Jakarta, channelsatu.com: Sudah banyak yang tahu bahwa makanan Mi berasal dari negeri China. Persisnya adalah Tiongkok. Konon pada zaman dahu untuk membuat Mi menggunakan air asin dari Danau Kandi di pedalaman Mongolia. Lantas perkembangan makanan ini menyebar ke berbagai sudut dunia.
Di Indonesia, makanan Mi banyak dijumpai di pojok maupun di ujung jalan protokol serta di jalan kampung. Tidak terhitung berapa banyak penjual makanan Mi dengan sarana gerobak, di Jakarta misalnya. Jika dilakukan pendataan bisa mencapai ribuan jumlahnya.
Bahkan saat ini kota Jakarta diserbu restoran yang menjajakan menu Ramen yang tidak lain kuliner Jepang, artinya makanan Mi. Ramen masuk ke pasar Indonesia bukanlah tanpa alasan. Dan seperti yang disingggung pada tulisan sebelumnya, di ChannelSatu.com tentunya, Ramen telah dijadikan duta kuliner Jepang, sebagaimana halnya Sushi.
Andalah perantau dari Jepang atau China yang rindu lidah dengan hidangan asal daerahnya. Mereka ini setidaknya yang mendatangkan peluang pasar, sekaligus menciptakan kondisi permintaan yang semakin hari bertambah permintaannya. Ini seriring dengan perkembangan Japanese Food.
Situasi ini sama halnya dengan perantauan dari Minang yang juga rindu lidah terhadap makanan khas pedasnya, sehingga para perantau asal Minang itu mencari rumah makan Padang untuk sekadar melepas rasa rindu pada kampung halaman. Tidak seperti situasi sekarang menu Ramen yang sudah demikian akrab dengan masyarakat Indonesia, teristimewa di kota-kota besar dan ditabalkan menjadi makanan favorit, kiranya pada zaman sekian puluh tahun lalu justru warga Tionghwa yang suka jajan kesulitan mencari menu Ramen.
Lantaran susah mencari restoran Ramen, maka warga Tionghwa pun membuka restoran dengan sajian Ramen secara khusus. Dari kondisi seperti itu, sehingga Ramen menyebar, dan masyarakat Indonesia mulai mengenal. Lalu pada perkembangan berikutnya, justru rumah makan milik orang Tionghwa mulai terpinggirkan. Lantaran banyak orang Jepang tinggal di Jakarta untuk urusan bisnis.
Pada waktu itu pemintaan alias peminat Ramen meningkat. Sampai-sampai mereka harus lama menunggu. Waiting list. Makanan Ramen adalah rebusan mi hasil buatan tangan atau buatan mesin yang dimasukkan ke dalam sebuah cawan yang berisi kuah dari berbagai kaldu.
Di restoran yang menghidangkan masakan China, termasuk mi, kaldu tersebut umumnya menggunakan komposisi dengan bahan dasar daging babi. Soal itulah yang menjadi permasalahan, mengingat warga Indonesia yang mayoritas kaum muslim. Jadinya terjadilah pro kontra atas kehalalan kuliner Ramen ini.
Memang segala bahan makanan yang berakibat buruk pada tubuh sudah sepatutnya untuk tidak dikonsumsi. Apalagi makanan yang mengandung daging atau kaldu berbahan dasar hewan babi. Anda sudah sewajarnya menghindari makanan yang tidak baik bagi kesehatan tubuh. Termasuk makanan mi. Alih-alih mengkonsumsi mi berlebihan. Terutama mi instan yang dapat menyebabkan kanker.
Diyakini pengawet yang digunakan mi instan berbahaya bagi tubuh, jika dikonsumsi terus menerus. Kata lain apakah tetap boleh mengkonsumsi makanan mi ? Lakukan lebih dulu beberapa hal apabila mau mengkonsumsi, yakni cek kandungan dalam mi yang kita konsumsi dengan bertanya pada penjual.
Cek label halal pada restoran mi, tempat Anda makan. Usahakan mengkonsumsi mi buatan sendiri, bukan mi instan. Tambahkan sayuran seperti sawi dan wortel. Lengkapi mi dengan kandungan protein seperti telur dan irisan daging ayam. Dan yang paling penting, usahakan tidak terlalu sering mengkonsumsi mi. Selekti memilih mi, supaya dapat menikmati tanpa mengganggu kesehatan tubuh, sertamerta tentu saja yang halal. (Syamsudin Noer Moenadi, jurnalis dan pemerhati masalah kuliner).