Jakarta, channelsatum: Industri spa dan _wellness_ di tanah air potensial mendorong sektor pariwisata Indonesia semakin berdaya saing tinggi dan kompetitif baik di tingkat regional maupun global.
Oleh karena itu Kementerian Pariwisata (Kemenpar) mendukung upaya untuk pengoptimalan spa Indonesia sebagai salah satu daya tarik pariwisata.
“Indonesia mempunyai potensi yang luar biasa dari sisi budaya, salah satunya adalah spa dan _wellness_ yang memiliki sejarah dan filosofi tinggi sebagai perawatan kesehatan di masa lalu. Spa menjadi potensi daya tarik wisata yang memiliki daya saing tinggi di dunia,” kata Asisten Deputi Pengembangan Wisata Budaya Kemenpar, Oneng Setya Harini, pada Jumpa Pers Duta Pariwisata Spa Indonesia, SPA & Wellness Tourism Award 2019 bertema “Heritage Spa Indonesia” di Hotel Century Park, pada Sabtu (07/09/2019).
Dia melanjutkan, pertumbuhan dan perkembangan industri spa dan kesehatan di berbagai destinasi pariwisata di Indonesia telah menempatkan Indonesia sebagai destinasi spa dan _wellness_ yang menarik dan kompetitif. Spa dan _wellness_ kini telah menjadi salah satu daya tarik utama kunjungan wisatawan ke Indonesia.
“Kementerian Pariwisata akan terus mendorong mengembangkan spa dengan serius untuk dapat menciptakan lapangan kerja yang besar dalam industri pariwisata,” lanjut Oneng Setya Harini.
“Spa dan _wellness tourism_ dikembangkan untuk tujuan pencegahan dan pemeliharaan kesehatan. Jadi sebelum berobat ke dokter, kita bisa melakukan perawatan di spa,” kata Oneng Setya Harini.
Terkait ketersediaan sumber daya manusia di bidang spa dan _wellness tourism_, dalam kurun 2018 hingga 2019 Kementerian Pariwisata telah melakukan sertifikasi kompetensi yang diikuti 11.000 peserta di bidang tersebut. Jumlah itu akan terus meningkat seiring perkembangan industri spa di tanah air. Saat ini, industri spa berkembang di tiga kota di Indonesia, yakni Jakarta, Bali, dan Batam.
Ketua Yayasan Pengusaha Spa Indonesia Annie Savitri mengatakan pihaknya sebagai salah satu wadah para pengusaha spa di Indonesia melihat bahwa spa dapat menjadi salah satu industri yang berkembang pesat di Indonesia. Terlebih Indonesia memiliki potensi serta SDM berkualitas sehingga dapat mendukung pengembangan pariwisata di Indonesia.
“Kami ingin melestarikan budaya Indonesia melalui spa. Di dalamnya kita dapat menjumpai jamu tradisional khas Indonesia yang terbuat dari berbagai rempah-rempah dengan beragam manfaat serta hal lain yang merupakan bagian budaya dan daya tarik Indonesia,” lanjut Annie Savitri.
Dia melanjutkan, sayangnya usaha spa yang ada saat ini masih dekat dengan kesan tidak baik. Untuk itu, pihaknya bekerja sama dengan berbagai _stakeholder_ terkait sehingga memungkinkan ke depan untuk memasukkan spa dalam unsur wisata halal seperti dalam hal pengaturan jam kerja, pemisahan area spa wanita dan pria, serta cara perawatan spa yang sesuai dengan norma.
Menanggapi hal itu, Pembina YPSI, Trisya Suherman menyatakan idenya menghadirkan duta spa yang bertujuan memperbaiki citra spa di Indonesia. Duta Spa inilah yang nantinya menjadi wajah industri spa di tanah air.
“Sayang sekali kalau kita tidak memaksimalkan potensi para terapis di Indonesia. Sebagai pelaku usaha dan penggemar spa, saya sudah mencoba perawatan spa di berbagai daerah, baik di dalam maupun luar negeri. Di Maldive misalnya, saya banyak menemui terapis spa yang merupakan orang Indonesia. Ini merupakan bukti kita punya potensi,” ujar Trisya Suherman.
Duta Spa nantinya akan memperkenalkan spa di berbagai daerah di Indonesia baik kepada masyarakat Indonesia sendiri maupun di kancah internasional.
“Untuk itu, penting bagi para finalis untuk menjaga citra mereka sebagai Duta Spa. Karena, citra mereka secara langsung akan berpengaruh pada citra industri spa di Indonesia,” lanjutnya lagi. (Ibra)