Home / film

film

Ochi Rosdiana dan Cliff Sangra Bintangi Film Kolongwewe Garapan Rumah Produksi Dens Vision Multimedia

Jakarta, Channelsatu.com – Rumah produksi Dens Vision Multimedia bakal menghadirkan film berjudul Kolongwewe. Saat ini, film bergenre horor tersebut sedang memasuki proses pengambilan gambar.

Film Kolongwewe bakal menghadirkan akting Ochi Rosdiana, Asriati Lampir, Cliff Sangra, Anyun Cadel, dan mentalis Limbad. Denny Januar, selaku produser film Kolongwewe mengatakan, ingin berpartisipasi menghadirkan film yang sedang disukai masyarakat. Utamanya mengenai film bergenre horor.

“Melihat perkembangan film Indonesia yang semakin baik dari tahun ke tahun, maka saya yang sangat suka menonton film di bioskop, ingin ikut berpartisipasi,” kata Denny, saat ditemui di sela-sela selamatan film Kolongwewe di Jakarta, baru-baru ini.

Film horor, disebutkan Denny, banyak menghiasi layar bioskop nasional. Ia memuji beragam cerita yang disajikan melalui visual yang memikat mata penonton. “Rencana kami tahun 2024 ini, dimulai dengan (memproduksi) satu film dulu, sebutlah untuk uji ombak,” papar Denny.

Rumah produksi Dens Vision Multimedia bakal menghadirkan film berjudul Kolongwewe
Rumah produksi Dens Vision Multimedia bakal menghadirkan film berjudul Kolongwewe

Sementara itu, masih dijelaskan Denny, film Kolongwewe diambil dari cerita legenda penculik anak. Dalam film yang diproduksinya, ia mengisahkan tentang pasangan suami istri bernama Kasman dan Tini. Keduanya hidup di desa Ngadirejo, yang terletak di pedalaman Jawa Tengah.

Kendati telah sepuluh tahun menikah, mereka belum juga dikaruniai anak. Berbagai upaya ditempuh, selalu saja gagal. Bahkan Tini sempat nyaris terjebak oleh dukun cabul yang bernafsu ingin menidurinya. Sampai pernah Tini keceplosan berucap, “Aku harus punya anak, walaupun anak dari setan,” katanya.

Celakanya, ucapan tersebut didengar oleh Mbah Tun, seorang nenek misterius. Pulang ke rumah, Tini memergoki Kasman berselingkuh dengan Ika. Dalam pertengkaran yang terjadi, Kasman tertusuk pisau. Ika pun memfitnah Tini sebagai pembunuh suami.

Tini berhasil lari ke hutan larangan. Malang, malah jatuh ketangan tiga preman hingga akhirnya dirudapaksa. Demi menyelamatkan diri, Tini nekat terjun ke jurang. Toh tidak sampai ajal.

Seekor burung gagak hitam membimbingnya ke pemukiman rahasia Mbah Tun. Nenek misterius ini menurunkan ilmu gaib pada Tini untuk membalas dendam pada para perudapaksanya. Tentu ada imbalan yang dituntut Mbah Tun, yaitu Tini harus mempersembahkan anak-anak sebagai korban. (Hrn)

Kromoleo #Teror1malam, Kisah Rombongan Hantu Pengangkut Keranda Mayat Segera Gentayangi Bioskop Indonesia

Jakarta, Channelsatu.com – Imperial Pictures bekerja sama dengan Pilar Film dan Umbara Brothers dengan bangga mempersembahkan film Kromoleo #Teror1malam, sebuah film horor arahan sutradara box-office Anggy Umbara yang mengangkat legenda urban dari Jawa Tengah.

Diproduksi dengan pencapaian teknis yang mumpuni, Kromoleo #Teror1malam akan menggentayangi bioskop-bioskop di seluruh Indonesia mulai tanggal 22 Agustus 2024.

Kromoleo #Teror1malam berkisah tentang Zia (Ratu Sofya), yang sedari kecil tinggal di kota dan jauh dari keluarganya, memutuskan untuk mengunjungi pemakaman ibunya di desa meski sudah dilarang oleh kakeknya, Danang (Tio Pakusadewo).

Danang dan pemangku desa yang mengetahui alasan dibalik mengapa Zia dilarang untuk menginjakkan kaki di desa pun gusar. Kepala desa meminta warga untuk sembunyi di rumah dan melarang warga keluar di małam hari. Di Malam itu kromoleo – sebutan untuk rombongan hantu pembawa keranda mayat – muncul meneror desa.

Kromoleo #Teror1malam akan menggentayangi bioskop-bioskop di seluruh Indonesia mulai tanggal 22 Agustus 2024.
Kromoleo #Teror1malam akan menggentayangi bioskop-bioskop di seluruh Indonesia mulai tanggal 22 Agustus 2024.

Dipercaya, siapapun yang menyaksikan langsung kromoleo akan mati. Ditemani oleh Dika (Abun Sungkar), Zia menuntut kakeknya memberi jawaban atas alasan mengapa selama ini dia dilarang kembali ke desa setelah ayahnya menghilang. Hingga akhirnya, mereka bertemu kromoleo dan terungkap lah misteri yang selama ini ditutupi.

Zia pun harus mengambil keputusan emosional buat dirinya untuk bisa mengakhiri teror kromoleo tersebut.
Trailer resminya yang rilis pada 11 Juli 2024 lalu, menampilkan kilasan tentang bagaimana awal mula kromoleo muncul di Desa Majenang, Jawa Tengah pada tahun 1994.

Dari sepenggal dialog yang terdengar, film ini juga bakal mengangkat tentang ilmu rawa rontek, sebuah ajian yang memungkinkan seseorang kebal senjata dan tidak akan bisa mati sekalipun kepalanya dipenggal selama ia menginjakkan kakinya di tanah.

Elemen-elemen kelokalan ini adalah kombinasi yang berjasa menjadikan Kromoleo #Teror1malam sajian film horor yang unik dan berkesan. Dengan menginkorporasi legenda urban dengan latar waktu dekade 90-an, Kromoleo
#Teror1malam mengandung unsur nostalgia dan kedaerahan yang cukup kental.

Sutradara Anggy Umbara mengungkapkan alasan dibalik ketertarikannya pada proyek-proyek film yang memuat dua unsur tersebut. “Local value selalu menarik untuk diangkat menjadi film. Selain akan membuka wawasan penonton secara lebih lebar dan mendalam, unsur kelokalan pasti mempunyai kedekatan tersendiri dengan
masyarakat Indonesia secara khusus sebagai faktor human interest yang kuat di dalam cerita,” jelas Anggy. (Hrn)

Film Horor Berjudul Thaghut Dijadwalkan Tayang di Layar Bioskop 29 Agustus 2024

Jakarta, Channelsatu.com – Leo Pictures dengan bangga mengumumkan perilisan film horor terbaru mereka yang berjudul Thaghut. Karya terbaru dari sutradara berbakat Bobby Prasetyo ini siap menyapa para penggemar film horor Tanah Air pada tanggal 29 Agustus 2024 mendatang.

Tema utama yang diusung oleh film Thaghut adalah tentang batasan yang harus dijaga dalam kehidupan spiritual, di mana karakter-karakternya berjuang untuk kembali kepada arah yang benar.

Bobby Prasetyo, selaku sutradara mengatakan, film Thaghut segera dirilis dalam waktu dekat di seluruh bioskop Indonesia. “Saya sangat senang akhirnya film Thaghut bisa segera bertemu dengan penonton. Kami telah bekerja keras untuk menghasilkan karya yang berkualitas dan menghibur,” kata Bobby di Epicentrum XXI, Jakarta Selatan, Kamis, 15 Agustus 2024.

“Semoga film ini dapat diterima dengan baik oleh masyarakat,” tambah Bobby.

Film Thaghut
Film Thaghut

Agung Saputra, selaku produser, mengatakan, film Thaghut menawarkan konsep horor yang berbeda dari film lainnya. Ceritanya relate dengan kehidupan sekarang, tentang perilaku masyarakat yang percaya pada dukun dan pesugihan untuk mendapatkan kesembuhan penyakit, mendapat harta, jodoh, melakukan pelet, dan lainnya secara instan.

“Thaghut adalah salah satu proyek yang paling kami banggakan. Kami yakin film ini akan menjadi salah satu film horor Indonesia terbaik tahun ini,” lanjutnya.

Thaghut hadir dengan konsep cerita yang segar dan berbeda, mengangkat tema ajaran sesat yang berfokus pada seorang dukun sakti bernama Abah Mulya.

Dengan didukung oleh para pemain berbakat seperti Yasmin Napper, Arbani Yasiz, Ria Ricis, Keanu Azka, Dennis Adhiswara, dan Whani Darmawan, film ini dijamin akan membuat penonton terpaku dari awal hingga akhir.

Sinopsis Thaghut Cerita ini tentang perjalanan seorang anak perempuan bernama Ainun yang mencari ayah kandung yang tidak pernah mengasuhnya. Abah Mulya, sosok yang Ainun kagumi karena memiliki berbagai kesaktian khusus dari sebuah Padepokan sakti di Kampung Bumi Suwung ternyata adalah ayah kandungnya yang selama ini disembunyikan oleh Uwak yang telah membesarkannya.

Didampingi para sahabatnya, Bagas dan Rini, Ainun datang ke Padepokan Abah Mulya untuk bertakziah. Kematian Abah Mulya yang misterius akhirnya membuat Ainun masuk dalam suatu ajaran sesat yang diberikan Lingga, murid Abah Mulya.

Rahmat, adik kandung Ainun yang tinggal di Padepokan telah mengingatkan Ainun namun dia tidak mempercayainya. Ainun makin larut dalam ajaran sesat Abah dan menimbulkan ketakutan pada sahabatnya dan juga warga Padepokan.

Bagas dan Rini berusaha mengembalikan kondisi Ainun dan menyelamatkan Rahmat juga Ajeng, istri ketiga Abah. Akankah Ainun kembali sadar dan keluar dari ajaran sesat? (Hrn)

Film Persahabatan Indonesia – Timor Leste Mulai Diproduksi, Bakal Disutradarai Deddy Mizwar

Jakarta, Channelsatu.com – Inisiator dan executive producer film persahabatan Indonesia-Timor Leste, Letjen TNI (Purn) Kiki Syahnakri menandatangani kerja sama dengan  PT. Demi Gisela Citra Sinema dan PT. Aksa Bumi Langit.

Penandatanganan kerja sama tersebut dihadiri oleh  CEO Widyaiswara Revolusi Sejati, Dr.Wahyuni Refi, yang ditunjuk sebagai pelaksana produksi.

Dalam situasi minimnya karya-karya sinematografi yang menggambarkan persahabatan Indonesia-Timor Leste pasca kemerdekaan Timor-Timur 1999, kehadiran film ini patut disambut dan diapresiasi.

“Film ini akan menggali semangat rekonsiliasi dan etos perdamaian dalam hubungan diplomasi Indonesia-Timor Leste, menggunakan kisah cinta dan keluarga sebagai cerminan dari hubungan kedua negara,” ungkap Kiki Syahnakri di gedung Artha Graha, kawasan SCBD, Jakarta Pusat.

Deddy Mizwar selaku sutradara, di tempat yang sama mengatakan, “film ini tidak akan mengungkit-ungkit luka lama akibat konflik masa lalu, tapi menggabungkan cerita tentang pencarian jati diri dengan pesan universal tentang kemanusiaan, cinta, dan pentingnya menyatukan kembali keluarga yang terpisah akibat perang.”

WhatsApp Image 2024-08-07 at 22.21.58

Rencana produksi film tersebut telah mendapatkan dukungan dan persetujuan dari Perdana Menteri Timor Leste Xanana Gusmao, Wakil Perdana Menteri  Francisco Kalbuadi Lay dan Letjen (Purn) Lere Anan Timur beberapa waktu lalu.

“Produksinya 70% di Timor Leste, dan akan menampilkan keindahan alam serta kekayaan budaya Timor Leste. Ini tantangan tersendiri, namun dengan berbekal pengalaman panjang dalam produksi film, kita percaya dapat menghadirkan nuansa yang berbeda dari film-film yang kini beredar di Indonesia,” kata dr. Chandra Sembiring dari PT. Aksa Bumi Langit.

“Kisahnya based on true story tentang seorang putra eks panglima FALINTIL (sayap militer Fretilin) yang ditemukan dan diangkat-anak oleh prajurit TNI/Polri, lalu dirawat-dibesarkan tanpa mengetahui asal usulnya. Setelah 27 tahun, akhirnya anak tersebut dapat dipertemukan kembali dengan ayah kandungnya di Dili,” jelas Kiki Syahnakri kepada media.

“Semoga kehadiran film ini dapat dilihat sebagai upaya kemanusiaan untuk menyembuhkan luka lama dan membangun masa depan yang lebih baik” tambah Kiki.

Produksi akan berlangsung hingga akhir Desember 2024, sementara tayang perdananya telah terjadwal pada Mei 2025 mendatang. “Riset pra-produksi dan penggarapan naskah telah dilakukan melalui studi yang intens dan melibatkan  tokoh-tokoh nasional dari kedua negara, sejarawan, budayawan, dan pihak-pihak terkait lainnya,” ujar Wahyuni Refi.

“Film memang karya imajiner, tapi kita tidak bisa mengabaikan muatan sejarah dan fakta-fakta tentang aspek kemanusiaan yang telah merekatkan hubungan Indonesia dan Timor Leste di masa kini.” tambah Refi. (Hrn)

 

 

 

 

 

Film Dokumenter 25 Tahun Perjalanan Karier Rossa Diapresiasi Menparekraf Sandiaga

Jakarta, Channelsatu.com-Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno, mengapresiasi film dokumenter perjalanan karier penyanyi Rossa dalam 25 tahun berkarya. Hal ini disampaikan Sandiaga saat menghadiri peluncuran film dokumenter bertajuk All Access to Rossa 25 Shining Years tersebut.

“Saya sangat mengapresiasi diluncurkannya film ‘All Access to Rossa 25 Shining Years’ yang menjadi penanda perjalanan salah satu pelaku ekonomi kreatif Indonesia, diva Indonesia, Rossa selama 25 tahun berkarya di industri musik tanah air,” kata Menparekraf Sandiaga Uno di CGV, Grand Indonesia, Jakarta, Kamis (25/7/2024) malam.

“All Access to Rossa 25 Shining Years akan memberi kesempatan kepada penonton untuk mengenal lebih jauh sosok Rossa. Dan menilik lebih jauh di balik 25 tahun perjalanan karier Rossa,” tambahnya.

Peluncuran film dokumenter bertajuk All Access to Rossa 25 Shining Years. Foto/Kemenparekraf
Peluncuran film dokumenter bertajuk All Access to Rossa 25 Shining Years. Foto/Kemenparekraf

Diungkapkan mantan Gubernur DKI Jakarta ini, di dalamnya juga disajikan kisah-kisah menarik di balik deretan karya Rossa. Apa makna di baliknya, cerita dari orang-orang terdekat seperti anak, keluarga, dan sahabatnya di dunia musik.

“Film ini bisa menjadi inspirasi bagi pelaku ekonomi kreatif lainnya di luar sana untuk terus berkarya, dengan melihat bagaimana seorang Rossa tak lelah berinovasi dan berkolaborasi sehingga membawanya terus eksis memasuki 25 tahun kariernya di dunia musik Indonesia,” ujar Sandiaga.

Libatkan Sejumlah Nama Besar

Film yang menempatkan sejumlah nama besar seperti Prilly Latuconsina sebagai produser eksekutif juga Umay Shahab sebagai produser ini diharapkan mewarnai dan memperkaya industri film Tanah Air dengan lahirnya film dokumenter.

Tahun 2023, dari seluruh subsektor ekonomi kreatif, film menjadi salah satu subsektor yang pertumbuhannya paling positif. Total jumlah penonton bioskop di Indonesia mencapai 55 juta.

Di tahun lalu juga terdapat 20 judul film Indonesia yang berhasil tembus 1 juta penonton. “Daya tarik subsektor film sangat tinggi, sehingga diharapkan dapat memperkuat peningkatan ekonomi dan membuka lapangan kerja bagi masyarakat,” jelas Menparekraf Sandiaga.

Sementara penyanyi Rossa menyampaikan terima kasih atas dukungan dan apresiasi seluruh pihak atas peluncuran film dokumenter “All Access to Rossa 25 Shining Years”. Film yang akan tayang pada 1 Agustus 2025 ini diharapkan bisa memotivasi dan menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk tak mudah menyerah dan melihat bagaimana dirinya bisa menjaga eksistensi selama 25 tahun berkarier.

“Aku ingin mengucapkan terima kasih kepada fans, yang membuat aku bisa sampai 25 tahun (berkarya). Mudah-mudahan ini jadi satu sejarah bagi industri musik dan perfilman dan mari kita sukseskan film Indonesia,” ujar Rossa.

Turut hadir mendampingi Menparekraf Sandiaga, Staf Ahli Menteri Bidang Reformasi dan Birokrasi Kemenparekraf/Baparekraf, R Kurleni Ukar. (Fjr)

Ungkapan Cinta Untuk Ayah Lewat Film Pendek Dari Dina Subono

Jakarta, Channelsatu.com-Gagasan tentang Bapak atau Ayah dalam cerita film Indonesia tak ada habisnya untuk digali. Entah berapa banyak judul film bertema Bapak, baik dalam format film pendek maupun film industri dipresentasi. Sama halnya sosok ibu, keberadaan seorang Bapak seperti tak pernah habis menjadi inspirasi.

Satu lagi cerita film pendek tentang “Bapak” sedang dalam tahap produksi berjudul Dear Bapak. Penulis cerita dan sutradara film tersebut adalah Dina Subono, sineas yang juga produser, aktris film dan seorang disc jockey (DJ).

“Tema film pendek ‘Dear Bapak’ mengangkat bagaimana kasih sayang seorang bapak kepada anaknya. Ada muatan nilai sosial; keluarga, sosial budaya, pendidikan, serta sikap moral,” ujar Dina Subono di Jakarta, Minggu (30/6/2024).

dina subono film2

Film bagi Dina, merupakan karya sastra dalam bentuk visual. Lewat gambar Dina ingin menampilkan berbagai jalinan unsur pengalaman yang menjadi daya gerak yang menghidupkan sisi manusiawi.

“Film ini lahir dari keberagaman konflik kehidupan yang ada di masyarakat dilihat dari perspektif hubungan seorang bapak dengan anaknya,” papar sutradara yang sudah menggarap beberapa judul film pendek ini.

Sebelumnya Dina Subono menyutradarai film pendek bertajuk Tiga Mata. Film pendek ini masuk dalam jajaran The Top 60 Finalists Indonesian Short Film Festival (ISFF) SCTV 2016.

Selanjutnya, Dina Subono, sutradara yang kini sedang menyelesaikan Program Studi S2 Jurusan Tata Kelola Seni di Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta (IKJ) ini pernah menyutradarai film pendek berjudul Cintanya Cinta Raga.

Film tersebut merupakan nukilan kedua selepas suksesnya film pendek Tiga Mata, sebagai film pendek karya pertama Dina Subono ini.

Dina Subono mengaku tetap fokus pada karya film pendek yang menurutnya selalu menawarkan perspektif berbeda. Film pendek menurutnya mengandung persepsi subjektif. Bisa bersifat paradoksal, absurd, politis, dan bahkan mengandung unsur mistis.

Melalui film pendek Dear Bapak, Dina Subono mencoba memotret dan menarasikan fenomena sosial. Merespon dan mengolah realitas zaman yang abstrak mewujud dalam sebuah karya yang dapat dilihat secara kasatmata.

“Semoga film pendek Dear Bapak ini memberi manfaat dan menyadarkan kita untuk benar-benar melihat fenomena dan keberagamaan secara lebih arif dan bijak,” ungkap seniman serba bisa yang juga konsultan hukum Lulusan S2 Magister Kenotariatan Universitas Pancasila Jakarta ini.

Film pendek “Dear Bapak” diproduksi oleh Anidkana Films. Penanganan produksi dipercayakan kepada Ramacanaa sebagai Produser Eksekutif, serta Wisnu Heru Luhur dan Yunus Fiore selaku Produser. Director Of Photography dipercayakan kepada Iqbal, Soundman W Oedin Ichsan, dan Behind the Scene Immanuel Ardika.

Ada tiga tokoh utama dalam film ini, yaitu pemeran Pak Suban, diperankan oleh aktor senior alumni Institut Kesenian Jakarta (IKJ) Sudibyo JS, yang saat ini juga menjadi dosen di almamaternya. Selanjutnya ada Erika yang berperan sebagai Cinta, anak Pak Suban, dan Jeki berperan sebagai Rama, pacar Cinta.

Anak Korban Perceraian

Film pendek Dear Bapak menceritakan sosok perempuan bernama Cinta, seorang anak tunggal yang orang tuanya bercerai. Cinta tinggal bersama bapaknya yang menjadi orang tua tunggal bernama Pak Suban. Ada konflik batin sehingga Cinta tidak merasa dekat dengan Bapaknya.

Wisnu Heru Luhur selaku produser film pendek ini mengatakan, film ‘Dear Bapak’ bukan sekadar cerita tentang keluarga, melainkan menjembatani kompleksitas emosi manusia.

“Alur penceritaannya sangat terfokuskan pada aspek verbal maupun non-verbal tentang esensi dan entitas dari sebuah hubungan. Mengingatkan kita setiap momen berharga, dan jangan disia-siakan. Pentingnya mengungkapkan cinta dan penghargaan sebelum terlambat,” ujar Wisnu Heru Luhur.

Wisnu Heru Luhur, Sarjana Seni lulusan IKJ Jurusan Film, yang kini sedang melanjutkan kuliah S2 di kampus yang sama ini sebagai seorang produser film. Ia merasa terhormat bisa menyampaikan cerita menarik dari Dina Subono. Sebuah kisah tentang penyesalan dan rekonsiliasi seorang anak kepada ayahnya.

“Setiap momen adalah kesempatan untuk mencintai, memaafkan, dan menghargai orang-orang terdekat kita. Melalui film ini kami berharap dapat menyentuh hati penonton. Mengingatkan bahwa waktu adalah anugerah yang tidak selalu berpihak,” ujar Wisnu Heru Luhur. (Fjr)