Kamis , 18 April 2024
Home / Showbiz / Sinopsis / PLESIR AKHIR PEKAN KE UNGARAN, MENCARI WANGSIT DI CANDI GEDONG SONGO

PLESIR AKHIR PEKAN KE UNGARAN, MENCARI WANGSIT DI CANDI GEDONG SONGO

Unggaran,channelsatu.com:“Mas, ayo cari wangsit di Ungaran.“  Ajakan itu datang dari rekan jurnalis, koresponden suratkabar terpandang,  seusai meliput Festival Film Indonesia (FFI) 2013.

Tawaran itu begitu menggoda. Namun apa boleh buat, Minggu siang itu (8 Desember) saya harus kembali  ke Jakarta, bersama 40 -an jurnalis dari berbagai media massa.   Jumlah itu yang terdaftar resmi, belum lagi jurnalis  lain dari Jakarta  yang datang berinisiatif sendiri.

Lama saya tidak ke Ungaran,  terlebih lagi ke Candi Gedong Songo yang terletak di lereng Gunung Ungaran, sekitar 1.200 meter di atas permukaan laut.  Dalam bahasa Jawa, Gedong Songo memiliki arti Sembilan Gedung.  Candi tersebut  memang berjumlah sembilan, yang letaknya terpisah-pisah dalam sembilan kompleks.

Tetapi sekarang, hanya terdapat lima kompleks candi yang utuh. Sedangkan sisanya hanya tinggal puing  Candi Gedong Songo ini berada di Desa Candi, Kecamatan Ambarawa di Lereng Gunung Ungaran. Jarak dari Kota Ungaran ke Gedong Songo 19 kilometer. Sedang dari Semarang ke Gedong Songo 39 kilometer.

Sesampai Jakarta, setelah tuntas meliput segala program FFI 2013 yang puncak acara  begitu  gemerlapan sertamerta banyak mendapat pujian, lantaran mengundang decak kagum, sungguh spektakuler,  membuat saya  demikian letih.  Tubuh maunya cuma malas-malasan saja. Sementara dalam waktu yang relatif singkat, saya musti kembali ke Semarang untuk acara lain, memenuhi undangan  pelatihan penulisan kreatif  bagi karyawan perusahaan Djarum.

Tempat pelatihan penulisan kreatif itu persisnya di Umbul Sidomukti, Taman Renang Alam,  berlokasi di Desa Sidomukti, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah  Wilayah Bandungan sangat dikenal dengan beraneka ragam tempat wisata,  yaitu wisata alam dan olahraga. Tentu di Bandungan pasti terdapat fasilitas kolam renang, lapangan tenis, tempat peristirahatan maupun konferensi, pusat perbelanjaan sayuran maupun buah-buhan, dan taman bunga.

Jarak Ungaran- Bandungan 12 kilometer.  Bandungan- Ambarawa 7 kilometer. Lantas jarak kota Semarang ke Bandungan 23 kilometer. Undangan sebagai mentor pelatihan penulisan kreatif tersebut tidak ubahnya ajakan  dari rekan jurnalis saat meliput FFI 2013,  dan memang ajakan ini langsung saya terima (sebab jauh-jauh sudah memberitahu) , mengingat melalui forum pelatihan itu saya bisa berbagi ilmu. Alih –alih pula saya plesiran ke Ungaran, sebagaimana warga Semarang berakhir pekan dan berwisata ke Candi Gedong Songo, termasuk salah satu peninggalan budaya Hindu dari Zaman Syainlendra pada abad IX, tahun 927 M.

Candi Gedong Songo, di Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, letaknya tidak jauh dari tempat pelatihan. Apabila ada waktu, jelas saya menyambangi,  yang siapa tahu akan memperoleh wangsit alias pencerahan (saya terus mengingat dan tidak melupakan ucapan rekan jurnalis tatkala meliput FFI 2013).

Saya berangkat ke Ungaran dari Jakarta (14 Desember), pastilah singgah dulu kota Semarang, pagi-pagi buta  jauh sebelum subuh tiba. Dengan menumpang pesawat udara milik maskapai Garuda Indonesia saya tiba saat matahari mulai menyinari kota Semarang.

Setiba di Bandara Udara Achmad Yani, Semarang, saya sudah dijemput dan siap meneruskan perjalanan ke Umbul Sidomukti, tempat pelatihan. Dari Bandara Udara Achmad Yani, kami bertiga dengan mbil, setelah sarapan soto Pak Man yang lezat, berangkat ke Ungaran bergegas-gegas.  “Karena jalan ke sana macet sekali, dan  supaya tepat waktu di Umbul Sidomukti, “ kata Pak Toni, sopir yang dalam tugasnya sangat cekatan.

Sepanjang perjalanan,  udara masih terasa dingin, suhu tercatat 26 derajat Celcius.  Suasana di luar terasa sejuk, dan matahari pun sudah muncul, tetapi sepertinya malas memancarkan sinar. Menuju Umbul Sidomukti jalan makin menyempit, cukup untuk satu mobil dan jika berpapasan dengan mobil lain, jelas mencuatkan masalah.

Jalan ke Umbul Sidomukti berkelok-kelok serta berliku-liku. Jalan menanjak.  Dari mobil saya lihat kebun sayur di kanan-kiri. Saya menyaksikan  petani sayur siap menjajakan hasil panen. Terlihat buah tomat, bawang daun dan sawi. Saya juga menatap bunga hias. Pemandangan semacam itu  tidak mungkin saya dapatkan di jalan –jalan Jakarta

“Ungaran ini seperti Puncak (Jawa Barat). Bahkan macetnya. Di Ungaran pun banyak tempat peristirahatan, tapi tidak sepadat di Puncak,“ ujar Toni. Saya diam, juga Pak Mochtar dari Perusahaan Djarum.  Di perjalanan saya pun melihat papan nama petunjuk ke arah lokasi Candi Gedong Songo.

Bagi yang sudah pernah berwisata ke Dataran Tinggi Dieng, Wonosobo ,Jawa Tengah, kelima candi  itu (Candi Gedong Songo) mirip dengan Candi Arjuna. Dari segi ukuran Candi Arjuna di Dataran Tinggi Dieng memang lebih besar ketimbang Candi Gedong Songo. Kerena kesamaan itulah, sisi topografi  alam, maka  kerap disebut bahawa Candi Gedong Songo bersaudara dengan Candi Arjuna.

Ada data yang mencatat bahwa Candi Gedong Songo dibangun pada masa Dinasti Sanjaya sekitar abad ke -8. Kelima Candi Gedong itu  letaknya saling berdekatan. Candi Gedong pertama letaknya pada ketinggian 1.208 meter di atas permukaan laut. Apabila Anda ingin mengunjungi kelima candi itu, mau tidak mau membutuhkan enerji tambahan, harus berjalan  kaki dengan kondisi jalan yang terus menanjak. Candi Gedong kelima  berada di area  setinggi 1.300 meter di atas permukaan laut.

Betapa lelahnya menyambangi kelima Candi Gedong, sehingga apakah itu berarti untuk mendapatkan wangsit alias pencerahan, dibutuhkan juga suatu tekad dan perjuangan yang kuat?  Bisajadi demikian. Namun jika tidak kuat  berjalan kaki, karena kondisi jalan menanjak, ada opsi, yakni dengan  menggunakan jasa naik kuda,

Jasa naik kuda  dari komplek Candi Gedong pertama hingga Candi Gedong  kelima tarifnya seratus ribu rupiah. Jasa naik kuda itu sesungguhnya tidak terlalu mahal,  mengingat selama melakukan pendakian, walau naik kuda,  terpancar pemandangan alam yang mampu membuat takjub. Terlebih lagi pada Candi  Gedong ketiga yang berlatar belakang  hutan pinus. Andaikata berkunjung pada waktu yang tepat, saat kabut menyelimuti, betapa indahnya pemandangan di seputar Candi Gedong ketiga. Yaitu kabut memeluk hutan pinus. 

Masing- masing kompleks Candi Gedong  memiliki jumlah candi yang berbeda. Candi Gedong keempat misalnya semustinya  terdiri sembilan candi. Tapi yang ada  hanya beberapa candi terlihat berdiri utuh. Begitupula pada kompleks Candi Gedong lain, yang  reliefnya berupa gambar dewa dewi di dinding batu candi, kendati tidak terlalu kelihatan akibat digerus usia. Maka yang bisa dibayangkan pada  abad ke 8 atau abad ke-9  di lereng Gunung Ungaran penuh puluhan Candi  Hindu.

Sekarang yang terlihat justru puluhan tempat peristirahatan. Maklum gaya hidup modern dan dunia pariwisatalah yang mengubah. Sembari mengadakan pelatihan penulisan kreatif, sembari pula  plesiran. Pelatihan dan pleseran adalah sama-sama mendapat pencerahan, tidak terkecuali dilakukan pada akhir pekan. Begitu selesai pelatihan langsung pulang ke Jakarta.

Hal itulah gaya hidup atau tren warga Jakarta saat ini, berlibur pada akhir pekan entah itu ngelayap ke Cirebon,  ke Denpasar, atau ke Pekanbaru. Berangkat dari Jakarta hari Sabtu subuh,  serta pada Minggu malam sudah tiba kembali di Jakarta, hari esok harinya sudah siap bekerja lagi. ( Syamsudin  Noer  Moenadi, jurnalis, pemerhati pariwisata dan Redaktur Channelsatu.Com). Foto: ist.

About ibra

Check Also

Ketum Pafindo dan Asisten Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Kebudayaan, Prof Agus Suradika

Ketum Pafindo Gion Prabowo, “Ini Bukan Pepesan Kosong”

Jakarta, channelsatu.com:”Kantor kita di Jakarta. Cari makan di Jakarta. Rumah kita di Jakarta. Tentu sudah …

Tinggalkan Balasan

Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *