Jakarta, channelsatu.com: Stigma yang mengatakan bahwa Wayang hanya tontonan bagi kaum tua tak selamanya benar. Pergelaran Wayang Wong (Orang) bertajuk “Mahabandhana” yang dipentaskan di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), Kamis (2/10/2014) lalu, setidaknya membuktikan betapa antusiasnya para remaja menyaksikan pertunjukan Wayang yang dikemas Tri Ardhika Production.
Auditorium Gedung Kesenian Jakarta (GKJ) berkapasitas 472 tempat duduk; 395 di bagian bawah dan 77 buah di bagian atas penuh sesak dengan ratusan pelajar dan mahasiswa. Diantaranya dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 57, 13, 25 Jakarta, Global Internasional, mahasiwa IKJ (Institut Kesenian Jakarta), UNJ (Universitas Negeri Jakarta, dan dari Universitas Indraprasta Jakarta.
Para pelajar dan mahasiswa tersebut tak hanya penuh empati menyaksikan pergelaran berdurasi lebih dari dua jam tersebut. Melainkan mereka sangat antusias mempercakapkannya pada sesi diskusi yang memang diplotting waktunya oleh penyelenggara. Pergelaran sekaligus menjadi panggung apresiasi seni dan budaya bagi ratusan pelajar dan mahasiswa.
Pertunjukan seperti ini seyogianya kerap digelar untuk memberi keseimbangan bagi masyarakat, khususnya remaja. Dari segi gagasan pergelaran Wayang Wong ini patut diberi apresiasi. Immaterial oriented. Memberi penalaran tak terbatas. Di tengah zaman yang tengah terperosok pada amoralisasi estetik. Dengan fenomena budaya massa dan seni hiburan sensasional — vulgarisme dan eksploitatif terhadap kemanusiaan — yang selama ini secara sistematis didistribusikan oleh para pengelola jasa hiburan kita bernama ‘kotak kaca segi empat.’
Malam kedua, Jum’at (3/10/2014), pergelaran Wayang Wong “Mahabandhana” tetap dipadati penonton. Pertunjukan ini juga mendapat perhatian dari para Duta Besar dan Atase Kebudayaan negara sahabat. Diantaranya ikut menyaksikan; Duta Besar Tunisia H. E. Mr. Mourad Belhassen dan dan Mrs.Belhassen, Duta Besar Kerajaan Thailand Mr. Vutty Vutisant , dan Mrs.Vutisant, serta Duta Besar Polandia Lbegniew Wilinski.
Sejumlah pejabat kementerian dan para pemerhati seni dan budaya dari berbagai organisasi pewayangan juga ikut menyaksikan. Dari kementerian antara lain; Menteri Pekerjaan Umum Indonesia DR. (HC) Ir. Djoko Kirmanto, Dipl. HE, perwakilan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), dan Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham). Dari organisasi pewayangan, antara lain; Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia (SENAWANGI), Asosiasi Sekretariat Wayang ASEAN, dan dari Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI).
Pergelaran Mahabandhana, merupakan kolaborasi para seniman dari grup Wayang Wong Sriwedari dari Surakarta. Sebuah grup kesenian tradisionil legendaris yang sudah ada sejak tahun 1910. Mahabandhana melibatkan tak kurang dari 150 seniman tradisi dari Surakarta, Yogyakarta, Semarang dan Jakarta. Didukung para bintang panggung dari Alumni Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, Yogyakarta. Diantaranya; Agus Prasetyo (berperan sebagai Raden Pandu) yang juga bertindak sebagai sutradara, Wahyu Santoso Prabowo, S.Kar., M.S (Prabu Kresnadipayana), Ali Marsudi, S. Sn (PrabuKunthiboja), dan Eny Sulistyowati SPd, SE (Produser), yang berperan sebagai Dewi Kunthi.
Perlunya Remaja Memahami Filosofi Wayang
Seni itu sebagai pengetahuan sensoris; cermin kehidupan. Seni Wayang merupakan media perenungan, penuh filosofis, spiritual, dan pemikiran kontekstual. Pertunjukan wayang merupakan hiburan berwujud tontonan yang mengandung tuntunan untuk memahami tatanan. Seni Wayang banyak mengandung nilai-nilai luhur. Oleh karena itu, perlunya remaja memahami filosofi Wayang.
Dan inilah barangkali — antara lain — berbagai ekspresi yang dimunculkan lewat perhelatan kebudayaan dengan media seni Wayang. Ekspresi dibuka dengan gemuruh tetabuhan musik yang ditata master musik dunia, Dedek Wahyudi. Komposer yang sudah melalang-buana ke berbagai negara dengan karyanya berbasis seni tradisi.
Pergelaran ini bak dititahkan sebagai radar untuk menangkap getaran kosmologis yang bergerak di sekeliling kita. Memberi impresi, dan kesan mendalam, tentang jagad alam raya. Tentang geo-politika, sosialita, upaya pelestarian, pengembangan dan pewarisan nilai estetik dan benda-benda artistik dalam korpus keyakinan maupun sensus budaya. (ibra)