Jakarta,channelsatu.com:Semua orang pasti mengetahui bahwa mi instan adalah salah satu makanan cepat saji dan praktis yang digemari masyarakat dunia, termasuk Indonesia. Memang, mi instan mudah disajikan dan harganya murah. Lantaran hal itulah, maka tidak usah kaget banyak orang yang gemar mengonsumsinya.
Tidak dipungkiri popularitas mi instan merambah luas serta melahirkan peluang bisnis, yaitu begitu banyak warung mi instan. Pada suatu ruas jalan, pastilah dijumpai warung mi instan yang menawarkan dengan berbagi variasi cara penyajian. Ringkasnya warung mi instan pun menjamur di mana-mana, di berbagai pelosok Indonesia.
Diakui atau tidak, mi instan mampu mengubah dunia. Demikian pula mi instan termasuk salah satu bangan pangan yang sanggup mendiversufikasi beras. Sertamerta apabila setiap kali ada bencana alam atau keadaan darurat di suatu tempat, yang terpikir adalah mengirim bahan pangan mi instan.
Di satu sisi, betapa konsumen mi instan ialah lintas generasi. Mi instan disukai mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Di Indonesia, jika berbicara soal mi instan, tentu pikiran kita langsung tertuju pada mi instan bermerek Indomie yang diproduksi PT. Indofood Sukses Makmur Tbk (Indofood).
Mi instan bermerek Indomie sudah merambah kemana-mana, sampai ke pelosok penjuru dunia. Artinya Indomie bukan produk jago kandang. Produk Indomie sudah menembus pasar dunia alias sudah bergerak global dan tersebar di banyak negara. Kata lain Indomie bukan saja hanya sekadar makanan cepat saji, namun sudah menjelma menjadi duta kuliner Indonesia.
Berdasarkan situs PT Indofood Sukses Makmur Tbk, Indomie sudah diekspor ke 80 negara. Selain mendirikan pabrik, seperti di Malaysia maupun di Nigeria. Malah di Nigeria lebih 16 tahun Indomie menguasai pasar di negara tersebut. Perlu diketahui, Indomie pertama kali diluncurkab pada tahun 1982. Di Indonesia, sebutan Indomie juga umum dijadikan istilah generik yang merujuk kepada mi instan.
Indomie memiliki berbagai macam rasa dan harganya yang ekonomis. Karena itulah mi instan bermerek Indomie ini diterima masyarakat luas bukan hanya di dalam negeri tetapi juga di luar negeri. Masyarakat pun tahu bahwa mi instan biasanya dimasak atau direbus terlebih dahulu, kemudian ditambah bumbu-bumbu tertentu yang sudah tersedia dalam setiap kemasaannya.
Saat ini Indonesia termasuk salah satu produsen sekaligus penghasil mi instan terbesar di dunia setelah Tiongkok. Banyak pabrik mi instan dengan berbagai merek yang dibangun di Indonesia. Menurut data tahun 2005, Tiongkok memasarkan mi instan sebanyak 44,3 miliar bungkus, disusul Indonesia sebanyak 12,4 miliar bungkus.
Mi instan merek Indomie telah diterima dihampir semua rumah tangga di Nigeria. Jadi tidak heran, jika Indomie sebagai makanan pokok kedua di Negeria. Di sisi lain angka penjualan Indomie dari tahun ke tahun terus meningkat. Peningkatan penjualan ini dimulai dari tahun 2009 yang total nilai penjualan mi instan meningkat 7,2 persen menjadi 11,68 triliun dari Rp 10,90 triliun di tahun 2008.
Kenaikan ini disebabkan naiknya volume penjualan dan kenaikan harga pada 2008 dan 2009. Peningkatan penjualan dan turunnya harga produksi menaikkan marjin pada laba usaha menjadi 11,8 persen pada tahun 2009 dari 4,1 persen pada tahun 2008. Dus, omzet mi instan dalam tahun 2010 mencapai Rp 2,4 trilun, sekitar 10 persennya merupakan nilai eksport. Secara volume, konsumsi tahun 2010 mencapai 7 miliar bungkus. Lantas konsumsi tahun 2011 sampai tahun 2015 jelas angkanya kian melambung .
Masyarakat juga tahu dan mengingat bahwa Indomie kesandung masalah (beberapa tahun lalu) di negeri Taiwan. Pihak berwenang Taiwan bahwa Indomie yang dijual di negeri mengandung dua bahan pengawet yang terlarang, yaitu E-218 (Methyl Phydroxybenzoate) dengan nama dagang nipagin dan Benzoicocid. Nipagin merupakan bahan tambahan yang berfungsi sebagai pengawet yang terdapat di dalam kecap manis.
Tetapi sesungguhnya dua bahan pengawet itu boleh digunakan untuk membuat kosmetik. Dengan demikian mi instan merek Indomie dilakukan penarikan dari pasar Taiwan. Sebaliknya mi instan Indomie yang beredar di Hong Kong (berbarengan dengan kasus di Taiwan) menyatakan tetap aman dikonsumsi, karena memenuhi standar di Hong Kong dan Organisasi Kesehatan Dunia. Berdasarkan pengujian kualitas (di Hong Kong), tidak menemukan adanya bahan berbahaya.
Terlepas dari kesuksesan mi instan bermerek Indomie, kiranya sedikit orang yang tahu bahwa penemu mi instan adalah Momofuku Ando. Penemu mi instan ini merupakan salah seorang imigran alias pendatang keturunan Tiongkok yang tinggal di Jepang.
Nama asli Momofuku Ando yakni Go Peh Hok, lahir di Taiwan pada tahun 1910. Momofuku Ando mendapat ide mi instan didapat setelah mengamati orang-orang Jepang yang suka memakan mi. Ketika itu proses pembuatan mi membutuhkan waktu yang sangat lama.
Lantaran itulah Momofuku Ando berfikir dan mencari cara agar bisa membuat mi dengan praktis serta mudah. Akhirnya pada 15 Agustus 1958, Momofuku Ando menemukan mi instan yang waktu itu diberi nama Chicken Ramen alias Mi Ayam. Penemuan Momofuku Ando sudah bergulir selama 57 tahun, dan siapa yang menyangka (sehingga Anda menjadi penasaran), bahwa temuannya benar-benar sanggup mengubah dunia.
Temuan Momofuku Ando yang menemukan mi instan sepertinya sepele, tetapi temuannya itu justru membawa perubahan yang luar biasa. Momofuku Ando yang meninggal dunia tahun 2007 tergolong sosok tangguh yang bekarya tanpa pamrih.
Kiranya kita dapat mengambil banyak pelajaran dan perjuangannya yang siapa tahu kita pun terinspirasi dari perjalanan hidupnya. Kita akhirnya mengakui temuannya, dan hasilnya bahwa mi instan tidak cukup cuma bikin kenyang. (Syamsudin Noer Moenadi, pemerhati masalah kuliner dan redaktur channelsatu.com).