Jakarta, channelsatu.com: Walau kondisi perekonomian belum pulih, namun geliat ekonomi, terutama di bidang fesyen sudah mulai nampak. Bila di bulan Maret-Mei tahun lalu terjadi penurunan omset hingga 70 persen, akhir tahun penurunan sudah tinggal 40 persen. Bahkan memasuki tahun 2021, penurunan omset sudah tinggal 20 persen.
“Artinya geliat dunia fashion sudah mulai muncul lagi, meski belum pulih seperti tahun-tahun sebelumnya, namun setidaknya sudah mulai ada geliatnya,” ungkap Lisa Fitria, Wakil Ketua Indonesian fashion Chamber dalam Nina Nugroho Solution yang kali ini digelar bekerjasama dengan Muslim Fashion Festival (MUFFEST) 2021, Jumat lalu di akun Instagram @ninanugrohostore. MUFFEST sendiri diselenggarakan 18 Maret – 23 Mei di 4 kota di Indonesia, yaitu Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan Bekasi.
Nina Nugroho Solution yang dipandu oleh desainer busana kerja untuk Muslimah, Nina Nugroho, merupakan corporate social responsibility berupa asupan informasi mengenai berbagai hal yang menjadi tantanan wanita dengan multiperan. Berbagai isu dibahas diantara seputar fashion, kecantikan dan kesehatan, pendidikan dan pengasuhan anak serta isu-isu sosial lainnya.
Tema yang dibahas dalam kesempatan tersebut adalah ‘Fashion Recovery, Strategi Mencari Peluang di Masa Pandemi’.
Menurut Lisa, meskipun penjualan fashion secara umum merosot drastis, namun ada peluang yang cukup menjanjikan yaitu memproduksi masker. Ternyata memproduksi masker mampu menggantikan pemasukan harian dari brand yang sudah berjalan selama ini.
Selain memproduksi masker yang menjadi kebutuhan sangat besar saat pandemic ini, Lisa juga melihat sejumlah peluang lain, yaitu menggarap pasar corporate uniform (seragam perusahaan) dan upcycling fashion.
“Tidak harus berpikir perusahaan besar, tapi perusahaan kecil sangat banyak yang bisa digarap. Katakanlah restoran Padang saja kan butuh seragam, klinik-klinik kecil juga butuh seragam dan itu jumlahnya banyak,” tuturnya.
Sementara untuk konsep upcycling dimulai dengan melihat kembali stok yang mungkin masih menumpuk di Gudang dan belum sempat terjual selama pandemic setahun kemarin.
“Lakukan review lagi, apakah desainnya masih mengikuti atau sudah ketinggalan trend. Bila ternyata sudah tertinggal lakukan modifikasi dengan menambah, mengurangi atau menggabungkan sehingga menjadi bentukan baru. Prinsip upcycling adalah menambah, mengurangi, menggabungkan. Ini juga sejalan dengan kampanya sustainable fashion yang digaungkan IFC sejak pertama didirikan,” urai Lisa Fitria.
Hal lain yang bisa dilakukan di masa pandemic sekarang ini adalah mereview kembali rencana bisnis yang dimiliki. IFC melakukan banyak pelatihan kepada para anggota selama pandemic berjalan saat ini.
“Jadi asosiasi justru sangat sibuk di masa pandemic ini karena banyak menyelenggarakan coaching untuk para anggota, termasuk menguatkan tim. Dengan hibernasi di masa pandemic, kita justru bisa menguatkan tim, bisa mengajak semua untuk bahu membahu,” sambungnya.
Di bagian lain Nina Nugroho menyampaikan pertanyaan seputar strategi apa yang harus dimiliki oleh pelaku fashion untuk recovery.
‘’Ketika penjualan online menjadi salah satu pilihan, itu membuat orang sekarang terbiasa melihat secara visual. Harus menarik untuk dilihat. Maka pilihannya adalah melakukan pemotretan dengan bagus. Bagaimana menyiasati sudut-sudut rumah untuk dijadikan latar foto atau menyiapkan wallpaper yang murah namun tetap menarik. Sekarang juga banyak aplikasi editing sehingga tidak memerlukan background bermacam-macam. Buat juga konten video yang menarik. Saya pun yang tadinya malas belajar aplikasi foto dan video akhirnya mau dak mau harus belajar dan sering terkaget-kaget sendiri kok jadi jadi luar biasa begini,” katanya menutup perbincangan.(Ibra)