Scroll untuk baca artikel
Film, Musik, TV

Norah, Film Pertama Arab Saudi yang Diputar di Cannes dan JWC

27
×

Norah, Film Pertama Arab Saudi yang Diputar di Cannes dan JWC

Sebarkan artikel ini
Film Norah (https://www.instagram.com/p/C8aa-aQI_Ex/?hl=en)

Jakarta, Channelsatu.com – Dibawah Muhammad Bin Salman (MBS), Di bawah pemerintahan Mohammad Bin Salman (MBS), Arab Saudi memasuki babak baru. Film kini diproduksi, bioskop dibuka kembali, konser musik K-Pop diizinkan dan kaum wanita boleh menyetir mobil.

Untuk pertama kalinya, setelah 35 tahun dilarang, Saudi Arabia menggelar FF Red Sea (Laut Merah) di Jeddah 2023 dan ikut FF Cannes 2024 di Perancis. Satu-satunya film Arab yang bertajuk ‘Norah’ karya debut sutradara Taufik Alzaidi diputar di bagian Un Certain Regard di FF Cannes.

Dan kini, film bergenre drama pedesaan (rural drama) ini ditayangkan di Jakarta World Cinema (JWC) di CGV, Grand Indonesia, Jakarta, baru-baru ini.

Norah adalah gadis yatim piatu yang tinggal bersama bibinya di desa terpencil yang jauh dari kota. Dikisahkan dengan alur cerita yang kuat, Norah ingin kehidupan diluar batas-batas komunitasnya. Namun, gadis yang masih bercadar ini (jika keluar rumah) berobsesi keluar dari desanya dan ingin mendapatkan apa yang diinginkannya
Ia diam-diam melawan aturan-aturan yang ketat.

Norah membaca majalah asing yang dipenuhi foto wanita berbusana modis dan museum serta mendengarkan kaset musik dari Michael Jackson. Ia sepaham dengan guru Nader yang kerap merokok merek Marlboro Reds buatan Amrik. Nader guru modern dengan dandanan bak bintang film: berkaca mata hitam dan berkumis tebal.

Film Norah (https://www.instagram.com/p/C63tVmMsg8e/?hl=en)

Mendadak sontak Norah ingin digambar oleh Nader. Meski bercadar, namun Nader bisa melihat ‘wajah’ Norah secara sketsa imajinasi lewat tatapan matanya. Gambar ini kemudian bocor keluar. Warga desa dan polisi yang konservatif dan fanatik pada tradisi leluhur ini mengusir Norah dari desanya.

Bahkan, bibi Norah pun memaki dan mengutuk perbuatan Norah yang dianggap tak bermoral. “Ini karya setan,” kutuk bibinya.

Kerjasama antara Nader yang pelukis dan Norah yang mau digambar dijembatani oleh seni bersama. Cekak aos, film ini berakhir anti-klimaks. Ending film menjadi gelap dan nasib Norah tak pasti. Buku yang jadi simbol perubahan kini menjadi gelap kembali segelap gurun yang sesak dicurigai warga desa.

Sutradara Taufik Alzaidi terkesan hati-hati dalam menggarap skenario yang ditulisnya dan tampak ia tak ingin dicurigai sebagai sineas pembangkang. Meski karya perdananya dinilai sangat progresif dan penuh pembaruan.
Ia dipuji diluar tapi dikecam dan dikritik di negaranya.

Satu hal, lepas dari kekurangan-kekurangan sepele, seni peran Maria Bahrawi sebagai Norah dan Yacoub Alfarhan sebagai Nader boleh diacungi jempol. Mereka berdua bermain apik dan polos. Tanpa rasa canggung.

Pemeran lain seperti Abdullah Alsadhan dan Aixa Key bermain selaku sosok pelengkap cerita. Walhasil, produksi Nebras Film berdurasi 1 jam 34 menit ini boleh disebut sebagai film ‘art’ yang cerdas dan ciamik. (Tyo)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *