Film, Musik, TVShowbiz

BETAPA GAMPANGNYA MEMBUAT FESTIVAL FILM

5
×

BETAPA GAMPANGNYA MEMBUAT FESTIVAL FILM

Sebarkan artikel ini
FFI 2014 di Palembang. Foto: (ilustrasi/Dudut Suhendra Putra)
FFI 2014 di Palembang. Foto: (ilustrasi/Dudut Suhendra Putra)
FFI 2014 di Palembang. Foto: (ilustrasi/Dudut Suhendra Putra)

Jakarta,channelsatu.com:Setidaknya di Indonesia hampir setiap bulan terdapat festival film. Sementara festival film yang resmi diadakan (dana dan ongkos seratus persen dari pemerintah), hanya digelar sekali setahun yang biasanya diselenggarakan pada awal bulan Desember.

Walaupun ada pula pihak tertentu dari pemangku kepentingan yang juga mengadakan festival film, namun bersifat apresiasi. Sehingga nama kegiatannya pun menjadi Apresiasi Film Indonsia.

Jika berbicara mengenai festival film yang resmi, kiranya tidak lepas dengan Festival Film Indonesia yang disingkat FFI,dan pertama kali diadakan tahun 1955. Awal penyelenggara FFI 1955 diongkosi oleh para produser, tetapi dalam perkembangannya (sekian tahun kemudian karena situasi keuangan dan politik) maka FFI selalu didanai pemerintah.

Sekadar catatat pada 13 Agustus 1954 para produser film Indonesia membentuk organisasi, Persatuan Perusahaan Film Indonesia (PPFI) yang diketuai Usmar Ismail. Sedangkan Festival Film Indonesia ke-1 diselenggarakan di Jakarta, 30 Maret – 5 April 1955.

Kata festival selalu identik dengan pawai yang merupakan kegiatan paling ditunggu masyarakat, lantaran tidak berlangsung setiap bulan. Hal tersebut yang menjadi salah satu alasan kenapa pawai selalu dipadati penonton. Apabila Anda tertarik untuk menyaksikan pawai secara langsung dan rela berdesak –desakan, maka Anda harus mempersiapkan diri terlebih dahulu, supaya saat menonton akan terasa nyaman.

Alkisah Festival Film Indonesia (FFI) 2013 yang diadakan di kota Semarang, ibukota Provinsi Jawa Tengah, berdasarkan pengamatan penulis , adalah bukti bahwa acara festival film dekat dengan rakyat. Ada kegiatan bazar yang digelar di tengah kota Semarang, pawai yang dinanti-nantikan masyarakat, dan serangkaian apresiasi yang ditujukan untuk komunitas film di Semarang serta di kota lain (Salatiga dan Pekalongan) sekitarnya.

FFI 2013 ialah festival film yang sesungguhnya, tanpa ada niatan mengerlingkan mata terhadap FFI 2012 yang puncak acaranya di Yogyakarta dan FFI 2014 yang digelar di Palembang, ibukota Sumatera Selatan. Makna festival memang terwadahi yang secara umum adalah hari atau pekan gembira untuk peringatan peristiwa penting dan bersejarah. Sebuah pesta rakyat yang menampilan perpaduan pergelaran kesenian dan budaya.

Dalam kaitan di industri pariwisata, festival berkembang sebagai media promosi, kemasan wisata, sekaligus sebagai strategi jitu menarik kunjungan wisatawan ke daerah tertentu dengan pergelaran budaya dan kesenian khas daerah setempat. Selain menarik minat wisatawan, tujuan festival pun menjadi kiat upaya pelastarian khazanah kebudayaan negeri ini.

Kata festival berasal dari kata latin, yakni festa atau pesta dalam bahasa Indonesia. Adalah kebiasaan sekelompok masyarakat dalam memperingati sesuatu peristiwa yang penting dan bersejarah untuk menyelenggarakan suatu pesta atau pekan raya. Ada kalanya pesta itu sampai beberapa hari bahkan sampai sebulan penuh yang diikuti oleh seluruh komunitas di suatu kota, daerah dan wilayah.

Selain untuk memperingati suatu event, acara festival diharapkan dapat menarik wisatawan. Setiap festival, hendaknya berorientasi demikian. Oleh karena itu sudah selayaknya pembiayaan suatu festival menjadi tanggung jawab pihak pemangku kepentingan. Kiranya tidak terkecuali penyelenggaraan FFI, termasuk FFI 2015 yang akan digelar di suatu kota di Provinsi Banten.

Tatkala pamor film Indonesia berbinar-binar serta banyak gunjingan karena mutu tidak beranjak mengingat film bertema hantu masih menguasai pasar, dan penyelenggaraan FFI kerap mendapat sorotan, demikian di suatu sisi perkembangan komunitas film merebak, bahkan masalah produksi film sudah masuk sekolah, maka pada saat itulah banyak festival film diselenggarakan.

Kami mencatat pada awal April 2015 terdapat Banten Short Movie Festival ,disusul festival film yang digelar komunitas film Bengkulu, lalu komunitas film Padang pun juga menggagas festival film, dan seterusnya bahwa kantong-kantong komunitas film di daerah menggelar festival secara serentak.

Penyelenggaraan festival film di daerah makin tidak ada hentinya. Ada yang diadakan secara dadakan, sebaliknya ada yang sudah berlangsung lama, namun tidak ada gemanya alias kurang mencorong karena promosinya tidaklah gencar. Banten Short Movie Festival misalnya, kegiatan ini sudah lama berlangsung, kendati tidak ajeg dan dikelola sekadarnya. Begitupun festival film pendek yang diadakan komunitas film di Bengkulu atau di daerah lain.

Lantas apa yang terjadi pada semua itu, yang sejatinya ramai-ramai membuat festival film adalah suatu kegairahan yang sulit dibendung dan betapa gampangnya membuat festival film? Pada saat ini membuat festival film bukan hal yang sakral. Kapan saja bisa, dan sangat mudah dilaksanakan.

Namun yang sakral dalam festival film adalah makna dari kata festival itu sendiri, yang berasal dari kata Latin: festa. Festa yang berarti pesta, merupakan kebiasaan sekelompok masyarakat dalam memperingati peristiwa penting dan bersejarah untuk menyelenggarakan suatu pesta.

Jadi, penyelenggaraan festival film apapun temanya ialah peristiwa bersejarah dan suatu pesta. Festival tanpa pesta, jelas tidak memiliki makna apa–apa. Apalagi tidak punya kaitan dengan peristiwa penting. Lantaran itu, pada saat ini betapa mudahnya komunitas film membuat festival. Tapi sebenarnya, tidak ada yang melarang (mereka) membikin festival film. (Syamsudin Noer Moenadi, pemerhati masalah sinema dan Redaktur channelsatu .com).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *