Jakarta, Channelsatu.com – Melanjutkan kesuksesan lini HUAWEI WATCH D sebelumnya, Huawei telah secara resmi meluncurkan HUAWEI WATCH D2 pada 3 Oktober lalu di Indonesia, yang merupakan smartwatch Huawei pertama dengan pemantauan tekanan darah ambulatori (ABPM) 24 jam.
Smartwatch ini juga mampu menampilkan informasi kesehatan penggunanya secara rinci, berkat fitur-fitur kesehatan yang ditingkatkan dan desain yang semakin memukau.
Salah satu fitur unggulan HUAWEI WATCH D2 adalah kehadiran teknologi Ambulatory Blood Pressure Monitoring (ABPM) untuk pemantauan tekanan darah selama 24 jam bahkan pada saat tidur.
Ada pula fitur Health Glance, yang memungkinkan pengguna mendapatkan 9 data hasil perkiraan indikator kesehatan hanya dengan 1 kali klik, analisis Elektrokardiogram (EKG), hingga fitur Health Family Community yang dapat memantau kondisi kesehatan keluarga, orang tua, dan orang tersayang lainnya secara real-time dari HUAWEI Health.
Huiler Fan, Country Head of Huawei Device Indonesia, mengatakan, “Huawei berkomitmen untuk terus berinovasi dalam menghadirkan perangkat kesehatan dengan teknologi terdepan untuk semua kalangan,”
“Kehadiran HUAWEI WATCH D2 di Indonesia merupakan langkah keberlanjutan kami dalam menjawab tingginya permintaan akan smartwatch yang didukung fitur-fitur kesehatan terdepan. Selain itu, HUAWEI WATCH D2 dirancang dengan estetika modern untuk menunjang penampilan, yang hadir dengan desain lebih ramping dan stylish dibandingkan dengan generasi sebelumnya,” terang Huiler Fan.
Menurut Kementerian Kesehatan RI, Hipertensi hingga saat ini masih menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia, dengan 90-95% kasus didominasi oleh hipertensi esensial.
Bahkan, hipertensi juga disebut sebagai the silent killer, karena sering kali penderita tidak merasakan keluhan apapun, sehingga mereka tidak mengetahui bahwa dirinya menyandang hipertensi, dan baru diketahui setelah terjadi komplikasi.
Dilansir dari Kementerian Kesehatan RI, menurut Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 dan studi penyakit tidak menular (PTM) 2011-2021, hipertensi merupakan faktor risiko tertinggi penyebab kematian keempat dengan persentase 10,2% di Indonesia.
Banyak kasus hipertensi tidak terdeteksi karena masyarakat jarang melakukan pengecekan darah, sehingga angka kasusnya cenderung meningkat dari tahun ke tahun, termasuk di Indonesia.
Fakta tersebut, menurut Dr. dr Vito Anggarino Damay SpJP(K), M.Kes, AIFO-K, FIHA, FICA, FAsCC selaku dokter spesialis jantung dan pembuluh darah di Jakarta, perlu menjadi perhatian serius oleh masyarakat demi terwujudnya angka harapan hidup yang lebih baik.
“Lebih dari 34,1% orang dewasa di Indonesia menderita hipertensi, yang sering kali tidak menunjukkan gejala apa pun. Ini yang membuat hipertensi dijuluki silent killer atau pembunuh diam-diam, karena bisa menyebabkan komplikasi yang sangat berbahaya tanpa kita sadari, padahal sebenarnya bisa kita cegah,” jelas dr. Vito. (Hrn)