Jumat , 29 Maret 2024
Home / Hot News / Manca Negara / Astaqfirullah, Warga Muslim Rohingya Myanmar (Burma) Ditembaki dan Desanya dihancurkan

Astaqfirullah, Warga Muslim Rohingya Myanmar (Burma) Ditembaki dan Desanya dihancurkan

Bangladesh, channelsatu.com: Bentrokan antar mayoritas  warga Budha dan minoritas muslim di desa Rakhine, Burma Barat sungguh menyayat hati kita sesama muslim. Betapa tidak, akibat peristiwa  itu, telah menyebabkan 80 orang tewas dan ribuan orang kehilangan tempat tinggalnya.Kini mereka terusir di negeri mereka sendiri. Demikian seperti yang dilaporkan bbc.

Yang memprihatinkan lagi, Sayeda Begum, seorang muslim Rohingya mengatakan militer Burma turut menembaki warga muslim dan bukan warga pemeluk Budha.

“Suami saya dibunuh dalam kerusuhan itu. Polisi Burma hanya menembaki muslim, bukan warga pemeluk Buddha. Militer hanya menonton dari atap dan mereka tidak melakukan intervensi,” kata Sayeda Begum, seorang wanita muslim Rohingya yang ditemui di tempat pengungsiannya oleh bbc di Bangladesh.

Penderitaan yang sama juga diakui Zhora Khatun, “Ayah saya ditembak oleh militer Burma di depan saya. Desa kami dihancurkan. Kami berlari menyelamatkan diri. Saya masih tidak tahu apa yang terjadi pada ibu saya,” timpal Katun yang duduk di pondok di sebuah desa nelayan dekat kota Teknaf di tenggara Bangladesh.

Khatun  adalah salah seorang warga muslim Rohingya yang berhasil menyeberang ke Bangladesh menyusul kerusuhan di provinsi Rakhine, Burma barat.

Perempuan berusia 30 tahun itu beberapa kali menangis dan mengaku trauma ketika menjelaskan apa yang terjadi di perbatasan.

Ia mengatakan desanya diserang saat terjadi bentrokan antara warga Buddha dan Muslim setempat, yang sebagian besar berasal dari minoritas Rohingya hingga meninggalkan luka batin yang mendalam. Para Pengungsi menuduh pasukan Burma menutup mata ketika desa mereka diserang.

Itu sebabnya, kelompok-kelompok hak asasi manusia menuduh pasukan keamanan Burma terus melakukan penangkapan massal dan memaksa muslim Rohingya melarikan diri. Situasi darurat yang ditetapkan bulan lalu masih berlaku di banyak wilayah provinsi tersebut.

Tidak ada konfirmasi independen mengenai klaim pembunuhan di luar hukum dan tuduhan-tuduhan lain, wartawan tidak diberikan akses ke wilayah itu. Burma menyangkal pasukan keamanan mereka bertanggung jawab atas pelanggaran hak asasi manusia.

Sejak bentrokan Juni lalu itu, akibatnya ribuan pengungsi berusaha memasuki Bangladesh dengan naik perahu menyusuri sepanjang Tanjung Bengal dan menyeberangi sungai Naf yang memisahkan kedua negara.

“Kami terombang-ambing di perairan selama enam hari. Saya tidak bisa memberi makan anak saya selama berhari-hari,” ungkap Khatun soal penderitaannya dalam pelarian.

Warga Rohingya sendiri sudah berdatangan ke Bangladesh dalam 30 tahun terakhir, membawa kisah-kisah mengenai tekanan dan pengasingan.

Kehadiran mereka sendiri terus dikucilkan di negeri itu. Mereka tidak mendapat kewarganegaraan dan hak kepemilikan properti di Burma. Kelompok-kelompok hak asasi manusia mengatakan mereka adalah satu diantara minoritas paling ditekan di dunia.

Seperti kata pribahasa sudah jatuh tertimpa tangga pula, di Bangladesh tak semua pengungsi bisa masuk ke wilayah tersebut, karena pemerintah setempat menolak kehadiran mereka. Akibat penolakan itu, pemerintah Bangladesh pun menuai kritik.

“Kami mengerti hal ini tidak mudah. Jadi kami meminta pemerintah Bangladesh memberikan setidaknya status perlindungan sementara bagi mereka yang datang dari negara bagian Rakhine di Myanmar [Burma],” kata Dirk Hebecker, seorang pejabat senior badan pengungsi PBB di kota Cox’s Bazaar Bangladesh.

Warga Rohingya di Bangladesh tinggal di gubuk-gubuk sepanjang perbatasan tanpa air bersih, sanitasi atau fasilitas kesehatan.

Pernyataan terbaru oleh Presiden Burma Thein Sein bahwa Rohingya harus tinggal di negara ketiga juga menambah kesedihan para pengungsi.

“Kami sangat prihatin dengan komentar presiden. Kami adalah rakyat Burma dan kami ingin kembali ke desa kami. Sangat sulit hidup di kamp pengungsian seperti ini,” kata Ahmed Hossain, seorang pemimpin komunitas Rohingya di kamp Kutupalong, dekat Cox’s Bazaar.

Pemerintah Bangladesh sendiri mengatakan mereka bertekad menghentikan arus pendatang Rohingya.

Letkol Zahid Hasan dari pengawal perbatasan Bangladesh menunjukkan bagaimana anggota-anggotanya berpatroli di sungai Naf untuk mencegah warga Rohingya menyusup ke negara mereka.

“Hal ini berdampak langsung pada stabilitas sosial dan juga ekonomi kami. Jika arus pendatang terus terjadi maka masalah stabilitas akan terjadi,” kata Letkol Hassan.

“Kadang-kadang warga Rohingya terlibat perdagangan obat, perdagangan manusia dan aktivitas-aktivitas anti sosial yang berdampak pada stabilitas sosial di wilayah ini.” dalih letkkol Hasan. Tapi, warga Rohingya membantah tuduhan tersebut.(bbc/ ch1)

About ibra

Check Also

scolari mundur

Buntut Kegagalan Brazil di Piala Dunia 2014, Scolari Resmi Mundur Dari Jabatan Pelatih

Brazil, channelsatu.com: Dua kali dipermalukan, yaitu di semifinal kalah telak dari Jerman 7-1 dan takluk …

Tinggalkan Balasan

Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *