Scroll untuk baca artikel
Sinopsis

TENTANG TIGA KERATON YANG MENDONGKRAK PARIWISATA CIREBON

3
×

TENTANG TIGA KERATON YANG MENDONGKRAK PARIWISATA CIREBON

Sebarkan artikel ini

Cirebon, channelsatu.com:Tidaklah bosan bosannya kami berkunjung ke Cirebon, kota yang terletak di dekat perbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah. Ada beberapa daya tarik yang menyebabkan kami ke kota yang konon katanya berasal dari kata cai, berarti air dan kata rebon yang artinya udang.

Selain kuliner,  daya tarik yang membuat kami ke sana adalah  Masjid Agung Sang Cipta Raya, yakni masjid yang pembangunannya diprakarsai Sunan Gunung Jati dengan melibatkan para Sunan lainnya pada tahun 1498, di samping tiga keraton  yang patut disambangi.

Keraton yang ada di Cirebon memiliki arsitektur khas. Gabungan dari berbagai elemen kebudayaan termasuk Islam dan unsur arsitektur Belanda. Kendati tidak sebesar keraton Yogyakarta, keraton di Cirebon sangat berharga untuk dikunjungi. Tiga keraton itu Keraton Kasepuhan, Kanoman dan Kacirebonan, tidak diingkari mendongkrak perkembangan pariwisata Cirebon.

Suatu ketika di Alun- alun Keraton Kanoman digelar acara Cultural Evening yang diadakan oleh Yayasan Prima Ardian Tana yang bekerja sama dengan Win Tour and Travel, drama tari Rama Shinta yang Cirebon banget, yang gayanya paling dinamis. Pementasan ini sangat sukses. Penonton paling banyak berasal dari Jakarta, Bali dan Bandung serta sebagian turis asing.

Selama ini seni dan budaya Cirebon kurang dieksploitasi. Padahal Cirebon memiliki banyak potensi, tercatat 27 kesenian dari sekitar 40 kesenian tradisi yang hampir punah atau tidak berkembang di masyarakat. Hal ini disebabkan ketiadaan penerus kesenian dan kian jarangnya kesenian itu dipertunjukan di masyarakat.

Tentu kondisi demikian memiriskan. Pasalnya kota Cirebon menargetkan menjadi daerah tujuan wisata. Kenyataannya potensi seni dan budaya justru belum diperhatikan. Sepertinya pariwisata Cirebon hanya mengandalkan wisata kuliner ,  wisata ziarah dan wisata belanja batik yang berpusat di Desa Trusmi.

Khusus di wilayah Cirebon terdapat empat tempat yang dianggap keramat, yaitu makam Sunan Gunung Jati, delapan kilometer di luar kota Cirebon, Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman dan Masjid Agung Cipta Rasa.  Sejarah mencatat, Kesultanan Cirebon didirikan Sunan Gunung Jati pada awal abad ke-16 dan berkembang sebagai salah satu kesultanan yang disegani di Jawa.

Memang, membicarakan sejarah Cirebon tidak bisa lepas dari perjalanan hidup Sunan Gunung Jati. Tetapi pada tahun 1667, Kesultanan Cirebon pecah menjadi tiga bagian : Kasepuhan yang dipimpin Pangeran Martawijaya yang diberi gelar Sultan Raja Syamsudin, Kanoman oleh Pangeran Kertawijaya bergelar Sultan Moh. Badridin  dan Kacirebonan oleh Wasakerta dengan sebutan Panembahn Tohpati.

Meski kerajan Cirebon dibagi atas tiga kekuasaan, namun pusat kegiatan politik, sosial dan budaya terpusat di Keraton Kasepuhan yang dibangun tahun 1527. Dari ketiga kraton itu,  Keraton Kasepuhan adalah tertua dan saat ini paling terjaga keasliannya.  

Keraton Kasepuhan yang terletak di ujung selatan Jalan Lemah Wungkuk ini memiliki gaya arsitektur perpaduan antara Sunda, Jawa, Islam, Tiongkok dan Belanda. Didalam keraton ada sebuah paviliun yang dindingnya dihias dengan ubin Delft berwana putih dan biru, lantai dari marmer serta beberapa lampu antik dari Perancis tergantung di langit-langit.

Di Keraton Kasepuhan tersimpan Kereta Singa Barong  yang mengesankan. Sebuah kereta perang kerajaan peninggalan abad ke-17 yang mempunyai bentuk mewakili beberapa unsur kebudayaan yang ada di Cirebon. Kereta Singa Barong ini ditarik kerbau putih yang memiliki belalui, menyurupai gajah (Hindu) dan kepala menyerupai Naga (Tiongkok) serta sayap (Islam).

Tidak jauh dari Keraton Kasepuhan, berdiri Keraton Kanoman yang dibangun tahun 1588 oleh Sultan Badaruddin yang memisahkan diri dari kesultanan Cirebon lantaran berbeda pendapat dengan dua saudaranya mengenai siapa yang berhak menjadi ahli waris Kesultanan Cirebon.

Bangunan Keraton Kanoman seluruhnya menghadap ke utara, sebagai umumnya keraton di Jawa.  Di luar bangunan keraton terdapat bangunan bergaya Bali yang disebut Balai Manguntur, terbuat dari batu bata merah dan di dekat bangunan itu ada sebuah pohon beringin besar.  Perlu diketahui, Balai Manguntur diartikan sebagai balai mangun tutur yang artinya tempat sultan berpidato atau berbicara kepada masyarakat mengenai hukum agama dan lain-lain.

Perihal Keraton Keraton Kecirebon, walau disebut sebagai keraton namun bangunan Keraton Kecirebonan memiliki bentuk rumah biasa yang menjadi tempat tinggal anggota keluarga kerajaan. Saat ini  Keraton Kecirebonan merupakan dari Raja Kanoman yang memisahkan diri dari Sultan Kesepuhan ke -10.

Wisatawan yang datang ke Keraton Kecirebonan jangan ragu untuk sembari ketuk pintu. Begitu pintu diketuk,  seseorang dengan senang hati akan mengantarkan Anda berkeliling keraton dan jangan lupa juga  memberi sumbangan. Keraton Kecirebonan ini dibangun pada tahun 1839 mempunyai arsitektur kolonial.

Ya, tidak bosan- bosan kami bertandang ke Cirebon, kota pelabuhan terpenting di pantai utara Jawa setelah Jakarta dan Semarang. Cirebon yang juga dikenal sebagai kota penghasil ikan dengan hidangan lautnya yang lezat. Kota ini telah memperlihatkan jati dirinya yang jelas sebagai kota yang terletak di wilayah pantai dan merupakan salah satu penghasil udang terbesar di Jawa Barat.

Ayo berlibur ke Cirebon yang letaknya berada di wilayah pantai, sertamerta memiliki wilayah dataran yang lebih luas dibanding dengan wilayah perbukitannya.  Tidak bisa dipungkiri Cirebon kota multi etnis yang menggabungkan unsur budaya Sunda dan Jawa menjadi satu dan kemudian bercampur lagi dengan unsur budaya Tiongkok. Selamat berlibur. (Syamsudin Noer Moenadi, redaktur ChannelSatu. com dan pemerhati pariwisata). Foto: Ilustrasi.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *