Karimata Kembali Naik Panggung, Tapi Kali Ini Lewat Buku

Share

Jakarta, Channelsatu.com – Di balik penampilan panggungnya yang tetap memesona, Karimata kini juga hadir dalam bentuk lain yang lebih abadi: sebuah buku. Komunitas penggemar mereka, Sahabat KariB, baru saja meluncurkan Lima Musim yang Berarti: Cerita Tentang Karimata, buku setebal 222 halaman yang merangkum perjalanan musikal grup jazz-fusion legendaris ini. Buku tersebut tak hanya memuat narasi sejarah, tetapi juga menyimpan dokumentasi visual langka dan partitur lagu-lagu penting mereka, menjadikannya artefak berharga dalam sejarah musik Indonesia.

Karimata yang dikenal sebagai supergroup karena anggotanya berasal dari para maestro musik Tanah Air seperti Aminoto Kosin dan Candra Darusman, masih aktif naik panggung hingga kini. Penampilan terbaru mereka di Prambanan Jazz dan jadwal tampil berikutnya di Jazz Gunung Bromo membuktikan bahwa pesona Karimata belum pudar, meski telah lebih dari tiga dekade sejak masa aktif utamanya.

Yang membuat buku ini istimewa adalah cara penyusunannya yang benar-benar kolektif. Ditulis oleh para jurnalis dan pemerhati musik seperti Denny MR dan Frans Sartono, serta diperkuat arsip visual dari fotografer senior seperti Jay Subijakto dan Charlie Hawks, buku ini menghadirkan potret menyeluruh tentang Karimata. Mulai dari formasi awal, perjalanan manggung, hingga dokumentasi festival internasional seperti North Sea Jazz Festival 1986.

- Advertisement -

Namun proses penyusunan buku ini tak mudah. Minimnya dokumentasi sejarah dan ingatan yang memudar menjadi tantangan tersendiri. Beberapa momen penting bahkan sulit dipastikan detailnya karena tidak terdokumentasi secara baik. Hal ini justru menambah nilai buku ini sebagai upaya penyelamatan sejarah yang dilakukan oleh komunitas, bukan institusi formal.

Yang juga unik, buku ini memuat bab yang ditulis mendiang Triawan Koeshardianto, mantan manajer Karimata, serta Ayu dari Yogyakarta yang melanjutkannya. Keduanya meninggal dunia sebelum naskah rampung. Bagian tulisan mereka dibiarkan tetap utuh, tanpa penyuntingan besar, sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan terhadap dedikasi mereka.

Partitur dari 10 lagu Karimata juga menjadi bagian penting buku ini, ditulis ulang oleh Anto dengan izin dari para pencipta. Bahkan untuk lagu Seng Ken Ken, sang profesor Aminoto Kosin langsung yang menuliskannya. Elemen ini membuat buku tak hanya jadi bacaan, tapi juga sumber belajar yang otentik bagi generasi baru musisi.

Candra Darusman menyampaikan rasa bangga dan harunya saat mengetahui buku ini rampung. Menurutnya, buku ini lebih dari sekadar dokumentasi. Ia adalah bentuk kasih sayang, solidaritas, dan semangat gotong royong yang menjadi ciri khas Indonesia. “Kalau buku ini bisa bicara, ia membawa kegembiraan yang sangat personal,” ujarnya.

- Advertisement -

Melalui musik dan kata-kata, Karimata tak hanya hadir di panggung, tetapi juga hidup dalam lembar-lembar sejarah yang ditulis oleh para pengagumnya. Lima Musim yang Berarti menjadi bukti bahwa musik yang tulus tak pernah benar-benar pergi—ia selalu menemukan jalannya untuk kembali. ich

Read more

NEWS