Jakarta, channelsatu.com: Membayangkan sebuah kotak kuno yang berdebu. Meski di dalamnya terdapat berbagai karya seni trendi pada jamannya, tetapi telah terlupakan kini. Kotak kuno itu lalu dibersihkan. Dipilah isinya, dipoles kembali permukaan kayunya, bahkan engsel-engselnya pun diganti dan diperkuat. Kini, jadilah sebuah kotak retro yang bersih, fresh bahkan “mengkilap” dan siap untuk diluncurkan ke tengah masyarakat.
Begitulah metafora album ke-7 CHASEIRO yang berjudul RETRO 2 (sebagai kelanjutan dari album ke-6 yang berjudul simply, Retro).
Gaya hidup dan entertainment saat ini nampaknya sedang berada pada era retro seperti yang tampak pada design grafis dari beragam benda, kemasan, fesyen, film, bahkan industri otomotif.
RETRO 2 adalah tahapan CHASEIRO dalam bermusik saat ini. Kreatif dalam berkarya tetapi konsisten dalam filosofi berpikir. Bukankah dalam irama hidup sehari hari yang serba cepat dan instant manusia tetap perlu memegang teguh nilai-nilai fundamental?
Kolaborasi Old School – New School
RETRO 2 berisikan 11 lagu diantaranya 3 lagu baru Siapa Bilang, Pagi Hari, dan Tell Me. Menampilkan 7 musisi dan penyanyi tamu (Riza Arshad, Tohpati, Jeffrey Tahalele, RAN, Tompi, Marcell dan Ucie Nurul yang juga menulis lirik lagu Pagi Hari, disertai booklet yang berisikan tulisan kisah dibalik setiap lagu yang belum pernah terungkap sebelumya, serta sejumlah karya foto (antara lain) dari fotografer profesional Poriaman Sitanggang.
Retro 2 adalah album yang memiliki makna spesial bagi personil CHASEIRO. Wujud dari hasil kolaborasi antara para musisi muda dengan para musisi yang tidak muda. Perpaduan harmonis antara bakat dan teknologi, bercampurnya rasa duka dan haru atas kepergian tiga saudara mereka : Uce Hariono, Ade Hamzah dan Helmie Indrakesuma.
Kolaborasi ini “diabadikan” dalam satu album yang dipersembahkan untuk mereka bertiga, diatas sana. Setiap kali mendengar lagu-lagu dalam Retro 2, meski mereka telah pergi, namun kehadiran ketiga saudara itu senantiasa ada dalam benak dan hati sanubari.
Retro 2 juga sebuah wujud eksistensi dan konsistensi dari CHASEIRO. Kini, keberadaan para anggota CHASEIRO yang terpisah oleh jarak dan waktu karena tanggungjawab atas tugas dan profesi yang mereka pilih, bukanlah halangan untuk meneruskan karya. Tiga diantaranya bahkan mempunyai kesibukan yang hampir tak punya waktu luang.
Candra Darusman bertugas di perwakilan World Intellectual Property Organization (WIPO) di Singapura, Rizali Indrakesuma di India mengemban tugas negara sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia (LBBP RI) berkedudukan di New Delhi, India, dan Aswin Sastrowardoyo berprofesi sebagai dokter spesialis kandungan (SpOG)di Jakarta.
Melalui semangat yang selalu ada, para anggota CHASEIRO selalu siap berpadu menjadi satu seperti kepingan-kepingan puzzle, saling mengkait, tersusun menghasilkan karya seni yang indah.(Ibra)