Jakarta, channelsatu.com: Pemerintah Provinsi DKI (Daerah Khusus Ibukota) Jakarta berkeinginan sekali menghapus stigma alias stempel bahwa pelajar kota Jakarta paling suka tawuran.
Memang berbagai langkah ditempuh untuk meredam hal tersebut dan upaya yang telah dilakukan adalah melalui pentas seni serta bikin film.
Perihal pentas seni ini diadakan masyarakat Johar Baru Guyub dalam Festival Budaya Kampung. Sepanjang hari pada pertengahan Desember 2013 warga di Kecamatan Johar Baru,Jakarta Pusat, guyup dalam karnaval, bazar dan pentas seni.
Sengaja kegiatan ini digelar, yang menurut Paulus Wirutomo, sosiolog Universitas Indonesia ,sekaligus Ketua Panitia Festival Budaya Kampung, supaya warga saling mengenal, kompak, serta bersatu.
Selama sehari penuh, mulai pukul 07.00 hingga 24.00 WIB, festival ini berlangsung. Acara diawali dengan karnaval warga, lantas pentas aneka acara kesenian seperti musik dangdut, drama dan pertunjukan musik perkusi yang dilakukan anak-anak muda wilayah Kecamatan Johar Baru.
Festival Budaya Kampung ini yang panggung utamanya berada di depan Kantor Camat Johar Baru , sungguh meriah sertamerta diharapkan bisa mempertemukan warga dari sejumlah wilayah Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat. Sehingga terjadi interaksi yang menghasilkan keakraban maupun kerukunan, dan akhirnya tawuran tidak lagi terjadi.
Selama ini, Kecamatan Johar Baru dikenal sebagai wilayah yang sering diwarnai tawuran antarwarga dan pelajar. Bahkan pada kurun waktu tertentu, tawuran bisa terjadi beberapa kali
seminggu. Anehnya, penyebab tawuran yang dilakukan warga maupun pelajar tidak diketahui secara pasti.
Demikian pula yang diperbuat Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta dalam program Festival Film Pelajar (FFP) 2013 , diadakan di XXI , Epiwalk, Epicentrum, Rasuna Said, Jakarta Selatan yang waktunya berbarengan dengan Festival Budaya Kampung di Johar Baru .
“Sengaja kami mengajak para pelajar untuk bikin film ketimbang tawuran,“ kata Ida Subaedah, Kepala Bidang Pengelolaan Daya Tarik Destinasi,mewakili Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta,Arie Budiman.
Dalam sambutan tertulis, Arie Budhiman mengemukakan, FFP 2013 DKI Jakarta yang digelar pertama kali merupakan ruang belajar bersama serta forum silaturahim komunitas film dan
pelajar SMA. Melalui ruang inilah mereka saling bisa membagikan ilmu pengetahuan, pengalaman dan ketrampilan membuat film.
Sebagaimana dimaklumi film adalah sarana ekspresi, komunikasi pendidikan dan budaya.Tentunya bagi para pelajar serta komunitas film pemula, festival semacam ini dapat dimanfaatkan untuk memacu kreativitas, inovasi, serta mengeksplorasi budaya dalam karya mereka. Alih-alih kegiatan inipun bisa untuk menanamkan cinta budaya sendiri sebagai sebagai benteng ketahanan dari pengaruh budaya asing.
Kegiatan FFP 2013 DKI Jakarta yang diikuti pelajar SMA dan SMKN Jakarta, Bogor, Bekasi dan Tangerang, berisi workshop serta pembekalan mengenai kiat membuat film yang baik dan benar dari narasumber profesional. Di forum ini juga para peserta dapat mengeksplorasi bakat dan kemampuannya yang dituangkan dalam sebuah karya.
Silaturahim seperti itulah yang sangat diharapkan pada FFP 2013 DKI. Maka kiranya sudah semestinya film harus dipahami,diapresiasi, dicintai dan bila perlu dikritisi, dan dengan begitu kita tidak menjadi larut ke dalam pengaruh negarif, seperti melakukantawuran. Namun melainkan kita musti mampu mengambil manfaat.
Pernyataan : Yuk, pentas seni dan membuat film ketimbang tawuran patut digarisbawahi. Menurut Paulus Wirutomo penyebab tawuran tidak mudah diurai.Sejumlah faktor sangat melilit, danbanyak faktor yang ikut berkonstribusi. Masalah tawuran sangat kompleks dan tali-temali.
Salah satu untuk mengikis tawuran adalah dengan cara membangun forum silaturahim seperti pentas seni di Kecamatan Johar Baru dan kegiatan FFP 2013 DKI Jakarta. Dengan dibangun forum silaturahim itu bukan tidak mungkin kerukunan, kekompakan untuk saling memahami serta belajar, akan terwujud.
Kegiatan kesenian ialah cara yang efektif dalam membangun kekompakan dan kerukunan. Jika kekompakan telah terbentuk,barulah diadakan penyuluhan. Contoh nyata, ya, di Kecamatan Johar Baru. Selama dua tahun terakhir warga Kecamatan Johar Baru bekerjasama dengan sejumlah lembaga melakukan pendampingan terhadap anak-anak muda. Mereka membentuk Sekolah Komunitas Johar Baru yang aktif menggelar pelatihan kesenian.
Festival Budaya Kampung dan FFP 2013 DKI Jakarta, sekali lagi, diharapkan menarik minat anak muda dan para pelajar supaya tidak lagi terlibat kegiatan negatif. Apabila energi dan kesibukan anak-anak muda dan pelajar tersedot ke hal psitif, pikiran ke hal negatif menjauh.
Tidak diingkari upaya menghentikan tawuran bisa dilakukan dengan pembinaan kreativitas. Potensi kreatif anak-anak muda dan pelajar akan tergali serta mendapat tempat alias ruang, sehingga keinginan mereka terlibat dalam tawuran akan berkurung. Jadi? Yuk, pentas seni dan membuat film ketimbang tawuran.(Syamsudin Noer Moenadi, jurnalis, pemerhati masalah kesenian, dan Redaktur Channelsatu. com).