Scroll untuk baca artikel
Film, Musik, TVShowbiz

Film Labuan Hati, Duet Kerja Kompak Lola Amaria dan Titien Wattimena

6
×

Film Labuan Hati, Duet Kerja Kompak Lola Amaria dan Titien Wattimena

Sebarkan artikel ini
Prescon peluncuran poster dan trailer film Labuah Hati, Jumat (24/2/2107) di jakarta. Foto: Ibra.
Prescon peluncuran poster dan trailer film Labuah Hati, Jumat (24/2/2107) di jakarta. Foto: Ibra.
Prescon peluncuran poster dan trailer film Labuah Hati, Jumat (24/2/2107) di jakarta. Foto: Ibra.

Jakarta, channelsatu.com: Keindahan alam bawah laut di wilayah Labuan Bajo, jadi kisah romantisme utama yang elok dipaparkan di film Labuan Hati karya teranyar dari Lola Amaria, yang akan tayang di bioskop 4 April 2017 ini. Bumbu-bumbu romantisme ini juga kian lengkap dipaparkan para pelakonnya di film ini.

Sayang alur ceritanya diawali agak lambat dituturkan di film ini, yang menghadirkan Kelly Tandiono, Nadine Chandrawinata, Ully Triani, Ramon Y. Dan, sepertinya jelas sekali memang ekspos utamanya film ini menghibur mata penonton dengan 30 persen menjual panorama nan indah di alam bawah laut Labuan Bajo. Ini jua yang sekaligus untuk membangung cinta Tanah Air. Sekaligus menunjukan bahwa alam bawah laut Indonesia dan berikut pulau-pulaunya adalah surga bagi para pelancong pecinta alam yang tidak kalah dengan objek wisata manca negara.

Seperti yang dituturkan Lola, film ini mengangkat tentang 3 perempuan beda usia, beda karakter yang bergelut untuk menyelesaikan masalahnya masing-masing. Tepatnya, di Labuan Hati yang kisahnya ditulis Titien Wattimena  dan sekaligus buah manis kerja kompoknya dengan Lola ini, menceritakan who are women and what women really want.

Bia, Indi dan Maria adalah tiga perempuan yang bertemu di Labuan Bajo, Flores, NTT. Hidup di atas kapal, menyelam, bertemu komodo hingga menginap di sebuah pulau yang sama…

Tiga perempuan dengan latar belakang berbeda, alasan berbeda, dan tujuan berbeda dengan cepat bersahabat karena kecintaan yang sama: kepada laut, permukaan maupun kedalaman.

Dan ada Mahesa, instruktur diving yang terus mendampingi mereka, yang kemudian menjadi salah satu alasan mereka merasa ada yang salah dengan hidup masing-masing.

Padahal… tak ada yang salah. Setiap perempuan berhak bersedih atas masa lalu, berhak berbahagia untuk hari ini, dan berhak selalu punya harapan akan masa depan, tanpa perlu mengutuk hidup yang tak melulu baik-baik saja. (ibra)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *