Jakarta, channelsatu.com: Sate Lembut adalah makan khas – sekaligus tradisional yang berasal dari Betawi. Makanan ini di restoran (mal ) maupun di warung (wilayah perkampungan) – sekarang ini – sudah jarang ditemukan. Makanya Anda mesti merasakan sebelum Sate Lembut ini benar-benar hilang tergerus zaman.
Saya menemukan secara kebetulan. Saat itu (akhir April 2012) mendapat undangan hajatan perkawinan – di daerah Kranji, yang diadakan pihak pengantin perempuan. Keluarga pengantin perempuan yang beretnis Batawi tentulah tidak lupa alias tidak ketinggalan menghidangkan –sebagai jamuan- makanan khas Betawi pula, termasuk Sate Lembut yang rasanya unik, enak tenan – dengan bumbu kacang, dan dagingnya benar-benar lembut.
Langsung saja saya ambil sepuluh tusuk . Sate Lembut itu saya beri bumbu kacang ditambah taburan bawang, rasanya tambah sedap . Aromanya kian menyengat. Cukup menyantap sate saja dan tidak ada tambahan lagi, misalnya nasi atau lontong atau ketupat.
Anda harus mencicipi Sate lembut, sebelum tak bisa dijumpai lagi . Sate ini dibuat dari daging sapi – harus daging sapi – cingcang yang ditumbuk, supaya halus. Setelah ditumbuk dimasak setengah matang, lalu kemudian dicampur dengan kelapa tua, serta gula merah yang dibakar.
Masaknya sederhanya saja. Tidak ribet . Memang tekstur tekstur satu ini terlihat berserat. Rasanya sangat manis – sesuai dengan lidah (bagi orang) Jawa. Bagi orang Betawi sendiri, pasangan Sate Lembut ini adalah makanan Laksa. Mereka ini akan menyantapnya secara lahap.
Tidak hanya orang Betawi, saya yang bukan orang Betawi juga menyantapnya penuh dengan kenikmatan. Hitung hitung ada sepuluh tusuk yang saya habiskan. Setelah makan Sate Lembut, diam- diam saya mencari jajanan Kerak Tel0r, termasuk pula makanan khas Batawi.
Ternyata tidak disajikan dalam pesta perkawinan itu. Tidak masalahlah. Namun ketika saya menurunkan artikel Kerak Telur beberapa waktu lalu, saya mendapat beberapa tanggapan positif melalui pesan pendek dari klien. Salah satu tanggapan itu sepertinya ahli bahasa. Menyarankan untuk menulis Kerak Telor bukan Kerak Telur. Terima kasih untuk hal ini, tapi saya tetap menulis Kerak Telur sebagaimana kaidah penulisan bahasa Indonesia, bukan saya tulis berdasarkan logat.
Tanggapan yang satunya lagi mengenai sejarah alias asal muasal Kerak Telur – yang berdasarkan penuturan seorang pedagang. Kerak Telur Bahwa kakek pedagang ini mengatakan kalau kakeknya – berasal dari Timur Jakarta adalah penemu resep atau racikan Kerak Telur puluhan tahun silam.
Jajanan unik ini dibuat coba-coba. Kakek itu membuat panganan campuran ketan, kelapa parut dan bumbu dapur lainnya. Lantas siapa kira , hidangan tersebut ternyata disukai kawan-kawan sang kakek. Tahun 1970-an mereka , warga dari Timur Jakarta ini mencari keberuntungan dengan berjualan jajanan unik ini – di kawasan Monas, sehingga akhirnya dianggap sebagai makanan khas Betawi.
Baiklah, cerita itu kita tampung . Sah-sah saja bercerita seperti itu .Tidak dipungkiri jajanan Kerak Telur banyak yang merindukan . Terbukti anak saya, panggilannya Gibran sangat menyukai dan ketagian. Katanya Kerak Telur punya citarasa kombinasi khas, manis, gurih dan pedas.
Sebaliknya anak perempuan saya, dipanggil Gaby senang melihat pembuat Kerak Telur dengan duduk mengipas arang, menyiapkan bahan beras, telur, serundeng , ebi, bawang goreng, serta bumbu campuran cabe, kencur, merica, garam dan gula. Sejarah Betawi mencatat jajanan ini sudah ada ratusan tahun silam saat kota ini dikenal dengan nama Batavia.
Pada waktu itu Kerak Telur makanan elite.Bukan hanya citarasanya yang kaya , melainkan bahan baku untuk membuat makanan tersebut terdiri bahan pangan mewah. Mengingat pada masa Kolonial Belanda rempah-rempah sangat dicari bangsa Eropa – seperti halnya emas.
Jajanan ini pada masa tersebut hanya dihidangkan pada penguasa – saat mengadakan pesta. Maka jangan harap masyarakat biasa waktu itu bisa menikmati. Kini Kerak Telur sudah populer . Anak saya menyatap secara asyik. Sebab Kerak Telur dibungkus dengan cara digulung pakai kertas koran – belapis kertas minyak. Anak saya menyantap tidak pelu garpu. Cukup membuka bungkus, lalu dipotong seenaknya – dengan tangan dan melahapnya. Dengan begitu merasakan nikmatnya Kerak Telur yang luar biasa. ( Syamsudin Noer Moenadi , jurnalis dan penikmat kuliner )