Jakarta,channelsatu.com: Koordinator Indonesia Corruption Watch (ICW),Divisi Monitoring Pelayanan Publik Febri Hendri pada wartawan di kantor LPSK, Jakarta, Senin (23/4/2012), menilai, Ujian Nasional (UN) hanya untuk kepentingan politik karena terkait nama baik sekolah dan daerah.
Sebab, menurut Febri, jika hasil UN tidak bagus, pihak sekolah akan merasa malu. Ia memberikan contoh, jika UN di sebuah sekolah swasta jelek, maka tidak ada murid akan bersekolah lagi di sana. Hal ini membuat sekolah akan melakukan apa pun cara agar semua siswa dapat lulus.
“Siswa itu aset bangsa, jika UN (ujian nasional) saja sudah tidak jujur, ke depannya malah akan melahirkan generasi yang korupsi,” kata Febri.
“Masyarakat, baik itu guru, orangtua, atau murid tidak perlu takut melapor. Karena sekarang sudah ada lembaga yang akan mendampingi dan melindungi para pelapor yang mengungkapkan kecurangan tersebut,” ujarnya.
Dalam siaran pers itu, ICW memperlihatkan sebuah video dokumenter yang berlangsung di salah satu sekolah. Video berdurasi 15 menit itu dibuat oleh seseorang untuk menunjukkan bagaimana ketidakjujuran selama pelaksanaan UN terjadi.
Dalam video itu diperlihatkan cara siswa mendapatkan kunci jawaban dan komentar-komentar mereka atas kunci jawaban itu. Mereka menyebut kata “sop buntut” untuk sebutan kunci jawaban.
Ditampilkannya video ini, lanjut Febri, untuk membongkar dan sekaligus membuktikan bahwa kecurangan dalam UN itu benar adanya. Ke depannya, pihak ICW sangat berharap agar masyarakat berani melaporkan jika menemukan kecurangan selama UN.
“Kami melakukan ini semua karena prihatin dengan keadaan murid di dalam dunia pendidikan di Indonesia. Bukannya baik, malah akan membuat ketidakjujuran,” tegas Febri penuh prihatin melihat wajah pendidikan kita. (ch1)