Scroll untuk baca artikel
ShowbizSinopsis

Pangkalpinang, Kota Kita Bersama

8
×

Pangkalpinang, Kota Kita Bersama

Sebarkan artikel ini
Yo Sholat. Foto: Snm
Yo Sholat. Foto: Snm
Yo Sholat. Foto: Snm

Pangkalpinang, channelsatu.com: Seringkali saya salah ucap, juga kerap salah menyebut kota Pangkalpinang yang merupakan Ibukota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan Tanjung Pinang, yaitu kota yang berada di Pulau Bintan, wilayah Riau Kepulauan atau Kepulauan Riau yang disingkat Kepri. Sedangkan kota Pangkalpinang ini, jaraknya tidaklah begitu jauh dari Jakarta, hanya satu jam perjalanan, malah kurang, jika ditempuh dengan menggunakan transportasi udara.

Dari Jakarta, persisnya dari Bandara Soekarno-Hatta, menuju Pangkalpinang, ada beberapa maskapai penerbangan yang menyinggahi. Pun ada penerbangan dari kota lain, seperti dari Batam, Kepri,  langsung ke Bandara Depati Amir,  yang letaknya beberapa kilometer dari kota Pangkalpinang.

Tahun-tahun lalu Bandara Depati Amir berada di dalam kota Pangkalpinang, kini Bandara Depati Amir telah pindah lokasi dan berwajah baru serta mulai beroperasi pertengahan Januari 2017. Begitu menginjakkan kaki di Bandara Depati Amir yang baru, akhir April 2017, saya merasakan adanya suasana yang teduh dan terasa nyaman.

Tidak dipungkiri, sarana dan fasilitas cukup bagus untuk ukuran bandara di tingkat ibukota provinsi. Sudah lebih baik, namun ke depannya pasti harus lebih baik dan perlu meningkat lagi. Sebab, keberadaan dan peningkatan bandara bisa memberi efek positif bagi provinsi, terutama dalam membuka ruang investasi dan kunjungan wisatawan.

Keluar dari Bandara Depati Amir menuju Pangkalpinang, saya makin merasakan ketentraman. Saya melihat beberapa masjid yang bangunannya megah dan terlihat pula kelenteng yang terpelihara. Bangunan-bangunan itu bersanding, sungguh merupakan kondisi yang lazim, lumrah dan wajar sertamerta benar-benar menciptakan situasi keberagaman sekaligus kerukunan.

Di salah satu sudut Jalan Sudirman, tak jauh dari alun-alun Pangkalpinang, saya takjub dan tersentak menatap baliho dengan tulisan mencolok: Mumpung Badan Sehat Yo Sholat. Jelas, ajakan wajib dan mulia. Di kota lain, di Pulau Jawa, alih-alih di Jakarta, saya jarang melihat baliho yang tulisannya mencolek perasaan dan jiwa kita. Betul-betul ajakan yang menggugah.

Pangkalpinang adalah kota kecil yang sibuk. Di kota itu rumah-rumah tua  peninggalan masa kolonial masih dapat ditemui di sejumlah tempat. Sebuah kelenteng tua yang dibangun pada tahun 1830 berada di Jalan Mayor Haji Muhidir ialah kawasan perdagangan yang ramai. Kelenteng itu dibangun ketika pertambangan timah pertama mulai dikerjakan di Bangka dan orang Tionghoa suku Hakka dari Guangzhou mulai berdatangan.

Bagi saya, kota bukanlah sekadar bangunan dan penguninya. Pada kota-kota yang hidup, selalu ada ruang-ruang terbuka pembangun peradaban. Di situlah orang-orang beribadah, berkumpul, berolahraga, berkesenian dan menjadi manusia yang penuh. Di Pangkalpinang, kota yang terletak di bagian timur Pulau Bangka, saya menemukan wajah seperti itu. Di Wilhelmina Park, sekarang dikenal dengan nama Taman Sari, yang dekat alun-alun utama Pangkalpinang, saya merasakan semangat kebangsaan.

Di pagi hari, di sekitar Wilhelmina Park, juga di alun-alun, saya melihat masyarakat berolahraga, petugas kebersihan bersiap-siap bekerja yang akan menyapu jalan, anak-anak berseragam sekolah jalan kaki menuju sekolah dan beberapa pemuda minum teh di sebuah kedai yang dekat trotoar. Saya menyaksikan keadaan itu dengan hening, dan tak lama kemudian saya melangkahkan kaki ke Tugu Pergerakan Kemerdekaan yang diresmikan Wakil Presiden RI, Drs. Mohammad Hatta pada bulan Agustus 1949.

Tugu Pergerakan Kemerdekaan dibangun dengan arsitektur yang unik. Terdiri atas 3 bagian, pada bagian bawah berbentuk punden berundak-undak segi delapan dengan undakan sebanyak 17 undakan, yang memiliki makna tanggal 17. Lantas undak-undak bersegi delapan  diartikan sebagai bulan delapan, bulan Agustus. Sementara jumlah undak-undak itu, dikalikan panjangnya tiap-tiap lingkaran segi delapan berjumlah  49 meter yang diartikan bahwa Tugu Pergerakan Kemerdekaan dibuat tahun 1949.

Sejatinya Pangkalpinang itu Kota Kita bersama. Secara etimologi, Pangkalpinang  berasal dari dua kata, yaitu Pangkal atau Pengkal dan Pinang (areca chatecu). Pangkal atau Pengkal yang dalam bahasa Melayu Bangka punya arti pusat atau awal mulanya  sebagai pusat perkumpulan timah yang kemudian berkembang artinya sebagai pusat distrik, kota tempat pasar, tempat berlabuh kapal atau perahu dan pusat segala aktifitas. Sedangkan pohon Pinang adalah sejenis  palma yang tumbuh di daerah Pasifik, Asia dan Afrika bagian timur. Perlu diketahui, Pinang yang merupakan nama pohon, buahnya pun diperdagangkan orang.

Perlu diketahui pula, populasi Pangkalpinang yang dibentuk etnis, Melayu, Tionghoa, ditambah sejumlah suku Batak, Minangkabau, Palembang, Sunda, Jawa, Madura, Banjar dan Bugis, terbagi dalam tujuh kecamatan, luas wilayah 118.408 kilometer persegi, dan jumlah penduduk 328.167 jiwa berdasarkan sensus tahun 2010 dengan kepadatan 1.955 jiwa /kilometer persegi.

Yuk, berkunjung ke  Pangkalpinang, kota kita bersama. Di Pangkalpinang, kota bisnis, perdagangan, dan industri, kantor pusat PT. Timah Tbk berada. (Syamsudin Noer Moenadi, Jurnalis Senior, Pemerhati Pariwisata dan Redaktur channelsatu.com)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *