Jakarta, Channelsatu.com – Untuk pertama kalinya, sebuah partai politik di Indonesia membuka ruang kolaborasi dengan masyarakat luas dalam menciptakan Mars dan Hymne resmi. Kompetisi bertajuk “Gema Cipta Lagu” ini digagas Gemantra, sayap kebudayaan Partai Gema Bangsa, dan langsung mencuri perhatian sejak diluncurkan pada 10 Agustus 2025.
Ketua Umum Partai Gema Bangsa, Ahmad Rofiq, menegaskan bahwa langkah ini bukan sekadar perlombaan. *“Kami ingin melibatkan masyarakat dalam gerakan kebudayaan partai. Ini adalah ruang kolaborasi, bukan hanya ajang kompetisi. Mars dan Hymne nanti akan lahir dari rakyat, untuk rakyat,”* jelasnya.
Sejak diumumkan, puluhan karya dari 38 provinsi telah masuk. Proses seleksi pun berlangsung di dua level: juri lokal di DPW setiap provinsi, dan juri nasional yang terdiri dari lima musisi kenamaan Indonesia.
Adi Adrian menyebut ajang ini sebagai langkah berani. *“Melibatkan masyarakat dalam menciptakan lagu partai itu luar biasa. Ini cara baru menyatukan visi politik dan musik,”* ungkapnya. Hal senada disampaikan Edwin Marshal Syarief. *“Membuat lagu kebangsaan partai butuh effort besar, sama seperti saat saya menciptakan Bendera bersama Cokelat,”* tuturnya.
Juri lain, Sandy Canester, menegaskan pentingnya keseriusan dalam berkarya. *“Penulis lagu memang bebas, tapi agar karyanya diterima masyarakat luas, tetap perlu kerja keras dan ketulusan,”* katanya.
Hadiah Rp75 juta disiapkan bagi pemenang, dengan syarat karya harus orisinal, menggunakan bahasa Indonesia, dan mencerminkan semangat nasionalisme serta misi Partai Gema Bangsa.
Partai Gema Bangsa sendiri baru akan dideklarasikan pada 17 Januari 2026. Namun lewat Gemantra, partai ini sudah menegaskan posisinya sebagai pengusung politik kebudayaan, berbeda dari partai lain yang biasanya hanya mengandalkan strategi konvensional.
Dengan inovasi ini, “Gema Cipta Lagu” bukan hanya memperebutkan hadiah, tetapi juga membuka jalan bagi karya seni menjadi simbol perjuangan politik yang akan dikenang dalam sejarah. ich