Malang, channelsatu.com:Begitu menginjakkan kaki di kota Malang yang berhawa sejuk, Provinsi Jawa Timur, seorang jurnalis yang sama-sama melakukan tugas liputan, sebelum masuk ke hotel, langsung meminta untuk makan siang Bakso Kota Cak Man atau ke resto Mi Setan.
Saya setuju saja. Namun jika kita menyambangi Bakso Kota Cak Man, bukankah di Jakarta juga ada? Sebaliknya pilihan diarahkan saja ke resto Mi Setan, karena kita sama-sama belum pernah bertandang ke sana. Mi Setan sangat khas. Mi pasta yang digoreng dengan sedikit minyak dengan beberapa pangsit dan siomay yang pedasnya memiliki berbagai level. Anda dapat memilih sesuai selera. Level satu menggunakan 12 cabe. Level 2, 25 cabe, level 3 menggunakan 35 cabe. Level 4, 45 cabe dan level 5 menggunakan 60 cabe.
Nyatanya berdasarkan rembukan yang demokratis, akhirnya diputuskan makan siang di Bakso Kota Cak Man yang terletak di Jalan WR. Suratman, Malang yang jam bukanya dari pukul 10.00 – 22.00 WIB. Alasan kenapa memilih Bakso Kota Cak Man, lantaran kita merasakan makan bakso di tempat aslinya, serta cita rasanya gurih dan empuk.
Bakso Kota Cak Man asli, sertamerta berasal dari kota Malang yang pada masa lalu merupakan bagian dari kerajaan yang dipimpin Prabu Gajayana. Tahun 1722, Belanda masuk ke kota Malang, dan mengibarkan bendaranya. Tahun 1776, Belanda menguasai Malang sepenuhnya. Pada tahun tersebut awal-awal penjajahan Belanda di wilayah Malang.
Sementara Bakso Kota Cak Man mulai mengibarkan benderanya tahun 1981, dengan cara dipikul dan menjajakan berkeliling keluar masuk kampung sampai akhirnya menyewa tempat usaha depot alias kedai bakso. Sungguh perjuangan keras yang dilakukan sosok pria asal Trenggalek bernama Abdur Rachman Tukiman.
Dengan tekad mengadu nasib ke kota Malang, Abdur Rachman Tukiman menimba ilmu dari beberapa juragan bakso. Jadi, Bakso Kota Cak Man dimulai dari bawah, dari menyerap ilmu, lantas berdagang keliling, berjualan bakso secara pikulan keliling kampung, sampai membuka sendiri ,pertama kali di wilayah Kedawung.
Resto bakso di wilayah Kedawung, Malang, yang tidak lain menyewa rumah yang disulap menjadi depot sederhana, tergolong depot sederhana, dan tidak lama mangkal di sana. Pasalnya tempat itu tidak diperpanjang kontrak, selanjutnya usaha bakso Abdur Rachman pindah ke daerah Bantaran, Malang, itupun juga tidak lama, terus berulang kali pindah lokasi.
Titik sukses terjadi tahun 2002, yakni nama dagang Bakso Kota Cak Man didaftarkan hak patennya secara resmi. Sedang pusatnya, di Kota Malang beralamat di Jalan WR.Supratman. Semenjak itu nama Bakso Kota Cak Man menjelajah kemana-mana, di kota Malang ada beberapa cabang, bahkan merambah ke berbagai kota di Indonesia.
Luar biasa. Bakso Kota Cak Man makin berkibar, kian dikenal luas dan mulai menggulirkan kerjasama dengan sistem waralaba alias franchised. Apa yang yang dilakukan Abdur Rachman, setapak demi setapak, selangkah demi selangkah, tidak buru-buru secara cepat seperti membalik telapak tangan.
Semua itu dikerjakan penuh dengan kehati-hatian. Dengan membuka cabang di kota-kota di Indonesia, tentu perlu menjaga standar mutu kehalanan, ke unikkan resep serta kerahasiaan. Kini, dihitung-hitung, tercatat lebih dari 80 outlet Bakso Kota Cak Man yang tersebar di seluruh Indonesia.
Demi menjaga standar mutu tadi, pada setiap cabang ditempatkan satu juru masak dan satu asisten yang handal serta terpercaya untuk mengelola operasional pada setiap cabang. Kualitas produk Bakso Kota Cak Man tentulah terjaga, menggunakan daging sapi segar, sementara untuk kedai di luar kota, bumbu dipasok langsung dari Malang.
Kami, rombongan jurnalis, menyantap bakso prodok Bakso Kota Cak Man yang di pusat penuh kenikmatan. Saya lihat ada rekan yang nambah, padahal porsinya lumayan banyak, malah bisa dimakan berdua. Karena porsi lumayan banyak, maka terdapat alternatif pilihan dengan menu Bakso Campur Setengah Porsi. Harganya menu itu juga separuh dari harga separuh dari harga seporsi penuh.
Tidak salah memilih makan siang di Bakso Kota Cak Man, sewaktu tugas jurnalistik di Malang. Sudah lazim untuk masyarakat Malang, yang akhirnya menjadi ciri khas, bahwa makan bakso dengan lontong, hal itulah yang membuat kenyang. Cita rasa Bakso Kota Cak Man terasa gurih, baksonya pun empuk. Ditambah banyak variasi.
Variasi Bakso Kota Cak Man meliputi aneka siomay, aneka gorengan dan aneka jeroan, tidak ketinggalan lontong. Kuah baksonya sedap dan aroma menyengat yang membuat selera makan bergairah, makanya rekan saya nambah. Semangkok bakso bisa dimakan sama sambal cocolan maupun saos tomat.
Servis layanan Bakso Kota Cak Man di Jalan WR. Supratman, Malang, di pusatnya tergolong prima. Setelah memilih bakso yang Anda maui, langsung membayar di bagian kasir sembari memesan minuman yang Anda pilih, mulai dari aneka jenis minuman, jenis jus buah hingga minuman hangat.
Harga Bakso Kota Cak Man terjangkau, pada tahun 2009 semakok bakso campur dibandrol Rp 12.000,00. Untuk bakso campur setengah porsi harganya enam ribu rupiah. Betapa nikmatnya menyantap makanan bakso produk Bakso Kota Cak Man di resto asalnya di kota Malang.
Kiranya pengalaman yang tidak terduga dan tidak terhingga bagi rekan jurnalis yang melakukan kunjungan kerja di Malang. Sekadar catatan , Bakso Kota Cak Man juga sempat melakukan gebrakan pada tanggal 8 Juli 2007, sebagai kiat berpromosi, yakni menciptakan rekor MURI. Membuat bakso terbesar berdiameter 165 centimeter.
Sekedar cacatan pula, masih ngomongin bakso kota Malang,channelsatu.com akan blusukan ke depot-depot bakso di kota tersebut, nantikan tulisan selanjutnya. (Syamsudin Noer Moenadi, jurnalis, pemerhati serta penikmat kuliner, dan Redaktur channnelsatu.com). Foto: Ilustrasi.