Airlangga Hartarto, siapa yang tak kenal dengan tokoh nasional satu ini? Di politik karirnya terus menanjak dengan menempatkan jabatan sebagai Ketua komisi VII DPR RI. Sementara di dunia bisnis, ia mengepalai lebih dari 2000 pegawai di perusahaan kertas kemasan terkemuka.
Diusahanya tersebut, Presiden Komisaris PT Fajar Surya Wisesa ini, berhasil membangung perusahaan dengan pendapatan per tahun sekitar 300 juta dolar dan dinilai sebagai tokoh berpengaruh dalam dunia usaha.
Ia juga salah satu lokomotif dan sekaligus penggerak pasar modal di Indonesia adalah Ir. H Airlangga Hartarto MMT MBA. Sosok pekerja keras kelahiran Surabaya 1 Oktober 1962 ini sudah menorehkan tinta emas bagi perkembangan dan kemajuan emiten dalam beberapa tahun terakhir ini.
Bagaimana tidak, dia berhasil menggolkan adanya insentif pajak bagi perusahaan terbuka (Tbk). Dia mampu meyakinkan Menteri Keuangan dan Dirjen Pajak bahwa insentif pajak diperlukan guna mendorong perkembangan pasar modal ke depan, baik dari sisi jumlah perusahaan yang akan mencatatkan sahamnya di lantai bursa maupun dari segi likuiditas.
Selain itu, Dia juga merupakan Presiden Komisaris PT Ciptadana Capital dan beberapa perusahaan lain yang terlibat dalam bidang manufaktur, perbankan dan properti. Maka Airlangga Hartarto pantas jika menerima Penghargaan Alumni Australia atau AAA (Australian Alumni Award) 2009 untuk bidang Kewirausahaan (Entrepreneursip). sebab, ia dinilai berhasil mengembangkan perusahaan nasional dan mendorong iklim usaha yang lebih luas.
AAA adalah pengakuan terhadap sumbangsih puluhan ribu penduduk Indonesia yang telah menuntut ilmu di sekolah, universitas dan politeknik di Australia. Selain bidang Kewirausahaan, AAA 2009 juga mendistribusikan penghargaan untuk bidang lain
“Saya gembira menyaksikan banyak alumni Australia merayakan tahun kedua Australian Alumni Awards. Acara ini merupakan bentuk pengakuan prestasi unggul para pemenang dalam bidang pilihan mereka,” kata Kuasa Usaha Australia untuk Indonesia Paul Robilliard di Jakarta, seperti yang dikutif Suara Karya dari blog pribadinya.
Airlangga Hartarto sendiri meraih gelar Master di bidang Teknologi Manajemen dari Universitas Melbourne pada 1996 dan Master bidang Administrasi Bisnis dari Universitas Monash pada 1997.
Pemikiran Airlangga tak cuma dibutuhkan dibidang kewirausahaan saja. Di politik pun sebagai Ketua Komite Lingkungan, Energi, Sumber Daya Mineral, Riset dan Teknologi di DPR, Airlangga memberi kontribusi besar pada berbagai perkembangan ekonomi dan demokrasi yang signifikan di Indonesia.
“Dia juga seorang pembicara motivasional yang telah memberi presentasi di berbagai konferensi internasional, termasuk pada Konvensi Kerangka Kerja mengenai Perubahan Iklim di Bali pada 2007,” demikian pujian Kedutaan Australia dalam siaran persnya ketika itu.
Sementara di organisasi, Airlangga aktif sebagai Wakil Bendahara DPP Partai Golkar, Sekretaris Jenderal ASEAN Federation of Engineering Organisations dan Presiden dari Ikatan Insinyur Indonesia.
Airlangga menikah dengan Yanti K Isfandiary dan memiliki lima anak: Adanti, Audi, Bianda, Ravindra, Dines, Latasha, dan Mesar. Dalam sebuah media, Airlangga mengungkapkan ia mengagumi ajaran Mahatma Gandhi menyangkut tujuh hal yang harus dihindari, yakni kaya tanpa bekerja, kesenangan tanpa kesadaran, pengetahuan tanpa karakter, bisnis tanpa moral, ilmu tanpa kemanusiaan, penghargaan tanpa pengorbanan, dan politik tanpa prinsip.
Airlangga Hartarto menulis buku Strategi Clustering dalam Industrialisasi Indonesia (terbitan Andi Offset, Yogyakarta, 2004). Airlangga adalah putra dari Ir. Hartarto yang pernah menjabat Menteri Perindustrian pada Kabinet Pembangunan IV (1983-1988) dan Kabinet Pembangunan V (1988-1993) dan Menteri Koordinator bidang Produksi dan Distribusi (Menko Prodis) pada Kabinet Pembangunan VI (1993-1998).
Salah satu lokomotif dan sekaligus penggerak pasar modal di Indonesia adalah Ir. H Airlangga Hartarto MMT MBA. Sosok pekerja keras kelahiran Surabaya 1 Oktober 1962 ini sudah menorehkan tinta emas bagi perkembangan dan kemajuan emiten dalam beberapa tahun terakhir ini.
Bagaimana tidak, dia berhasil menggolkan adanya insentif pajak bagi perusahaan terbuka (Tbk). Dia mampu meyakinkan Menteri Keuangan dan Dirjen Pajak bahwa insentif pajak diperlukan guna mendorong perkembangan pasar modal ke depan, baik dari sisi jumlah perusahaan yang akan mencatatkan sahamnya di lantai bursa maupun dari segi likuiditas.(ibra)