Scroll untuk baca artikel
Hot NewsNasional

Dikeroyok KIM Plus di Jakarta, Ini Penjelasan jika Jokowi Tak Mungkin Bisa Kendalikan PDIP

20
×

Dikeroyok KIM Plus di Jakarta, Ini Penjelasan jika Jokowi Tak Mungkin Bisa Kendalikan PDIP

Sebarkan artikel ini
Foto/Dok X @PDI_Perjuangan

Jakarta, Channelsatu.comPDIP menjadi satu-satunya partai politik (parpol) yang saat ini tidak tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus. Artinya PDIP menjadi satu-satunya yang terlepas dari lingkaran kekuasaan di Pilkada Jakarta 2024.

Melihat fenomena terenggutnya sejumlah parpol di mulut pengasa, PDIP menjadi parpol yang sekarang masih bertahan dengan sikapnya. Ketua Umum (Ketum) PDIP Megawati Soekarnoputri mengungkapkan, ada pihak yang berencana mengambil partainya. Sehingga dia kembali maju menjadi Ketua Umum.

Pengamat politik Indonesia Political Opinion (IPO) Efriza melihat, komunikasi yang dilakukan oleh Megawati hanya ingin menguatkan soliditas PDIP. Sebab, ia memang harus merespons pertanyaan dan ketegasan di internalnya.

Foto/Dok X @PDI_Perjuangan
Foto/Dok X @PDI_Perjuangan

Sayangnya, hal itu malah membuat Megawati mengkomunikasi untuk dirinya tetap memilih bertahan sebagai ketua umum. Semestinya, dia menilai, Megawati mencoba untuk melakukan regenerasi kepemimpinan di PDIP.

“Diyakini Megawati hanya ingin menunjukkan dirinya masih menguat sebagai simbol persatuan dan kesatuan partai, sayangnya kesempatan untuk terbukanya pemimpin baru malah tidak hadir di PDIP,” kata Efriza, Rabu (21/8/2024).

Pernyataan Megawati tersebut digaungkan berkaitan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Namun, Efriza menilai sulit jika Jokowi ingin mengambil alih PDIP.

Kader PDIP Kecewa dengan Sikap Jokowi

Dia menjelaskan, seluruh kader partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu sudah kecewa dengan sikap politik Jokowi.

“Jika dicermati Jokowi sulit mau mengambil alih PDIP sebab ia sudah menjadi musuh bersama dari seluruh kader PDIP yang telah kecewa terhadap kiprah politik Jokowi sebagai presiden malah mengabaikan partainya PDIP dengan obsesi dirinya mengajukan Gibran untuk melanjutkan pembangunan berkelanjutan,” ujarnya.

Jika dicermati, kata Efriza, pernyataan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto tentang keinginan Jokowi mengambil alih PDIP sekadar komunikasi politik berupa suara sumbang saja.

“Hasto hanya ingin terus menunjukkan PDIP sebagai oposisi pemerintahan baik Jokowi dan Prabowo ke depannya. Hasto layaknya sosok pembenci Jokowi semata,” tegasnya.

Sedangkan, hal menarik adalah komentar dari Puan Maharani yang ingin menunjukkan dirinya lebih mencoba membangun adab berdemokrasi.

Menurut Efriza, cara Puan lebih ingin saling menghormati dan tidak sekadar menyampaikan komunikasi yang belum tentu jelas kebenarannya.

“Puan malah menjaga keutuhan partai, menjaga partai dari memperoleh sentimen negatif publik,” pungkasnya.

Sebelumnya, secara terbuka Sekjen DPP PDIP, Hasto Kristiyanto mengungkapkan sosok yang disebut Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri hendak ambil alih PDIP. Sosok tersebut adalah diduga Presiden Jokowi.

“Itu pernah saya sampaikan di dalam beberapa diskusi, karena ada seorang mantan menteri yang kemudian dihubungi oleh menteri dalam kabinet Bapak Jokowi, yang menyatakan keinginan dari Pak Jokowi untuk menduduki posisi Ketua Umum PDI Perjuangan,” kata Hasto di Gedung KPK, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (15/8/2024). (Fjr)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *