Jakarta, channelsatu.com: Ada tiga program prioritas Kementerian Pariwisata yang diimplementasikan tahun 2017. Yakni : Homestay (Pondok Wisata), digital tourism dan koneksitas udara. “Tahun 2017, kami menargetkan membangun 20.000 homestay. Tahun 2018 sebanyak 30.000, dan tahun 2019 sebanyak 50.000. Sebagai quick win pada triwulan pertama 2017 akan dibangun seribu homestay di sepuluh destinasi, di antaranya Mandalika (Lombok, Nusa Tenggara Barat) dan Borobudur (Magelang, Jawa Tengah), “kata Menteri Pariwisata Indonesia Arief Yahya, dalam siaran pers yang diterima channelsatu.com via email, akhir Desember 2016.
Tentang digital tourism, Arief Yahya menegaskan, untuk meningkatkan kunjungan wisatawaman manca Negara secara signifikan digital tourism menjadi strategi yang harus dilakukan untuk merebut pasar global, khususnya pada duabelas pasar fokus yang tersebar di 26 negara.
Program digital tourism dimulai dengan diluncurkan ITX (Indonesia Tourism Exchange) yang merupakan digital market place platform dalam ekosistem pariwisata atau pasar digital yang mempertemukan buyers dan sellers, di mana nantinya sebuah travel agent, akomodasi, atraksi dikumpulkan untuk dapat bertransaksi. “Kami berharap triwulan pertama 2017 sudah mencapai operasional seratus persen dan semua industry pariwisata sudah go digital,“ kata Arief Yahya.
Selain itu juga diluncurkan War Room M-17 di Gedung Sapta Pesona, kantor Kementerian Pariwisata sebagai pusat pemantauan berbasis teknologi digital. Dalam ruang War Room M-17 terdapat 16 layar LED touch screen untuk memantau empat aktivitas utama, yaitu pergerakan angka-angka pemasaran mancanegara dan pemasaran nusantara, tampilan big data berisi keluhan, kritik, saran dan semua testimony baik negative maupun positif.
Pusat intelijen ini menampilkan pergerakan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara secara real time update termasuk data strategi untuk menghadapi competitor: Malaysia sebagai common enemy dan Thailand sebagai “musuh” professional bagi pariwisata Indonesia. Selain itu ditampilkan pula indicator positif-negatif mengacu pada Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI) World Economic Forum (WEF) sebagai standar global.
Perihal konektivitas udara merupakan program prioritas 2017 yang sangat strategis, mengingat sekitar 75% kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia menggunakan moda transportasi udara sehingga tersedianya jumlah kursi pesawat, seat capacity, yang cukup menjadi kunci untuk mencapai target tahun 2017 hingga 2019.
Menurut Arief Yahya, ketersediaan kapasitas seat sebanyak 19,5 juta oleh perusahaan maskapai penerbangan Indonesia dan asing saat ini hanya cukup untuk memenuhi target kunjungan 12 juta wisatawan mancanegara pada tahun 2016. Sedangkan target 15 juta tahun 2017 membutuhkan tambahan empat juta seat. Untuk target 18 juta wisatawan tahun 2018 membutuhkan tambahan 3,5 juta seat atau menjadi 7,5 seat. Lantas untuk mendukung target 20 juta wisatawan pada 2019 perlu tambahan 3 juta seat atau menjadi 10,5 juta seat pesawat.
Untuk memenuhi tambahan 4 juta seat dalam mendukung target 15 juta wisatawan mancanegara pada 2017, Kementerian Pariwisata Indonesia melakukan strategi 3 A (Airlines-Airport & Air Navigation-Authorities). Strategi ini dalam upaya menambah direct flight, penerbangan langsung berjadwal melalui pembukaan rute baru, extra flight, maupun flight baru dari pasar potensial serta pemberian incentive airport charge dan pengalokasian prioritas slot di sejumlah bandara internasional di Indonesia.
“Kami pun melakukan promosi bersama dengan perusahaan penerbangan Indonesia dan asing dalam mewujudkan partnership action program untuk mendukung target pariwisata 2019,“ kata Arief Yahya. (Syamsudin Noer Moenadi, email nm.syamsudin@yahoo.com)