Pondasi Perfilman Indonesia Masih Lemah

Must Read

Kongres Peran Serta Masyarakat Perfilman Lakukan Focus Grup Discussion (FGD) II, yang dijembatani Pusbang Film, Kemendikbud, Kamis (20/12/2018) di hotel Menara Paninsula, Jakarta. Foto : Ki2.
Kongres Peran Serta Masyarakat Perfilman Lakukan Focus Grup Discussion (FGD) II, yang dijembatani Pusbang Film, Kemendikbud, Kamis (20/12/2018) di hotel Menara Paninsula, Jakarta. Foto : Ki2.

Jakarta, channelsatu.com: Pelaksanaan Festival Film Indonesia (FFI) 2018, yang baru saja dilaksanakan, dinilai kering. Karena tidak mencerminkan pestanya orang film yang bisa dijadikan tontonan dan hiburan yang menarik bagi masyarakat. Hal ini diungkapkan oleh Wakil Kongres Peran Serta Masyarakat Perfilman, Rully Sofyan diacara Focus Grup Discussion (FGD) II, yang dijembatani Pusbang Film, Kemendikbud, Kamis (20/12/2018) di hotel Menara Paninsula, Jakarta.

“Yang saya lihat setelah digelar FFI 2018, semua seperti berlalu begitu saja, sunyi senyap. Ini sangat memprihatinkan. Harusnya FFI bukan saja saja jadi ajang prestise bagi orang film. Tapi juga jadi barometer untuk mengukur prstasi insan film sesungguhnya,” kritik Rully.

Rully juga mengkritisi yang menurutnya fondasi perfilman Indonesia masih lemah. Pasalnya, menurut Rully akibat Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2009, tentang perfilman belum sepenuhnya dijalankan karena UU dan PP tersebut tidak kunjung tuntas.”Dari undang-undang tersebut, perlu dipahami, kita masyarakat juga bisa menyuarakan pendapat untuk kemajuan industri perfilman Indonesia,” tutur Rully yang sekaligus menegaskan dari acara ini, akan dtampung berbagai kritisi dan masukan yang akan direkomendasikan ke pemerintah lewat Kongres Peran Serta Masyarakat Perfilman di awal 2019 ini.

Sonny Pudjisasono selaku Ketua kegiatan ini, menegaskan organisasi yang ia buat bukan tandingan dengan organisasi lainnya. Tapi dari kegiatan ini, ingin mewadahi berbagai masukan dari insan perfilman, baik secara perorangan juga organisasi ke pemerintah, demi kemajuan film nasional.

“Film juga jangan dilihat hanya sebatas karya seni semata. Atau sebagai barang dagangan. Di era globalisasi film juga bisa jadi alat budaya bangsa. Karena hal ini juga telah dilakukan Korea dan Amerika, dimana film dilakukan jadi alat propaganda dan penetrasi budaya mereka. Nah, kita Indonesia harus bisa melakukan hal yang sama untuk menangkal budaya asing.” tandas Sonny dalam kata sambutan, dimana acara FGD II, selain dihadiri insan film perorangan dan orangisasi juga para pewarta ini. (Bang)

Latest News

Film Horor Bayang Bayang Anak Jahanam Tayang di Layar Bioskop 16 Januari 2025

Jakarta, Channelsatu.com - Film horor produksi Anami Films yang disutradarai A.R.M bertajuk Bayang Bayang Anak Jahanam ini akan dirilis...

More Articles Like This