Semarang,channelsatu.com:Di sela meliput pesta akbar Festival Film Indonesia (FFI) 2013, yang acara puncak digelar di Marina Convention Center Semarang, Sabtu malam, 7 Desember, saya juga menyempatkan diri blusukan alias meliput ke tempat kuliner yang menarik serta khas ,dan kemudian akhirnya layak untuk disambangi.
Ditemani rekan penggila makan, saya memperoleh informasi bahwa saat ini di Semarang ibukota provinsi Jawa Tengah itu, lagi menjamur kedai susu segar. Bahkan kedai susu segar ini merambah ke kota lain, seperti Solo, termasuk merambat ke Yogyakarta. Sementara restoran baru tidak banyak bermunculan di kota yang memiliki ikon kuliner Lumpia dan Bandeng Presto. Juga warung tenda maupun warung yang menggelar di kaki lima, tidak terkecuali di Simpang Lima, hanya terdapat tempat kuliner yang biasa –biasa saja.
Kedua panganan itu, Lumpia dan Bandeng Presto, memang sudah menjadi ikon kota bandar terbesar di Indonesia. Sebagai kota bandar tentunya menjadikan Semarang sarat dengan peninggalan sejarah dan budaya dari peradapan masyarakat. Tentang hal itu jejaknya masih terlihat, dalam hal inipun kuliner, di samping tempat lain seperti Lawang Sewu, kawasan Kota Lama, Tugu Muda dan Pasar Johar.
Tentang Pasar Johar jelas menyimpan sejarah kemajuan arsitektur Eropa serta sejarah perdagangan. Di sisi lain kawasan Kauman patut didatangi (saya pun berburu kuliner di kawasan tersebut), lantaran menyimpan sejarah Syiar Agama Islam di Semarang. Begitu kawasan Pecinan, banyak sekali tempat kuliner yang musti disinggahi, yang masih kental akulturasi budaya atara masyarakat Jawa dan China.
Di luar Lumpia dan Bandeng Presto, diakui Semarang masih mempunyai harta karun kekayaan yang hanya ditemukan tatkala berburu kuliner di pelosok kota. Terus terang saya merasakan sekali hal itu. Cita rasa yang khas percampuran tradisional Jawa, pesisiran, China dan Eropa bersatu padu.
Jajanan Lumpia jelas bersinggungan erat dengan budaya kuliner China. Makanan yang berisi tumisan rebung muda, telur dan udang ini merupakan jajanan yang berasal dari tradisi turun temurun Indonesia Tiongkok. Sedang Bandeng Presto adalah ikan bandeng yang dimasak dengan panci bertekanan tinggi, biasanya disebut presto. Cara ini dilakukan untuk membuat duri ikan bandeng tersebut menjadi lunak, sehingga enak untuk dimakan dan tahan lama apabila disimpan dalam lemari es.
Hasil dari blusukan ke tempat kuliner saya menyambangi tempat penjual Wedang Tahu. Dan saya dan rekan penggila makan ini lantas bersepakat sekaligus menyimpulkan, ternyata makanan Semarang banyak sekali mengolah dengan bahan tahu. Setidaknya ada empat menu yang diolah dari bahan tahu. Yakni Wedang Tahu, Tahu Pong, Tahu Gimbal dan Tahu Petis.
Konon Wedang Tahu berasal dari Tiongkot yang dikenal sebagai minuman. Saya menyeruput wedang tahu benar-benar suatu sensasi. Tidak dipungkiri wedang tahu memiliki sensasi dan nostalgia tersendiri. Hangatnya kuah jahe hingga lembutnya kembang tahu sungguh nikmat. Saya akui membuat wedang tahu merupakan minuman yang tidak tertandingi.
Bahan pembuatannya berasal dari kembang tahu yang lembut, mirip dengan bubur sumsum Selain menghangatkan badan, wedang tahu juga menyehatkan. Sebab terbuat dari jahe alami. Saya menikmati wedang tahu ini di daerah Gang Warung, semarang. Kiranya berbeda dengan Tahu Petis yang gampang dicari, di jalan protokol ataupun diperumahan banyak ditemukan.
Sesungguhnya tahu petis adalah makanan jamilan yang disantap hangat-hangat sebagai teman minum teh hangat. Tahu yang lembut dan gurih berpadu dengan petis yang hitam manis dan beraroma khas, alih-alih ditambah dengan cabe rawit, yang mau tidak mau membuat ketagihan. Tahun petis ini adalah hasil asimilasi atau berbauran budaya masyarakat Semarang.
Lain lagi dengan Tahu Pong, yang berbahan dasar tahu tanpa isi alias kopong (kosong). Tahu pong ini biasanya langsung di goreng saat kita memesan. Jadi disajikan masih dalam keadaan panas. Berikynya akan disajikan pada kuah warna coklat kehitaman, yakni kauh sambal kecap petis untuk mencoco tahu pong. Rasanya manis dan gurih dengan aroma bawang putih yang cukup menyengat.
Bagaimana dengan Tahu Gimbal? Adalah semacam bakwan goreng berisi udang yang digoreng kering dengan perpaduan rasa yang sesuai antara gurih , manis dan pedas. Ditambah lontong, kol,tahu dan taoge serta telur goreng sebagai pelengkapnya. Sewaktu kunjungan ke Semarang awal Desember itu, meliput FFI 2013, saya tidak menyantap Tahu Gimbal. Jika menikmati tahu gimbal yang rasanya benar-benar pas di lidah, biasanya saya pergi ke Taman KB di Jalan Menteri Supeno.
Tidak disangka dari sekian banyak menu kuliner Semarang, tak bisa ditampik bahwa terbanyak menu yang berbahan dasar tahu. Artinya terasa kuat pengaruh budaya China. Tidak bisa ditutup-tutupi budaya China sangatlah lengket dengan masyarakat Semarang, yang tergolong kota majemuk antar umat.
Semuanya itu tercermin dari banyaknya situs tempat peribadatan yang bersejarah. Seperti Masjid Agung Jawa Tengah, Masid Agung Semarang, Makam Ki Ageng Pandanaran 1 ( pendiri kota Semarang), Kelenteng Sam Po Kong, Vihara Budhagaya, Pagoda Avalokitesvara, Pura Agung Giri Natha dan Gereja Blenduk. (Syamsudin Noer Moenadi, jurnalis, tukang nonton film , dan pemerhati kuliner sekaligus tukang doyan makan). Foto-Foto: istimewa.