Jakarta, channelsatu.com: Bulan Ramadhan telah tiba. Dan pada bulan Ramadhan itu, di setiap keluarga pasti tidak luput menyediakan hidangan pembuka : Buah kurma. Tidak ada yang meragukan bahwa kurma merupakan buah yang banyak manfaat. Beberapa manfaat yang terdapat pada buah kurma ialah mengurangi tingkat kolesterol dalam darah dan mencegah kesumbatan di saluran darah.
Manfaat lain, yakni buah kurma bisa mencegah kerusakan gigi karena mengandung fluriane, juga mampu mencegah racun karena mengandung natriun, gallium serta vitamin. Para ahli gizi yang dihubungi channelsatu.com menyatakan hal yang sama. Tidak perlu sangsi untuk makan buah kurma sepuasnya, namun hendaknya paling banyak tujuh biji kurma.
Kenapa tujuh biji kurma? Dalam suatu hadits Rasululah, Sallallahu ‘alaihi wasallah pernah bersabda : Lakukan ikhtiar perlindungan dari sihir dengan memakan 7 biji kurma. Hadits tersebut diriwayatkan oleh Amir bin Saad dari ayahnya. Tidak hanya riwayat itu saja, malah Nabi SAW memerintahkan kita untuk memakan dalam gitungan ganjil “ 3,5, 7, 9 atau 11 dan dimakan pada hari hari.
Mengenai makanan, ada hal yang patut kita ikuti betapa Rasullulah SAW tidak pernah mencela makanan. Dua buku atau sumber, yaitu Syarh Riya’dhush Sha’lihin karya Syaikh al-‘Utsaimin dan Bahjatun –Na’zhirin karya Syaikh Salim al Hilahi, menegaskan secara tegas masalah itu. Celaan terhadap makanan maupun minuman tidak usah dikemukakan verbal, mengingat kenikmatan ALLah tiada terkira.
Ragam makanan dan minuman sangat bervariasi. Kewajiban seorang muslim menghargai nikmat tersebut serta haruslah mensyukurinya. Meskipun makanan yang tersedia sepele, tapi celaan tidak layak muncul dari bibir seorang muslim. Ketika makanan atau minuman tidak menggugah selera, atau mengundang ketidaksukaan karena cita rasanya kurang tajam, sertamerta bentuknya yang tidak menarik ataupun bahan-bahannya yang dirasa tidak bergizi, maka cacian tetap saja tidak pantas untuk diucapkan.
Keteladanan Nabi SAW dalam masalah ini wajib ditiru. Nabi SAW tidak pernah mengeluarkan komentar mencela sekalipun terhadap masakan atau makanan yang boleh dimakan. Dari Abu Hurairah menyatakan : Rasulullah tidak pernah mencela sama sekali (HR al –Bukhari dan Muslim). Berbeda dengan makanan haram, Rasulullah tegas melarang mengkonsumsikannya.
Apabila makanan yang dihidangkan Rusulullah SAW sukai, maka beliau menyantapnya. Sedangkan sikap beliau saat menghadapi jamuan yang tidak menarik hati, beliau tidak menjamahnya, tanpa mengeluarkan komentar apapun terhadapnya. Hadits Riwayat al-Bukhari dan Muslim menyatakan : Kalau beliau menyukai, maka akan beliau makan. Dan jika tidak menyukainya, beliau meninggalkannya.
Sikap di atas merupakan keagungan dan keluhuran akhlak Rasulullah SAW. Beliau menghormati perasaan orang yang telah memasak dan membuatnya. Rasulullah tidak suka mencela hasil kerja orang yang membuatnya sehingga dapat menyakiti hatinya. Sisi lain, tidak menutup kemungkinan ada orang lain yang menyukai makanan tersebut.
Menyimak Hadits tersebut di atas, kita diajarkan sikap ksatria dalam menghadapi makanan yang tidak disuka, yaitu dengan cara tidak menyentuh dan meninggalkannya. Selain itupun, bentuk penghargaan lain terhadap makanan, walau tidak selalu dilakukan. Terdapat suatu riwayat, Rasulullah memuji makanan. Beliau bertanya pada keluarganya mengenai lauk yang tersedia. Keluarga beliau menjawab : “Kami tidak mempunyai apa –apa kecuali cuka.“
Maka beliau meminta untuk disediakan dan mulai menyantapnya. Lantas berkata : “Sebaik-baiknya lauk adalah cuka. Sebaik-baiknya lauk adalah cuka.“ (HR. Muslim). Pujian sebagaimana hadits tersebut, bisa bermakna pujian kepada obyek makanan dan juga bisa ditujukan untuk menghibur keluarga, dan bukan berarti pengutamakan cuka di atas segala makanan.
Ya, Rasulullah tidak mencela makanan dan selalu qand’ah –menerima – dengan apa yang tersedia. Ya, itulah sekelumit kisah Rasulullah SAW yang dinukil dari beberapa sumber, berkaitan dengan makanan yang menjadi kebutuhan penting bagi keberlangsungan hidup manusia. Semoga Allah memberikan taufik kepada kita untuk meneladani beliau secara lahir maupun batin. Selamat menunaikan ibadah puasa. (Syamsudin Noer Moenadi, Jurnalis Senior dan Redaktur channelsatu.com)