup,” kata Mamo, seraya menambahkan penghasil Biogas dari temak sapi baru mencapai volume 10 meter.
Gubernur Papua Barat Abraham O. Atururi yang mendengar penjelasan petugas penyuluh tersebut, menginginkan agar hasil kerja ini perlu ada peningkatan lebih baik dan perlu untuk memberikan pelatihan kepada para pelaku peternakan lainnya tentang cara pembuatan Biogas.
“Saya sendiri rnengakui sebuah penghasil Biogas ini, pasalnya kalau dilihat rurnit, namun kami berharap ada pelatihan kepada masyarakat Papua di wilayah Papua Barat, sehingga bisa dipraktekan juga oleh orang Papua di Provinsi Papua Barat,” ujar Gubemur.(sumber infokom/ch1)