Myanmar-Burma, channelsatu.com: Derita saudara kita muslim di Rohingya Myanmar atau Burma seakan tidak ada habisnya.
Pasalnya, ujian berat itu tetap harus dilalui bagi yang selamat. Padahal rasa trauma itu sendiri belum hilang, saat kekejaman yang diduga dilakukan militer Burma dan kelompok pemeluk Budha
terhadap muslim Rohingya seperti dirilis EraMuslim, Jum’at (29/6) lalu, yang tewas mencapai 15 ribu orang. Sebanyak 30 ribu Muslim dinyatakan hilang, sedangkan 5.000 orang lainnya ditahan.
Selain itu rumah tinggal mereka dibakari, Bahkan masjid juga tak luput dari target kekejaman orang-orang Budha Myanmar.
Sedikitnya 21 masjid telah dibakar. Nahzdatul Mufaqqirin merinci, masjid-masjid yang dibakar itu terletak di desa Kemboh, Furam (2 masjid), Zailar (5 masjid), Buhor, Folton, Shun Dori, Dirom, Godubah, Forhali, Noyah, Shel Gara, Honsi, Am Bari, Sinkir, Santoli, dan Bodur.
Belum lagi, kerugian harta dan kehormatan juga dialami Muslim Rohingnya. Massa Budha dilaporkan merampok dan menjarah desa-desa Muslim di Arakan serta memperkosa sejumlah Muslimah di sana.
Ribuan Muslim yang ketakutan dengan kekejaman yang terus berlangsung, memilih mengungsi ke Bangladesh untuk mendapatkan swaka. Pejabat imigrasi Bangladesh memperkirakan, saat ini terdapat 300 ribu pengungsi Rohingya.
Namun, di Bangladesh pun mereka tak semuanya bisa diterima dan hidup dalam kesulitan. Tercatat dewasa ini 28.000 pengungsi Rohingya tinggal di dua kam resmi, sedangkan 200.000 lainnya tinggal di perkampungan tidak resmi.
Selain menyelamatkan diri ke Bangladesh, mereka ada yang terdampar di India dan sekitar 129 0rang kini berada di Aceh.
Badan Pengungsi PBB (UNHCR) menyebut suku Rohingya sebagai salah satu kelompok etnik yang paling tertindas di dunia.
Mereka masuk dalam kelompok suku paling disia-siakan di dunia dan paling banyak menjadi korban kejahatan. Pemerintah Birma menolak kewarganegaraan dan hak mereka memiliki tanah. Mereka dilarang bepergian atau menikah tanpa izin.
Dipengungsian mereka pun mencurahkan isi hatinya jadi korban kekejaman aksi militer Myanmar dan kelompok myaoritas Budha dan sekaligus jadi saksi hidup.
Berikut penuturan pengakuan enam korban yang berhasil dihimpun channelsatu.com dari berbagai media:
Rahima misalnya,ia mengatakan suaminya ditahan atas tuduhan palsu dan si penuduh kemudian memperkosa dirinya. Lalu, phak UNHCR membantu dia memperjuangkan pembebasan suaminya.
Lain,lagi pengakuan remaja bernama Anwara. Sambil memegang foto ayah tirinya yang dituduh membunuh ibunya dan sekarang buron. UNHCR merawat Anwara dan saudara-saudaranya
Yang tak kalah menyedihkan, adalah cerita duka yang dialami Sayed Alam. Ia sudah tiga tahun lumpuh dan bergantung pada perawatan istrinya serta obat-obatan dari UNHCR
‘Kami meninggalkan Myanmar (Burma), sebab kami diperlakukan secara kejam oleh militer. Muslim di sana dibunuh dan disiksa,” kata Nur Alam, 27 tahun, salah seorang warga Rohingya yang ikut dalam perahu yang ditarik ke Aceh hari Rabu, seperti dikutip kantor berita AFP.
“Suami saya dibunuh dalam kerusuhan itu. Polisi Burma hanya menembaki muslim, bukan warga pemeluk Buddha. Militer hanya menonton dari atap dan mereka tidak melakukan intervensi,” kata Sayeda Begum, seorang wanita muslim Rohingya yang ditemui di tempat pengungsiannya oleh bbc di Bangladesh.
Penderitaan yang sama juga diakui Zhora Khatun, “Ayah saya ditembak oleh militer Burma di depan saya. Desa kami dihancurkan. Kami berlari menyelamatkan diri. Saya masih tidak tahu apa yang terjadi pada ibu saya,” timpal Katun yang duduk di pondok di sebuah desa nelayan dekat kota Teknaf di tenggara Bangladesh.(afp/bbc/ms/ch1)